Limapuluh Empat

23 6 0
                                    

Satu tahun berlalu. Angka telah berganti, musim kemarau datang kembali. Tak ada lagi hujan yang membasahi keringnya hati manusia menjalani kehidupan. Hanya detakan jam yang setia di setiap detik bersuara.

Anne telah kembali. Setahun di kampus dan menjauh perlahan dari kehidupan Nick. Bukan karena Ia benci, tapi Ia harus. Waktu belum berpihak pada mereka. Momentum yang ditunggu agar terjadi sebuah perekatan kembali dalam hubungan juga tak kunjung tiba.

Semua berjalan seperti biasa, hari-hari yang normal. Dave masih sering berkontak dengan Anne, mengajaknya makan bahkan beberapa kali mengantar Anne pulang ke rumah orangtuanya.

Nick semakin canggung, tak ada lagi sapaan untuk Anne saat berpapasan. Tak ada lagi obrolan atau candaan. Mereka juga tidak pernah satu kelas mata kuliah lagi. Anne lebih banyak menghabiskan kuliah bersama angkatan di bawahnya, sedangkan Nick sibuk menyusun skripsinya. Intensitas bertemu mereka berkurang. Namun, terkadang Nick dan Anne sesekali mencuri pandang. Sesekali membaurkan diri dalam obrolan kelompok yang terdapat Anne atau Nick salah satunya, hanya sebagai alasan agar dapat memandang diam-diam.

Sebenarnya mereka saling merindu. Mereka masih memendam rasa dan sangat tampak dari binar wajah mereka. Semuanya tahu itu, Erika juga tahu. Hanya Anne dan Nick yang pura-pura tidak tahu.

"Kenapa tidak kembali menjalin hubungan dengan Nick? Sebentar lagi dia akan lulus dari kampus ini, An," kata Erika sore itu di foodcourt sambil menyesap kopi panas untuk meredakan kepalanya yang pusing setelah sidang skripsi hari ini.

"Hmm." Anne hanya menjawab dengan gumaman.

"Masih ragu-ragu untuk kembali?"

"Entahlah. Semakin lama kami semakin canggung dan jauh."

"Siapa yang suruh kamu menarik diri dari kehidupan Nick?"

"Kondisi, waktu. Mereka berdua memerintahku untuk menjauhi Nick."

"Tapi hatimu tidak, An. Apa Papamu masih tidak suka jika kamu menjalin hubungan dengan pria?"

"Papa sudah tidak pernah ikut campur lagi dalam masalahku."

"Kamu sudah sembuh, An. Sekarang lakukan saja apa yang membuatmu bahagia."

"Apakah aku dan Nick akan bahagia jika hubungan kita kembali, Erika? Kami sudah tak sedekat dulu, bicarapun rasanya sangat canggung."

"Sungguh, aku tak mengerti dengan jalan pikiran kalian berdua. Kalian terlalu cepat dewasa. Kamu dan Nick sama-sama masih saling suka. Terlihat dari mata kalian saat memandang diam-diam, tapi kenapa tidak ada yang mau mengawali kembali? Sudah cukup rasa bersalah yang kalian pendam sejak dulu, itu sudah termaafkan oleh waktu. Kamu harus memaafkan dirimu sendiri, An."

"Itu bukan hal yang mudah, Erika."

Erika menggaruk keningnya, "Seharusnya di usia kita sekarang, kita hanyalah pribadi egois yang hanya mementingkan kebahagiaan diri sendiri, tapi kenapa kalian tidak?" gumam Erika, lalu kembali menyesap kopinya.

****

Duapuluh orang dari angkatan Anne dinyatakan lulus kuliah dalam waktu 3,5 tahun termasuk Nick dan Erika. Bukan tanpa alasan, mereka telah menyelesaikan 144 SKS yang seharusnya ditempuh selama 4 tahun tapi berhasil memperpendek waktu menjadi 3,5 tahun.

Anne sendiri tahu bagaimana kerja keras Erika selama ini. Erika yang terlampau rajin melebihi dirinya, dalam satu semester disibukkan dengan kuliah yang padat setiap hari, tak ada hari libur kecuali ujian akhir semester telah selesai.

Satu tahun ini, Erika pulang ke rumah orangtuanya terhitung hanya dua kali, tidur di kamar indekos juga jarang. Gadis itu lebih sering menginap di laboratorium karena mengerjakan skripsi. Agar lebih cepat memperoleh data penelitian, Ia memanfaatkan waktu duapuluh jam dalam sehari untuk beraktivitas, dan empat jam untuk tidur. Tak heran, kantung di bawah mata Erika sudah menghitam beberapa bulan terakhir ini.

Erika memang pintar, dia menangkap materi yang Dosen berikan lebih cepat. Minatnya pada bidang Chemistry juga tinggi, tidak seperti Anne yang masih setengah hati saat awal perkuliahan. Namun, Erika tak pernah segan untuk membantu Anne menjelaskan kembali materi kuliah saat di indekos.

Kalau Nick, kemampuannya sudah tidak diragukan lagi. Ia memang pria istimewa, kecerdasannya adalah anugerah, begitu kata Anne. Walaupun tak mendengarkan saat kuliah pun, Nick masih dapat menjawab pertanyaan yang diajukan tiba-tiba. Aneh? Memang. Nick tipe orang yang dingin tak banyak bicara dan pura-pura tidak tahu padahal Ia tahu segalanya.

Metode belajar Nick berbeda dengan Erika. Erika menggunakan metode belajar visual atau Ia lebih suka melihat layar proyektor yang menampilkan materi kuliah lalu dicatatnya ulang semua materi hingga rapi.

Sedangkan Nick menggunakan metode belajar audial atau dengan mendengarkan. Ia jarang mencatat, lebih sering merekam penjelasan Dosen menggunakan ponselnya, lalu Ia putar ulang saat sedang beristirahat di apartemen. Karena itu, Ia selalu tampak seolah-olah tidak fokus, Ia mencoret-coret bukunya tapi sebenarnya Ia juga sedang mendengarkan materi kuliah dan diserap dengan sangat baik oleh otaknya.

Untuk merayakan kelulusan duapuluh orang tersebut, teman-teman satu angkatan Anne mengadakan pesta perpisahan di luar kota. Mereka sepakat ke kota B yang jaraknya kuranglebih tujuhratus kilometer dari kampus atau kira-kira sembilan jam perjalanan darat dengan akses jalan tol. Semua dilarang membawa mobil pribadi agar lebih banyak waktu yang dapat mereka habiskan bersama di bus.

Satu angkatan terdiri dari seratus empatpuluh mahasiswa, maka bus yang disewa juga harus cukup untuk menampung mereka. Tiga bus telah berjejer di depan gedung Chemistry, pembagian tempat duduk juga sudah diatur oleh Jerrel. Anne, Erika, Nick, Betty dan Wildan tergabung dalam satu bus, entah berdasarkan apa Jerrel membagi mereka hingga Anne dan Nick harus berada di satu bus yang sama.

Anne duduk di samping Erika dan memilih bangku di bagian tengah, sedangkan Nick di bangku belakang tapi tidak di tempat duduk panjang. Kegaduhan sudah terjadi sejak mereka berangkat Subuh tadi, tidak ada yang melanjutkan tidur. Semua sibuk mengobrol, bernyanyi atau mendengarkan lelucon Wildan yang terkadang tidak membuat Anne tertawa sama sekali.

"Memangnya lelucon Wildan lucu ya? Kenapa semua orang tertawa?" bisik Anne pada Erika.

Erika bukan menjawab, malah tertawa. "Sebenarnya menurutku juga tidak lucu An, tapi suasana sedang mendukung kita untuk tertawa," kata Erika dengan nada bicara normal.

Anne terkekeh. Ah, memang benar. Ini adalah kegiatan bersama-sama mereka untuk yang terakhir kalinya. Sebelum duapuluh orang yang telah dinyatakan lulus mengikuti prosesi wisuda, sebelum mereka melanjutkan jalan masing-masing di luar sana. Sebelum mereka saling menjauh dan berpindah tempat tinggal. Sebelum sosok Nick tak tertangkap lagi oleh retinanya.

Anne mengeluarkan ponsel dari tas kecil yang sejak tadi terselempang di bahu. Diam-diam Ia membuka kembali kolom chat Nick di aplikasi percakapan. Belum ada yang Anne hapus, chat Nick terakhir kali yang menanyakan kabar dan kondisinya masih tersimpan. Disentuhnya gambar profil Nick yang bebentuk lingkaran di pojok kiri atas.

Nick belum menggantinya. Masih gambar profil chat yang sama sejak satu tahun lalu. Foto Anne tampak belakang yang menggunakan dress putih saat di pantai dulu. Nick mengambil foto Anne diam-diam dari kejauhan. Anne tampak begitu kecil di foto itu karena dipotret dari jarak jauh, Ia sedang menghadap ke lautan, dan menikmati angin yang menyibak rambut. Mungkin tak ada yang tahu jika itu Anne, bisa jadi beberapa orang berpikir itu adalah Adik Nick. Namun, teman-teman kuliahnya pasti mengenal siapa gadis di foto itu. Pasti, tidak mungkin tidak.

****

FRIENDSHIP or RELATIONSHIP [TAMAT ✅]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang