46

1.6K 255 9
                                    

"Kita kemana Vir?" tanyaku di tengah jalan.

Jujur aku sangat heran dengan pria itu. Sudah hampir 1 jam kami belum sampai ke tempat yang akan dituju itu.

"Ke Ancol Asya!" jawab Javir dengan keras. Suara pria itu menembus bisingnya desiran angin.

"Kok lama banget? Emang jauh banget ya?" tanyaku sedikit kesal.

"Emangnya kenapa Asya?" balas Javir bertanya.

"Aku cape Javir. Pengen istirahat.. Lagian kok Ancol jauh banget sih Vir?" jawabku.

"Nggak jauh banget sih sebenernya..." jawab Javir dengan santai.

"Terus kenapa lama banget Javir?" keluhku kembali. Jujur aku sangat merasa lelah saat itu.

"Hmm.. sengaja!" jawab pria itu dengan santai.

"Hah? Sengaja gimana?" sahutku kaget.

"Iya! Sengaja biar bisa lama-lama sama Asya!" jelas Javir.

Deg...
Aku sangat terkejut.
Jawaban Javir barusan benar-benar membuat hatiku terasa kaku seketika. Atmosfer saat itu tiba-tiba saja terasa berubah menjadi berbunga-bunga.

Aku terdiam. Aku benar-benar sangat terbawa perasaan mendengar jawaban Javir barusan. Hatiku sungguh terasa sangat berdebar-debar. Entahlah, aku juga tak mengerti.

"Kamu kenapa Asya? Kok tiba-tiba diem?" tanya Javir sambil sibuk menatap jalan.

"Hah? Apaan?" sahutku yang baru tersadar dari lamunan.

"Hahahaha.. Kamu jangan baper ya Asya!" balas Javir bergurau.

"Apaan sih kamu Vir!?" sahutku sebal.

"Hahahaha... Tante Safira ternyata bisa marah juga ya?" lanjut Javir meledek. Aku seketika langsung tersenyum mendengar perkataan pria itu.

• • •

Pukul 17.30 lebih.
Motor yang aku dan Javir naiki itu telah berhenti. Kami telah sampai di tempat tujuan. Pantai Ancol.

Sudah 1 jam lebih aku dan Javir menghabiskan waktu hanya di perjalanan saja. Pria itu sepertinya memutar-mutar jalan dengan sengaja agar lama sampai ke tujuan.

Aku lalu mengembalikan helm kepada Javir. Ku tundukkan kepalaku saat itu. Merasa malas untuk menatap wajah dan rupa Javir. Jujur aku sangat lelah sore itu.

Duduk 1 jam di atas motor benar-benar sangat menguras tenaga bagi seorang gadis bertubuh kecil sepertiku. Apa lagi selama diperjalanan, aku berusaha untuk manahan tubuhku agar tidak tersentuh dengan tubuh Javir. Sungguh sangat meletihkan.

"Asya..? Kenapa cemberut?" tanya Javir melihat ekspresi wajahku yang terlihat sedikit masam. Aku hanya terdiam tak menjawab pria itu.

"Asyaa..? Kamu ngambek sama aku?" tanya Javir kembali. Aku tetap terdiam. Aku sebenarnya tidak mengambek. Hanya merasa sedikit kesal saja. Entahlah...

"Maaf ya Sya.. Kamu capek yah?" tanya Javir lagi. Aku tetap saja terdiam.

"Asyaa... yuk!" lanjut Javir mulai mengajakku berjalan.

Aku dan Javir kemudian mulai berjalan. Aku berjalan di samping pria itu sedikit ke belakang. Pria itu terlihat memperlambat langkah-nya, menyesuaikan dengan langkah kakiku yang pendek.

"Sya? Kamu ngambek?" tanya Javir kembali. Aku lagi-lagi hanya terdiam.

Hahahaha... Aku teringat dengan ekspresi wajah Javir yang terlihat sangat merasa bersalah sore itu. Maaf Javir! Aku sebenernya nggak ngambek sama sekali kok! Cuman pengen ngerjain kamu aja! Hehehehe...

KETIKA SAINGANKU ADALAH TUHAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang