56

1.5K 272 18
                                    

Minggu, 12 Agustus 2018.
Jam menunjukkan pukul 07.30 pagi.

Pagi itu aku sudah tidak demam lagi. Suhu tubuhku sudah menurun dan kepalaku sudah tak merasa pusing lagi.

Seperti-nya demam ku hilang bukan karena banyak beristirahat dan meminum obat. Melainkan karena mendengar seluruh penjelasan dari Widya kemarin. Semua penjelasan Widya kemarin seketika membuat hatiku kembali tenang.

Aku merasa tenang karena telah mengetahui bahwa dugaanku mengenai Javir itu ternyata hanya sebuah kesalah pahaman. Andai saja aku tak mudah menyimpulkan tentang pria itu dengan Widya, mungkin aku akan baik-baik saja dari kemarin lusa.

Saat itu aku sudah mengenakan pakaian yang rapi dan sudah sarapan. Pagi itu aku memutuskan untuk pergi ke rumah Javir untuk meminta maaf. Aku sungguh merasa bersalah karena telah menuduh dan memarahi pria itu.

Pagi itu aku mengenakan sebuah kemeja kotak-kotak berwarna krem dan hitam. Dengan pasangan kerudung berwarna merah muda dan celana hitam polos.

Foto Safira pagi itu :

Aku lalu memesan ojek online

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku lalu memesan ojek online. Lalu berjalan menuju dapur umum untuk mencuci beberapa piring dan gelas kotor yang belum sempat ku cuci dari kemarin.

Setelah mencuci, aku lalu kembali ke kamar untuk beberes kembali. Aku sempat menyapu kamarku dan sedikit bagian koridor kos selagi menunggu ojek online yang ku pesan.

Tak lama kemudian ojek online yang telah ku pesan tadi akhirnya datang. Aku lalu kembali ke kamar mengambil tas dan langsung menuju motor ojek online tersebut.

Aku lalu langsung berangkat menuju rumah Javir.

• • •

Pukul 08.00.
Motor ojek online yang telah ku pesan tadi berhenti. Aku telah sampai di depan pagar rumah Javir. Aku lalu segera turun dari motor, dan berjalan masuk ke dalam halaman rumah pria itu.

Tok, tok, tok...
Aku mulai mengetukkan pintu rumah Javir.

"Assalamualaikum!" seruku mengucapkan salam. Tak ada jawaban atau-pun respon dari dalam rumah itu. Aku lalu mengetuk pintu rumah itu kembali.

"Assalamualaikum!!" ucapku lebih mengeraskan suara. Namun tetap saja tak ada jawaban.

Aku lalu mengintip dari jendela yang ada di depan rumah Javir itu. Isi rumah pria itu terlihat kosong. Tak ada tanda yang dapat menunjukkan bahwa ada seseorang di dalam-nya.

Tiba-tiba saja pikiranku teringat dengan Widya. Aku menduga bahwa Javir sedang bersama Widya. Aku lalu langsung mengambil surat berisi biodata Widya yang wanita itu berikan kemarin.

Aku lalu segera memesan ojek online menuju alamat rumah Widya yang sudah tertera pada kertas biodata-nya tersebut. Entah kenapa, firasatku saat itu mengatakan bahwa Javir sedang di rumah Widya.

KETIKA SAINGANKU ADALAH TUHAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang