Pria itu mendengus saat indera penciumannya mendeteksi aroma tanah yang lembab. Mata hazel itu ia kedipkan berulangkali guna menyesuaikan pencahayaan yang ada.
Benar seperti yang Jimin katakan, efek menaiki mesin waktu bisa membuat kepalanya pusing.
Terbukti sekarang pria itu memegangi pelipisnya.
Eoh dimana ini?
Pertanyaan itu tiba-tiba saja terlintas di otaknya setelah melihat sekelilingnya gelap dan hanya diujung sana ada cahaya. Kemudian kepalanya ia torehkan ke sana kemari dan langsung terbelalak saat melihat sang gadis tergeletak dengan posisi mencium tanah.
"Yak! Jennie!" panggilnya sembari mendekati gadis Kim itu.
Puk.
Puk.
Suara tepukkan itu terdengar karena Victory baru saja menepuk pelan pipi Jennie secara bergantian.
Sebenarnya ini pipi apa mochi sih?
Entah bagaimana bisa pertanyaan konyol itu muncul dibenaknya di saat keadaan yang seperti ini.
Munafik jika ia tidak gemas setelah menyentuh bongkahan pipi chubby milik sang gadis.
Bahkan sekarang pria itu menangkap kedua pipi tersebut hingga membuat bibir sang empu membulat.
Hei, Victory Kim! Berhati-hatilah sebelum kucing betina itu terbangun dan mengamuk.
"Hei, Jennie Kim bangun!" pekik sang pria setelah puas bermain-main dengan dua pipi kenyal tersebut.
Lama tak mendapati balasan, pada akhirnya pria itu memilih untuk terlebih dahulu menyuntikkan cairan khusus yang diberikan Park Jimin supaya efek sampingnya itu mereda.
Selepas menyuntikkan cairan tersebut, ia beralih lagi pada Jennie yang masih terlelap.
Harus diapakan bocah ini agar bangun?
Pria itu bergumam, dan memecut otaknya agar mencari jalan keluar. Hingga sebuah ide cemerlang muncul di otak pintarnya.
Dengan buru-buru ia mengambil tasnya, mencari perbekalan air.
Yap, dia akan menyipratkan air pada wajah cantik itu agar segera membuka matanya.
"Hei! Jennie Kim bangun! Kita sudah sampai," kata Victory setelah memetikkan jarinya yang basah.
Namun gadis itu tetaplah Jennie Kim yang bangun pagi saja jarang. Tak heran jika ia sering terlambat ke kampus ataupun ke studio.
"Ah ayolah Jennie kau tidak boleh mati. Atau aku tidak jadi membayar tagihanmu."
Dan entah kebetulan atau apa, akibat kekuatan kata 'membayar tagihan' gadis itu melenguh. Kedua tangannya sontak memegangi pelipisnya.
Sama seperti Victory, gadis itu juga merasakan pusing. Rasanya seperti ada banyak burung yang memutari kepalanya.
"Eunghh..."
"A-ahjussi... Mmmmpttt-" Jennie menutup mulutnya, menahan rasa mual yang tiba-tiba saja menyerbu perutnya.
"Hei, apa kau baik-baik saja, Jane?"
Tangan kekar itu terulur, memegangi bahu sempit yang kini menurun.
Gadis itu tak menjawab, itu terlalu sulit untuk berbicara di saat kondisinya seperti ini.
Victory yang melihat keadaan sang gadis seperti itu pun berinisiatif untuk menyuntikkan cairan khusus tadi.
Dan tanpa aba-aba, pria itu menancapkan jarum runcing tersebut pada Jennie.
"Akhh!"
Jennie mendesah. Ia benar-benar terkejut mendapati perilaku tak terduga ini. Kedua manik kembarnya itu melirik tajam pada laki-laki yang berhadapan dengannya ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
In Your Time
Fanfiction(END)Apapun akan Jennie lakukan untuk mendapatkan nilai A+ Bahkan ia rela untuk menyebrangi dimensi demi mematahkan kutukan yang menimpa dosennya itu. Victory Kim adalah pria berumur 32 tahun yang berprofesi sebagai dosen. Di masa lalu, ia dikutuk...