Tigapuluh Sembilan

28 8 2
                                    

"Iya, silahkan masuk," kata Novan sambil memegang kenop dan hendak membuka pintu kamar rawat inap.

Seorang pria muda dengan tas ransel dan menenteng tas kamera menghambur masuk ke dalam kamar, "Kacaaang..." teriaknya sambil memeluk Anne.

"Anne kak, Anne. Bukan kacang," protes Anne.

"Astaga Adik Kakak kenapa begini? Masih inget Kakak kan?" tanya Ezra yang masih memeluk Adiknya. Dave melongo melihat karakter Ezra, Kakak kedua Anne yang di luar dugaan, sangat heboh.

"Hus! Anne tidak amnesia, Ezra," Bu Liyana menepuk punggung Ezra keras. "Kamu itu masuk kamar kok berisik sekali. Belum salim ke Mama dan Papa, atau menyapa  Kakakmu dan teman Anne," lanjut Bu Liyana sambil berdecak.

Ezra melepaskan pelukan dari Anne, menggaruk kepalanya yang tak gatal sambil terkekeh. Lalu meraih tangan Papa dan Mamanya kemudian menatap Dave yang duduk di samping Pak Fredy.

"Pacarmu, An?" tanya Ezra dengan nada tak berdosa.

Uhukk uhuk

Dave kaget dengan pertanyaan Ezra, ini pertemuan pertama mereka tapi Ezra bisa dengan yakin melemparkan praduga yang tak ada dasar teorinya.

"Minum, minum Dave," Novan menyodorkan botol air mineral.

Anne memutar bola matanya, inilah mengapa Novan berkata bahwa Ia akan semakin pusing jika ada Ezra. "Teman Anne, Kak," sahut Anne.

"Oooh... Saya Ezra, Kakak Anne yang paling tampan," Ezra mengulurkan tangan dan diikuti dengan beberapa pasang mata yang melotot ke arahnya.

Dave berdiri dan menyalami Ezra. "Dave, Bang," kata Dave.

"Orang Batak?" tanya Ezra.

"Eh bukan Bang, saya orang sini kok." jawab Dave sambil terkekeh.

"Katanya baru ke sini nanti sore, Kak? Ini masih pagi sudah muncul," tanya Anne sambil melanjutkan melahap bubur ayam.

"Keberatan? Kakak pending pekerjaan agar dapat menengokmu pagi ini," jawab Ezra lalu menyendok bubur ayam Anne dan ikut melahapnya.

"Ezra, itu punya Adikmu. Kamu beli lagi saja," tegur Bu Liyana.

"Ezra sudah sarapan, Ma," kata Ezra sambil menarik kursi di samping tempat tidur dan mendudukkan dirinya di sana. "Dave juga kuliah di Departemen Chemistry?" tanya Ezra.

"Tidak, Bang. Saya di Departemen Electrical Engineering," jawab Dave.

"Wiih keren. Begitu lulus menjadi sarjana tak perlu bingung akan kerja dimana, pasti banyak perusahaan yang membutuhkan," kata Ezra sambil mengacungkan kedua jempol.

"Tergantung nasib dan kemampuan, Bang. Kalu beruntung ya bisa langsung kerja di BUMN atau Perusahaan Listrik Negara."

"Sudah memilih bidang keilmuan?"

"Elektronika industri, Bang."

"Wah, bagus itu. Tidak semua orang dapat memilih elektronika industri," tiba-tiba Pak Fredy ikut dalam pembicaraan Dave dan Ezra.

"Tergantung minat masing-masing Om, kebetulan saya minatnya di bidang itu," kata Dave sambil menggaruk kening. Ia merasa malu dan canggung karena terlalu dipuji.

"Dik, mau jalan-jalan?" bisik Novan pada Anne yang terlihat bosan. Anne mengangguk, lalu Novan mendorong kursi rodanya keluar kamar.

Pak Fredy, Dave dan Ezra masih melanjutkan obrolan mereka. Bu Liyana tengah membereskan tempat tidur yang berantakan.

"Kalau Ezra dan Papa sudah bicara, tak akan ada habisnya," kata Novan sambil mendorong kursi roda Anne menuju taman yang terletak di belakang Rumah Sakit.

FRIENDSHIP or RELATIONSHIP [TAMAT ✅]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang