61

1.4K 265 1
                                    

Pukul 11.00.
Pesawat yang aku, Tiara, dan Javir naiki itu telah mendarat. Kami telah sampai di kota Batam. Pesawat itu mendarat di bandara Hang Nadim Batam.

Aku, Tiara, dan Javir kemudian turun dari pesawat bersama-sama. Kami berjalan menuju tempat pengambilan bagasi untuk mengambil koper dan barang-barang yang dibawa.

Usai mengambil koper, aku, Javir, dan Tiara kemudian berjalan menuju lobi. Kami akan segera menuju ke rumah-ku saat itu.

Oh iya! Sebelum pergi ke Batam aku sempat memberi tahu ayah lewat SMS. Dan aku juga sudah memberi tahu ayah tentang tujuanku hendak menemuinya ini. Yaitu untuk meminta restu dan persetujuan mengenai rencana pernikahan itu.

Reaksi ayah pertama kali medengar kabar ini sangat terkaget. Ia sepertinya tidak menyangka bahwa anak gadis satu-satunya ini sudah berencana untuk melakukan pernikahan.

Namun syukur-nya ayah dengan senang hati menerima kabar tersebut. Ia hanya butuh melihat calon menantunya yaitu Javir. Untuk menilai seberapa pantas Javir bisa menjadi calon suamiku nanti.

"Aku pesen taksi ya?" tanya Javir menawarkan diri.

"Nggak usah-nggak usah! Gue aja!" sahut Tiara menolak.

"Oooh, oke-oke!" balas Javir. Tiara kemudian langsung mengeluarkan ponsel-nya dan langsung memesan taksi.

Tak lama kemudian taksi yang Tiara pesan itu datang. Javir kemudian langsung memasukkan seluruh koper-koper kami ke dalam bagasi. Kami bertiga kemudian masuk ke dalam taksi tersebut.

Javir hari itu terlihat sedikit berbeda dengan biasa-nya. Pria itu terlihat lebih banyak menutup mulut. Ia juga terlihat lebih perhatian. Walau memang biasanya juga perhatian.

"Vir!" panggil Tiara tiba-tiba.

"Kenapa?" sahut Javir yang duduk kursi depan.

"Lo deg-degan yaaa...?" tanya Tiara. Javir lalu tertawa. Pria itu kemudian menyentuh dadanya mengisyaratkan bahwa diri-nya sedang merasa tegang saat itu.

"Lumayan..." jawab Javir grogi.

"Kamu juga ya Fir..??" lanjut Tiara sambil menatapku gemas.

Aku lalu tersenyum, kemudian menundukkan kepala. Jujur perasaanku saat itu sungguh sangat berdebar-debar. Aku sedikit khawatir ayah tidak merestui rencana pernikahan itu nanti.

"Hahahaha... Aku juga deg-degan tau! Elah..." seru Tiara tertawa. Aku dan Javir lalu ikut tertawa.

"Mau nikah ya kak?" potong supir taksi tiba-tiba. Supir taksi tersebut tersenyum sambil menatap Tiara lewat kaca spion bagian depan.

"Insya Allah bang!" jawab Tiara.

"Waah, kapan tu kak?" tanya supir tersebut lagi.

"Belom tau sih bang, 1 sampe 2 bulan lagi kaya-nya..." jawab Tiara dengan santai.

"Woww.. Aku doakan lancar ya kak! Semoga nanti bisa jadi keluarga yang sakinah mawaddan wa rahmah sama abangnya ya! Amin.." balas supir taksi tersebut.

"Amin bang! T-tapi, yang mau nikah bukan saya! Ini adek saya sama kawan-nya yang di depan itu..." sahut Tiara menjelaskan. Gadis itu menggaruk-garukkan kepalanya yang tak gatal.

KETIKA SAINGANKU ADALAH TUHAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang