Aku lalu berjalan keluar dari balik tembok toko itu. Tangisanku benar-benar tercurah sangat deras. Kematian Elif barusan adalah sebuah kematian yang sangat menyakitkan bagiku.
Ku langkahkan kaki-ku perlahan hendak melihat sosok Elif. Gadis itu ternyata sudah terbaring tak bernyawa dengan wajah yang menghadap aspal dan darah yang bercucuran di sekitar tubuhnya.
"ELIIIIIIIIIF......" teriakku dari jarak jauh. Tangisanku semakin menjadi-jadi.
Aku lalu berlari dengan sangat kencang sambil menangis meninggalkan tempat sepi itu. Aku tak tau hendak pergi kemana. Intinya, aku tidak ingin melihat jasad sahabatku itu lagi.
Aku trauma, benar-benar sangat trauma.
Jika sebuah kematian biasa saja dapat membuat seseorang sangat trauma. Bagaimana dengan aku? Aku menyaksikan langsung dengan mata dan kepalaku sendiri, bagaimana cara sahabatku membunuh dirinya.
Hatiku hancur. Kematian Elif barusan bukan sebuah kematian biasa. Ini sebuah kematian yang gila. Aku benar-benar sangat hancur.
Langkah demi langkah ku tempuh. Terus berlari sambil menangis tanpa memedulikan orang-orang yang melihatku saat itu. Kakiku lalu tiba-tiba saja terhenti. Benar-benar terhenti. Entah mengapa.
Ku dongakkan kepalaku menatap sebuah bangunan yang berada di hadapanku. Tetes air mata-ku terus mengalir bak air terjun yang mengalir dengan sangat deras.
Kaki-ku terhenti tepat di depan sebuah masjid kecil. Entah mengapa air mataku seketika mengalir semakin deras lagi, aku merasa bahwa tuhan sedang menguatkanku saat itu.
Aku lalu melangkah masuk ke dalam masjid itu. Aku seketika teringat bahwa aku belum melaksanakan sholat zuhur siang itu.
Aku lalu segera mengambil wudhu, dan langsung mengenakan mukena yang ada di masjid itu lalu melaksanakan sholat.
Sepanjang sholat, tubuhku benar-benar sangat bergetar. Air mataku terus menerus mengalir tak henti-henti. Aku tidak bisa mengendalikan tubuhku saat itu. Tubuh Elif yang sudah tak bernyawa tadi terus terbayang-bayang di dalam pikiranku.
Aku tidak takut! Aku sama sekali tidak takut! Aku sedih! Sangat amat sedih! Cerita ini ku tulis sambil meneteskan ribuan tetes air mata. Aku tak sanggup mengingat Elif. Aku sungguh rindu dengan gadis itu.
Usai melaksanakan sholat, aku lalu membaringkan tubuhku di lantai masjid. Terus menerus menangis seraya menyebut-nyebut nama Elif. Sungguh malang gadis itu. Sangat amat malang.
• • •
Deg...
Aku terbangun. Aku baru saja tertidur tadi.Ku angkat tubuhku perlahan, melihat ke arah sekitar masjid itu. Saat itu masih terang, masih ada sinar matahari yang terlihat dari luar.
Aku lalu meraih ponsel yang ada di dalam tas tenteng milikku. Lalu mengecek jam saat itu. Waktu ternyata menunjukkan pukul 16.30 lebih. Itu tandanya, aku telah tertidur di masjid itu selama 2 jam.
Ku angkat tubuhku hendak mengambil air wudhu. Aku lalu langsung melaksanakan sholat ashar sendirian di masjid itu. Masjid itu benar-benar sepi, hanya ada aku dan seorang kakek-kakek yang dari tadi tengah membaca Al-qur'an.
Air mataku tiba-tiba saja menetes lagi. Aku teringat kembali dengan semua yang baru saja terjadi pada diriku. Hatiku kembali menegang. Suasana seketika terasa kembali mencekam.
Usai melaksanakan sholat, aku lalu mengambil tas tenteng yang diberikan oleh Elif tadi. Aku lalu membuka tas itu. Dan aku baru tersadar saat itu, ternyata di dalam tas Elif itu terdapat sebuah surat kecil yang terselipkan disebelah buku tulis milik Elif.
KAMU SEDANG MEMBACA
KETIKA SAINGANKU ADALAH TUHAN [END]
Romance𝑻𝒆𝒏𝒕𝒂𝒏𝒈 𝑺𝒂𝒇𝒊𝒓𝒂... Namanya Aesya Safira.. Seorang gadis cantik yang terinspirasi dengan sosok perempuan hebat yaitu Aisyah radhiyallahu anha. Ayahnya menamakannya dengan nama "Aesya" bertujuan agar anak gadisnya itu tumbuh dewasa menjadi...