Tigapuluh Delapan

28 6 0
                                    

"Anne, kamu kenapa?" tanya seseorang yang tidak sengaja bertemu Anne di lorong satu menit lalu. Orang itu berjongkok di depan Anne dan memegang pipi gadis itu. Mengusap rambutnya perlahan dan merapikan anak rambut Anne yang tak terkuncir. 

"Nick kamu kemana saja?" tanya Anne dengan mata berkaca-kaca. "Tujuh hari kamu tidak ada kabar," kata Anne lagi.

"Maaf," Nick menunduk tak sanggup melihat Anne yang duduk di depannya.

"Apa yang terjadi? Ceritakan padaku Nick."

"Justru aku yang seharusnya bertanya padamu. Apa yang terjadi An? Mengapa kamu duduk di kursi roda?" kata Nick dengan mata menatap lantai Rumah Sakit.

"Nick, lihat aku."

Nick mengangkat kepalanya, lalu menarik Anne ke dekat kursi tunggu agar kursi rodanya tak menghalangi jalan.

"Anne, maaf. Maafkan aku."

"Aku bukan menunggu kata maafmu. Aku menunggu kamu berkata apa yang terjadi denganmu tujuh hari ini."

"Boleh aku bertanya dulu apa yang terjadi  padamu, An?"

"Aku kecelakaan motor Nick, kemarin pagi saat akan pergi chemical store. Tapi tak ada yang terluka parah."

"Kenapa ke ruang praktik ini?"

"Hanya pemeriksaan fisik dengan Dokter Neurologi." Anne menghembuskan napas panjangnya. "Kamu masih tak ingin menceritakannya padaku?"

Nick mengalihkan pandangannya dari Anne. Ia memandang pintu ruang praktik Dokter Neurologi di depannya.

"Bunda sakit. Bunda sedang dalam pengobatan untuk menyembuhkan gagal ginjal. Dua hari sekali Bunda harus cuci darah, tujuh hari ini aku yang menemani Bunda. Papa tak bisa meninggalkan pekerjaan karena banyak agenda penting minggu ini. Meta baru saja menjadi mahasiswa baru di kampusnya, tak mungkin aku memintanya absen kuliah."

Anne menatap Nick. "Kenapa kamu tak menghubungiku sama sekali Nick?"

"Karena aku tak ingin menambah beban pikiranmu, An. Aku tak ingin kamu khawatir."

"Justru aku khawatir karena kamu tak ada kabar dan aku benci ketika kamu menghilang tiba-tiba." Air mata Anne mulai terjatuh, Anne tak bisa membendungnya, Ia tak bisa menyembunyikan perasaanya. Marah, kesal, kecewa dan kasihan semua bercampur aduk di hatinya.

"Anne. Jangan menangis." Nick mengusap air mata Anne yang bergulir ke bawah.

"Nick, dengarlah. Aku memang 'hanya' kekasihmu atau mungkin 'hanya' teman dekatmu tapi aku tidak pernah merasa keberatan saat kamu membagi masalah denganku. Aku akan dengan senang hati mendengarkanmu. Aku rasa ini bukan pertama kalinya aku berkata seperti ini. Tapi kenapa kamu seperti tak menganggapku ada di sampingmu?" tangis Anne semakin kencang, beberapa orang memandang ke arahnya dengan heran. Anne tak peduli, Ia hanya ingin meluapkan isi hatinya pada pria ini.

"Maafkan aku Anne. Jangan menangis lagi." Nick memeluknya menepuk punggungnya untuk menenangkan Anne. "Aku sangat bersyukur memilikimu, tapi aku tak ingin kamu juga ikut menanggung beban ini."

Anne mengendurkan pelukannya lalu menatap tajam ke arah Nick, "Ini bukan beban, Nick. Kamu salah bila mengatakan ini adalah beban," kata Anne sambil terisak.

Nick tidak membantahnya, Ia diam sambil memeluk Anne kembali. Ia merasa sangat bersalah pada gadis yang disayanginya sejak tiga tahun lalu. 

Ia benar-benar tak tahu bahwa menjalin sebuah hubungan akan serumit ini. Ketika Bundanya yang membutuhkan Ia sebagai anak dan Anne yang membutuhkannya sebagai kekasih. Ia harus mengorbankan salah satu.

FRIENDSHIP or RELATIONSHIP [TAMAT ✅]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang