Enampuluh

181 5 2
                                    

Roda waktu bergulir tujuh tahun kemudian. Masih terdengar suara jam berdetak tak meninggalkan angka, matahari yang masih bersinar dengan teriknya, senja menggenang di ufuk barat setiap gelap mulai menyapa malu-malu, langit yang biru terkadang masih menunjukkan gradasi warna merah kekuningan. 

Semuanya masih sama, hanya manusia yang berubah menjadi lebih dewasa dengan pengalaman hidup yang lebih banyak, tentu saja. Manusia yang tumbuh, antara tubuh dan pola pikirnya. Usia yang terus merangkak naik menandakan mereka sudah tak muda, bahkan mungkin waktu mereka tak panjang lagi karena jatah hidupnya telah terkikis oleh waktu.

"Anne!" sapa seorang wanita dengan menenteng tas tangan hitam.

Anne yang tengah duduk di salah satu kursi melambaikan tangan, memberi isyarat dan sapaan. Ia berdiri menyambut wanita itu, memeluknya erat seperti menumpahkan kerinduannya selama ini. "Erika, bagaimana kabarmu?" tanya Anne yang memeluknya.

"Baik An," jawab Erika, kemudian melepas pelukan temannya. "Sendirian?" tanya Erika sambil mendudukkan dirinya di depan Anne.

Anne menggeleng, "Mas, masih di toilet."

"Ciye sekarang panggilannya sudah 'Mas' ya, bukan 'Kak' lagi," kata Erika terkekeh.

Anne mengeluarkan selembar kertas tebal berwarna coklat muda dengan ukiran bunga putih di setiap sudutnya, dihiasi sampul berpita. Erika menerimanya, melihat dua huruf terpampang di lembaran paling depan The wedding of 'A&A'.

"Aku masih tak menyangka kamu akan mendahuluiku menikah, An," kata Erika yang masih terpaku pada sebuah undangan di tangannya.

"Waktu adalah teka-teki, termasuk teman hidup semua adalah rahasia Tuhan, Rik."

"Benar. Padahal aku yang berpacaran dengan Kak Ricky lebih dari sepuluh tahun saja masih dalam perencanaan menikah."

"Jangan terlalu lama menikmati pekerjaan, ingat tiga bulan lagi usia kita sudah kepala tiga," ucap Anne yang kemudian tertawa. Ulangtahun Anne dan Erika memang di bulan yang sama hanya saja tanggal ulangtahun Anne di awal bulan sedangkan Erika di akhir bulan.

"An," panggil Erika pelan lalu Ia menyapu pandangannya ke sekitar takut jika perkataannya sampai terdengar oleh calon suami Anne. Erika melambaikan tangannya mengisyaratkan agar Anne mendekatkan telinga, Anne mencodongkan kepalanya ke arah Erika. "Aku dengar Nick sudah kembali," bisik Erika.

Anne tidak tampak terkejut, "Hmm. Itu tidak akan mengubah apapun, Erika. Itu sudah selesai," kata Anne datar.

Erika menganggukkan kepalanya, "Padahal sudah cukup kamu menunggu hingga lima tahun ternyata dia tidak juga kembali. Ah lagi-lagi ini perkara waktu ya, An," ucap Erika.

"Benar, aku juga tidak mau merugi waktu untuk menunggu sesuatu yang belum jelas. Ternyata aku tidak setegar itu, Erika. Aku kira, aku bisa menunggunya hingga kapanpun, ternyata sulit. Membuat pikiran semakin rumit."

"Aku setuju denganmu. Karena kisah cintamu itu juga yang membuat Kak Ricky tidak menerima pekerjaan di Qatar."

Anne melebarkan mata terkejut, "Astaga, menolak pekerjaan di luar negeri demi selalu dekat denganmu?"

Erika tertawa, "Konyol ya, padahal Kak Ricky dulu mati-matian kuliah di Departemen Metallurgical Engineering agar dapat bekerja di bidang migas di luar negeri. Eh malah sekarang dilepas begitu saja karena ingin kita menikah terlebih dahulu."

"Kita menikah sama-sama saja kalau begitu."

"Seandainya bisa aku juga mau, Anne. Kontrak kerjaku masih mengharuskan aku single hingga lima bulan ke depan. Setelah itu baru aku boleh married."

FRIENDSHIP or RELATIONSHIP [TAMAT ✅]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang