39

1.7K 289 5
                                    

Aku beranjak dari ranjang. Memakai hijabku, lalu segera berjalan keluar kamar. Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan dengan om Syahid siang itu.

"Eh, Fira!" seru Tiara yang senang melihatku keluar dari kamar.

Tiara saat itu tengah duduk menonton TV di sofa ruang keluarga yang berada persis di depan kamar. Aku lalu ikut duduk di sebelah gadis itu.

"Kak! Ayah kakak ada?" tanyaku kepada gadis itu.

"Ooh, ada kok!" sahut Tiara.

"Hmmm.. boleh tolong panggilin nggak kak? Ada yang pengen aku omongin" seruku kepada Tiara.

"Ooh, yaudah! Bentar ya!" balas Tiara sembari beranjak meninggalkan sofa. Gadis itu kemudian berjalan menuju kamar om Syahid.

"Tu yah! Katanya Safira mau ngomong sama ayah.." ujar Tiara kepada om Syahid setelah kembali. Tiara dan om Syahid kemudian duduk di sofa bersamaku.

"Kak, kamu kaya-nya masuk kamar dulu deh.." ujar om Syahid menyuruh putrinya itu. Tiara lalu segera beranjak. Gadis itu kemudian langsung berjalan masuk ke kamar.

"Safira..." panggil om Syahid. Mataku mulai berkaca-kaca, saat itu aku hendak menyampaikan sesuatu yang gila kepada om Syahid.

"Om tau apa yang lagi terjadi sama kamu. Kita semua di rumah ini tau kok Fir! Kamu yang sabar ya..." jelas om Syahid.

Air mataku mulai menetes. Aku tahu apa yang dimaksud oleh om Syahid itu. Maksud dari perkataan om Syahid itu adalah Elif. Ya, kasus pembunuhan diri itu.

Namun aku juga penasaran. Bagaimana se-isi rumah itu bisa mengetahui tentang kematian Elif? Sedangkan pihak polisi saja belum mengetahui bahwa gadis yang membunuh dirinya itu adalah Elif. Entahlah. Mungkin saja sudah ditemukan. Aku tadi memang hanya membaca dari satu sumber berita saja.

"Om..." panggilku dengan suara bergetar. Air mata sudah menetesk wajahku.

"Iya Fir..?" jawab om Syahid lembut.

"Safira disuruh ayah buat pulang ke Batam. Ayah bilang Safira nggak usah kuliah. Safira nanti nyari kerja di Batam aja om" jelasku mulai mengatakan hal gila itu.

Ya, aku berbohong. Ayahku sebenarnya tak pernah menyuruhku untuk pulang ke Batam. Beliau juga tidak pernah mengetahui apa saja yang terjadi dengan anak gadisnya ini di ibu kota.

Perkataanku barusan hanya-lah sebuah kebohongan belaka. Aku sedang melaksanakan sebuah keputusan gila yang telah ku pikirkan dari tadi pagi.

"Hah, beneran?" tanya om Syahid kaget.

"Iya om.." jawabku sambil menundukkan kepala.

"Ayah emangnya suruh Fira pulang kapan?" tanya om Syahid kembali.

"Besok om.." jawabku berbohong.

"Ooh besok. Yaudah, entar om izin ke kantor om buat cuti" sahut om Syahid. Aku sontak terkaget. Rencana yang telah ku susun tidak seperti itu.

"Hmm.. nggak om! Safira nanti di jemput sama adeknya ibu. Tante-nya Fira" jawabku berbohong kembali.

"Oooh dijemput?" sahut om Syahid bertanya.

"Iya om.." jawabku. Suaraku semakin bergetar. Aku takut om Syahid tak percaya dengan kebohonganku.

"Tante kamu nggak nginep disini dulu?" tanya om Syahid lembut. Aku sontak terkaget. Bingung ingin menjawab apa lagi.

"Nggak om! Tante Fira nyuruh Fira buat dateng ke rumah temennya besok. Soalnya dia nginep di rumah temennya" jawabku ragu-ragu.

"Ooh gitu? Tante kamu emang kapan ke Jakarta-nya?" tanya om Syahid kembali.

KETIKA SAINGANKU ADALAH TUHAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang