Pukul 19.00 malam.
Aku, Tiara, dan Javir sudah berada di pantai yang menghadap langsung dengan negara Singapura itu.Javir mengajak aku dan Tiara untuk makan malam. Kami lalu pergi ke sebuah restoran yang ada di sana.
Malam itu tidak banyak pengunjung. Memang pantai itu biasa-nya banyak dikunjungi ketika waktu siang dan sore. Sebab tujuan utama para pengunjung pergi ke sana untuk melihat pemandangan negara Singapura.
Sedangkan ketika malam, pantai itu gelap. Pemandangan di sana menjadi kurang bagus. Hanya terlihat sedikit kerlap lampu gedung-gedung saja.
"Vir!" panggil Tiara tiba-tiba. Saat itu kami sudah duduk bersama di satu meja yang berada di dalam sebuah restoran.
"Kenapa?" sahut Javir bingung.
"Lo kok jadi orang bisa baik banget sih?" tanya Tiara.
Aku dan Javir cukup terkaget mendengar pertanyaan gadis itu. Namun Tiara memang benar. Javir adalah seorang laki-laki yang baik. Bahkan sangat baik.
"Hah baik? Emang baik ya?" sahut Javir sedikit kaget.
"Asli baik banget.. Sumpah!" jawab Tiara dengan ekspresif.
"Sebaik itu kah?" tanya Javir tak percaya.
"Iya, beneraan dah gue!" jawab Tiara.
"Aku baik Sya?" tanya Javir kepadaku.
"Baik! Baik banget!" jawabku antusias sembari menganggukkan kepala. Javir lalu terdiam. Pria itu terlihat malu setelah mendengar jawaban-ku barusan.
"Asya juga baik banget..." seru Javir memujiku balik. Aku lalu tersenyum kepada pria itu.
"Gue??" sahut Tiara ingin dipuji juga.
"Kak Tiara baik juga..." jawab Javir sambil tersenyum tipis. Aku lalu tertawa menatap pria itu.
"Vir, Vir... Harus berapa kali sih gue bilangin sama lo, gue ini lebih muda! Nggak usah manggil 'kak'." bantah Tiara.
"Siap dek Tiara!" balas Javir bergurau. Tiara dan aku sontak tertawa mendengar jawaban pria itu.
Tak lama kemudian makanan yang kami pesan tadi datang. Aku, Tiara, dan Javir kemudian langsung menyantap makan malam tersebut.
~
Usai makan, aku, Tiara, dan Javir kemudian berjalan berkeliling pantai itu. Kami berjalan di jembatan kayu yang mengelilingi bibir pantai itu. Saat itu tujuan kami adalah mencari titik lokasi tempat aku dan Javir bertemu pertama kali dulu.
Malam itu langit terlihat indah. Banyak bintang-bintang yang menebari gelapnya langit malam itu. Sungguh, malam itu terasa sangat berbeda dengan malam-malam sebelum-nya.
Selain karena banyak bintang-bintang indah yang bertebaran di langit, malam itu juga terasa sangat berbeda karena Javir baru saja mendapat restu dari ayah.
Aku merasakan sebuah aura yang cukup berbeda. Mungkin karena aku dan Javir sudah memiliki sebuah ikatan hubungan yang sedang berjalan menuju tahap yang serius.
Hatiku berdebar-debar. Entah mengapa setiap berada di dekat Javir, aku selalu merasa tenang dan berbunga-bunga. Pria itu seperti membawa sebuah aura yang membuatku merasa nyaman.
"Vir, lo lahir di Batam?" tanya Tiara tiba-tiba.
"Iya, lahir di Batam!" jawab pria itu.
"Oooh, SD, SMP, SMA, juga?" tanya Tiara lagi.
"TK sampe SD di Batam. SMP-nya pesantren di Surabaya, terus SMA di Jakarta." jawab Javir menjelaskan.
Ekspresi Tiara seketika berubah setelah mendengar jawaban Javir barusan. Gadis itu terlihat terkejut. Aku merasa biasa-biasa saja. Sebab Javir sudah pernah menceritakan kepadaku tentang sekolah-nya ktu.
KAMU SEDANG MEMBACA
KETIKA SAINGANKU ADALAH TUHAN [END]
Romance𝑻𝒆𝒏𝒕𝒂𝒏𝒈 𝑺𝒂𝒇𝒊𝒓𝒂... Namanya Aesya Safira.. Seorang gadis cantik yang terinspirasi dengan sosok perempuan hebat yaitu Aisyah radhiyallahu anha. Ayahnya menamakannya dengan nama "Aesya" bertujuan agar anak gadisnya itu tumbuh dewasa menjadi...