"Ya Allah jelek bangett..." ujar Tiara tertawa melihat sebuah foto dirinya saat masih kecil.
Tiara kemudian menekan salah satu tombol di keyboard laptopnya, menggeser pada foto selanjutnya. Terlihat pada foto selanjutnya itu diriku, Tiara, dan Kahfi saat masih kecil berdiri berdempet-dempetan.
Aku ingat dengan foto itu. Foto itu di ambil saat aku kelas 3 SD. Ketika keluarga om Syahid berkunjung ke Batam, yaitu tempat kota tinggalku dan tempat tinggal nenekku saat hari raya idul fitri tahun 2008.
Oh iya, ngomong-ngomong ayahku hanya 2 bersaudara. Hanya ayahku dan om Syahid. Kakek dari ayahku juga sudah meninggal sejak lama. Nenekku saat ini tinggal di sebuah rumah di kota Batam, bersama dengan anak keponakan-nya.
Tidak, nenek tidak tinggal bersama anak-anaknya bukan karena keluargaku dan keluarga om Syahid sengaja meninggalkan. Namun karena nenek selalu menolak untuk di ajak tinggal bersama kami. Beliau bilang, ia tak mau menganggu rumah tangga anak-anaknya.
"Hahahaha.. Kahfi kecilnya imut ya, sekarang mah amit-amit!" seru Tiara menjelekkan adik laki-lakinya itu. Aku ikut seketika ikut tertawa.
"Ini foto tahun berapa ya?" lanjut Tiara bertanya kepadaku.
"Hmm.. kayanya 2008 deh waktu aku kelas 3" jawabku.
"DEMI APA? Gila udah 10 tahun yang lalu dong?" sahut Tiara terkaget. Bola matanya seketika membesar menatapku yang duduk di sebelahnya.
"Iya deh kalo nggak salah" jawabku sambil tertawa melihat kakak sepupuku itu.
"Eh tau nggak sih Fir? Dulu waktu kita masih kecil, kalo nggak salah waktu aku kelas 7 SMP atau 6 SD gitu. Waktu aku sekeluarga lebaran di Batam, kan nginep tuh di rumah nenek. Trus waktu ketemu sama kamu tuh, si Kahfi nanya kaya gini ke aku 'Eh kak, itu yang cewe, saudara kita ya?', dia nanyain tentang kamu tau! Terus.. aku jawab 'Iya, namanya Safira. Kenapa emang? Lu suka ya?'." ujar Tiara. Ia kemudian menelan ludah lalu lanjut bercerita.
"Kamu mau tau Fir, dia bilang apa ke aku? Si Kahfi bilang 'iya.. cantik soalnya', aku disitu kaget banget sumpah. Kaya gimana ya, masih bocil gilaa, baru liat pertama kali aja langsung suka. Hadeehhhh tu bocah" lanjut Tiara. Wajahnya yang awalnya antusias bercerita seketika berubah menjadi kesal karena teringat dengan tingkah polos adik laki-lakinya itu saat kecil.
Aku kemudian ikut tertawa mendengar cerita Tiara barusan. Bagiku Kahfi saat itu hanya mengagumiku saja, pria itu masih sangat kecil saat itu, tidak mungkin ia sampai jatuh cinta kepadaku.
Kami kemudian lanjut melihat foto-foto di dalam laptop milik Tiara itu. Sungguh dari awal ketika Tiara ingin memperlihatkan foto-foto itu, perasaanku sudah merasa tidak nyaman.
Aku merasa cemas dan gelisah dengan foto-foto yang akan Tiara perlihatkan. Aku takut ada foto ibuku disana. Dan benar saja, sudah beberapa foto yang ku lihat di dalam laptop milik Tiara itu terdapat sosok ibu.
Namun setiap sampai pada sebuah foto yang terdapat sosok ibu di dalamnya, Tiara dengan cepat melewati foto tersebut. Sepertinya ia paham dengan perasaanku saat itu.
Tiara lalu menutup laptopnya. Ia kemudian meletakkan kembali laptop tersebut di atas meja kayu yang ada di dalam kamar itu.
"Tidur yuk Fir" seru Tiara mengajakku. Aku kemudian menganggukkan kepala membalas ajakannya.
Tiara mematikan lampu kamar itu, ia kemudian berjalan kembali ke atas ranjang dan bergegas pergi tidur.
Aku kemudian memejamkan mata, berusaha melelapkan mataku yang sedari tadi tidak merasa mengantuk. Tak lama kemudian aku-pun tertidur.
• • •
Hari ini hari minggu.
Aku terbangun pukul 09.00 pagi setelah tidur kedua kalinya sehabis melaksanakan sholat subuh pada pukul 05.00 tadi pagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
KETIKA SAINGANKU ADALAH TUHAN [END]
Romance𝑻𝒆𝒏𝒕𝒂𝒏𝒈 𝑺𝒂𝒇𝒊𝒓𝒂... Namanya Aesya Safira.. Seorang gadis cantik yang terinspirasi dengan sosok perempuan hebat yaitu Aisyah radhiyallahu anha. Ayahnya menamakannya dengan nama "Aesya" bertujuan agar anak gadisnya itu tumbuh dewasa menjadi...