6

4.1K 559 4
                                    

• HARI KEDUA PERJALANAN •

Perjalananku dari Batam menuju ibu kota sudah di tempuh 2/3 perjalanan. Kini adalah saat dimana aku akan memijakkan kaki di pulau Jawa dan menyeberangi laut dari Bandar Lampung menuju Banten.

Mobil om Syahid yang berisikan aku, om Syahid, dan Kahfi itu telah masuk ke dalam kapal feri yang akan menyeberangkan kami dan ratusan penumpang lain menuju pulau Jawa.

Aku mengambil ponsel yang aku letakkan di dalam kantong celanaku. Mengecek jam saat itu. Jam di ponselku menunjukkan pukul 17.00 sore.

Aku lalu membuka aplikasi-aplikasi lain, mengecek akun-akun sosial mediaku dan pesan-pesan yang belum ku baca.

"Safira, kita keluar aja, liat pemandangan. Nanti bakal ada sunset tuh! Entar sekalian sholat maghrib juga" ajak om Syahid sambil menatapku ke arah belakang.

Aku kemudian segera mematikan ponselku, memasukkannya kembali kedalam kantong celanaku itu.

Gambar celana (celana rok) yang Safira kenakan saat itu :

Gambar celana (celana rok) yang Safira kenakan saat itu :

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Om Syahid dan Kahfi kemudian bergegas keluar dari mobil. Aku lalu ikut keluar menyusul kedua pria itu. Aku bersama dua pria yang merupakan ayah dan anak itu kemudian naik ke atas bagian kapal feri.

Om Syahid dan Kahfi mengajakku duduk di sebuah bangku panjang yang menghadap langsung dengan lautan.

Saat itu aku sepertinya sedang berada di tengah laut. Tidak tampak daratan, atau-pun sebuah pulau disana. Hanya tampak air laut dan lingkaran bulat matahari yang terlihat ingin membenamkan dirinya.

"Ayah beli minum dulu ya. Kalian tunggu disini. Safira, om beli minum dulu bentar" ujar om Syahid kepadaku dan Kahfi. Suaranya mengisi suasana sunyi pinggir kapal tempat kami duduk itu.

Om Syahid kemudian beranjak dari duduknya, ia kemudian meninggalkan aku dan Kahfi untuk pergi membeli minum.

Suasana seketika kembali menjadi sunyi setelah pria dewasa itu pergi.

"Kamu tau Safira?" seru Kahfi mengagetkanku yang sedang melamun menatap indahnya pemandangan laut di hadapan kami.

"Tau apa?" tanyaku kepada pria itu.

"Dulu waktu bundaku meninggal, aku sama kaya kamu. Sama-sama putus asa, dan nggak semangat buat lanjutin hidup" ujar Kahfi, ia kemudian menarik napasnya perlahan.

"Sakit ya, ditinggal sama ibu sendiri. Semoga aja bundaku sama ibumu masuk surga" lanjut Kahfi sambil menatap lautan luas di hadapan kami.

"Iya.." jawabku singkat kepada pria itu.

Suaraku bergetar, perkataan Kahfi barusan seketika meretakkan tembok kokoh yang telah ku bangun di dalam hati untuk menjadi kuat menerima kepergian ibuku itu.

KETIKA SAINGANKU ADALAH TUHAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang