Limapuluh Delapan

28 9 0
                                    

Sepuluh bulan kemudian. Anne masih sibuk di kampus, penelitian untuk skripsi telah selesai dengan melalui proses yang panjang dan penuh drama. Beberapa kali penelitiannya gagal, tak mendapat hasil yang sesuai, hingga Anne harus mengulang penelitian sebanyak tiga kali barulah data yang diinginkan dari penelitian tersebut Ia peroleh.

Selama lebih dari enam bulan pula, jam tidur Anne kacau. Bahkan hampir sama seperti Erika dulu, Anne lebih sering tidur di laboratorium daripada pulang ke kamarnya yang hangat. Sejak itu baru tahu bahwa tidur di laboratorium lebih efektif agar penelitiannya cepat selesai.

Bagaimana tidak, dalam metodologi penelitiannya, Ia harus mengoven bahan selama dua jam sebelum dilakukan ekstraksi. Dalam waktu dua jam Ia gunakan untuk tidur di ruangan kecil dengan alas karpet seadanya. Seharusnya ruang itu digunakan untuk melakukan uji analisa dengan spektrofotometer UV-VIS, tapi kemudian alat tersebut dipindahkan agar dapat menjadi ruang istirahat untuk mahasiswi yang menginap di laboratorium. Sedangkan mahasiswa atau para pria tidur di kursi-kursi yang dijejer di luar ruang istirahat.

Jadwal sidang skripsi Anne juga sudah keluar sejak seminggu yang lalu. Siap tak siap, Anne harus melakukannya besok pagi. Sidang skripsi sekali dalam seumur hidup, yang kata teman-temannya benar-benar menguji mental itu akan datang duapuluh empat jam dari sekarang.

Erika masih menjadi teman sekamar Anne. Gadis itu diterima bekerja di salah satu perusahaan alat laboratorium sebagai salah satu tim marketing. Bulan ini, sudah genap enam bulan Erika bekerja di sana. Jika ditanya Anne apakah Erika tidak ingin mencari pekerjaan yang lain? Tentu saja jawabannya ingin. Anne tahu betul, bidang marketing bukan bidang yang dikuasai Erika. Namun, jangan lupakan Erika yang rajin dan mudah menyerap ilmu baru. Buktinya saja enam bulan ini dilalui Erika dengan baik. Walaupun terkadang Ia harus bolak-balik keluar kota untuk menemui calon costumer.

"Hari ini ke kampus, An?" tanya Erika sambil mengaduk segelas susu.

"Tidak, aku belajar di kamar saja."

"Baiklah, nanti aku usahakan pulang kerja lebih cepat agar bisa membantumu latihan presentasi."

"Jangan terburu-buru, Erika. Lagipula satu minggu ini aku juga sudah banyak berlatih dengan adik angkatan."

"Iya, kurasa pekerjaanku hari ini tidak terlalu banyak hanya menemui dua calon costumer," kata Erika yang kemudian meneguk susu hangat di hadapannya. "Aku berangkat dulu ya, An." Erika mengambil tas dan melambaikan tangan ke Anne yang sedang membaca diktat dan catatan kuliah.

"Hati-hati di jalan, Erika. Semangat kerjanyaa ...." teriak Anne dari kursi belajar, Erika sudah keluar dari kamar, sedang memakai sepatunya juga ikut berteriak, "Semangat juga belajarnyaa ...."

Anne masih membaca daftar kemungkinan pertanyaan yang diajukan oleh Dosen Penguji. Walaupun besok adalah sidang tertutup---tanpa dihadiri peserta sidang---tapi pertanyaan yang diajukan oleh Dosen Penguji lebih sulit dan terkadang tidak terduga. Beberapa kali teman-temannya mendapat pertanyaan yang justru sebenarnya pertanyaan mendasar atau sepele. Namun, karena dalam kondisi gugup mereka tidak dapat menjawab dengan baik dan mengurangi penilaian.

Ponsel Anne bergetar di atas meja. Sengaja Ia mode silent agar tak mengganggu, tapi kali ini bergetar lama hingga menyebabkan tremor pada tangannya. Ah, panggilan masuk tapi dari nomor yang tak dikenal. "Siapa yang menelepon? Apa itu Nick?" gumamnya, tapi kemudian dilihatnya nomor yang tertera menggunakan kode negara +62 yang artinya itu bukan telepon dari Nick.

"Halo?" jawab Anne.

"Halo. Ini betul nomor ponselnya Anne, mahasiswi Chemistry?" tanya sebuah suara di seberang, suara milik wanita dengan nada ketus tak bersahabat.

FRIENDSHIP or RELATIONSHIP [TAMAT ✅]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang