Pukul 14.00.
Mobil yang berisi aku dan Javir itu berhenti. Kami telah sampai di depan gerbang kos-ku. Javir lalu memarkirkan mobil-nya di depan gerbang. Pria itu lalu ikut turun bersama-ku."Asya, kalo kamu ada apa-apa kasih tau aku ya..." seru Javir kepadaku. Aku saat itu hanya diam sambil terus berjalan menuju kamar.
Aku diam bukan karena masih merasa kesal. Aku saat itu terdiam karena menahan tangisan-ku. Aku merasa tubuhku sangat tak berdaya saat itu. Ya, aku memang seorang perempuan yang cengeng.
Suasana dan atmosfer yang ku rasakan saat itu terasa sangat aneh dan berbeda. Mungkin faktor dari demamku yang sangat tinggi saat itu. Aku lalu membuka kunci kamar.
"Sya!" panggil Javir menahanku.
"Apa lagi Vir..?" tanyaku sambil sedikit terisak dengan tangisan.
"Maafin Javir..." seru pria itu sambil menunduk merasa bersalah. Aku lalu langsung berjalan masuk ke dalam kamar.
Tidak, aku meninggalkan pria itu bukan karena masih merasa kesal. Melainkan karena tangisanku sudah berada di puncak-nya. Aku sungguh tak tega melihat ekspresi Javir yang terlihat sangat merasa bersalah.
Kekesalan-ku sudah reda pada Javir. Entah mengapa hatiku merasa luluh seketika. Aku merasa kesalahan yang Javir lakukan kemarin bukan-lah sebuah kesalahan.
Aku kemudian mengunci pintu kamar. Lalu menyandarkan tubuhku pada pintu itu sambil menangis tersedu-sedu. Aku benar-benar tak bisa menahankan tangisanku saat itu.
"Asya, Javir minta maaf..." seru Javir lagi sambil mengetuk pintu kamar ku. Aku menutup mulutku, manahan sekuat mungkin suara tangisanku yang sangat tak tertahankan.
"Asya jangan lupa makan ya! Obatnya juga jangan lupa di minum! Kalo hari senin kamu masih sakit, nggak usah pergi kerja dulu..." lanjut Javir berpesan. Aku terus menangis tak mengeluarkan kata-kata.
"Javir pulang dulu ya Asya! Assalamualaikum.." pamit Javir dengan nada lembut.
"W-waalaikumussalam" jawabku terbata-bata. Javir lalu pergi meninggalkan kos itu.
Aku lalu beranjak perlahan menuju kamar mandi. Lalu berwudhu dan langsung mengenakan mukena untuk melaksanakan sholat zuhur.
Sungguh hari itu tubuhku benar-benar terasa sangat lemas. Demam-ku kali ini cukup parah dan tinggi. Sangat berbeda dengan demam yang pernah ku alami sebelumnya.
Aku melaksanakan sholat zuhur duduk di atas ranjang. Setelah sholat, aku lalu memakan makanan yang diberi oleh Fatih tadi. Kemudian langsung meminum obat demamku.
Setelah meminum obat, aku lalu membaringkan tubuhku di ranjang. Kepalaku benar-benar terasa sangat pusing. Aku lalu segera pergi tidur.
• • •
Tok, tok, tok...
Pukul 16.00. Ada yang mengetok pintu kamar-ku saat itu.Aku yang sedang tertidur pulas saat itu terbangun. Tubuhku benar-benar sangat basah dengan keringat. Rasa pusing di kepala-ku syukurnya sudah sedikit mereda.
Aku lalu beranjak dari ranjang. Memakai hijab dan langsung berjalan perlahan-lahan menuju pintu kamar ku itu.
Kreekk...
Aku membuka pintu kamar-ku itu.Bola mataku seketika membesar. Aku benar-benar terkaget melihat sosok yang berada di balik pintu kamarku itu. Aku lalu buru-buru masuk ke dalam kamar lagi.
Sosok yang berdiri di depan pintu kamar ku itu ternyata adalah wanita yang mengajak Javir pergi ke mall kemarin. Aku seketika menjadi sakit hati kembali setelah melihat wajah wanita itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
KETIKA SAINGANKU ADALAH TUHAN [END]
Romance𝑻𝒆𝒏𝒕𝒂𝒏𝒈 𝑺𝒂𝒇𝒊𝒓𝒂... Namanya Aesya Safira.. Seorang gadis cantik yang terinspirasi dengan sosok perempuan hebat yaitu Aisyah radhiyallahu anha. Ayahnya menamakannya dengan nama "Aesya" bertujuan agar anak gadisnya itu tumbuh dewasa menjadi...