Taksi yang berisikan aku, Tiara, dan Javir itu berhenti. Kami sudah sampai di depan sebuah tempat pemakaman. Aku bersama 2 orang itu kemudian segera turun dari taksi.
Pemakaman itu adalah tempat dimana jasad ibu-ku dimakamkan dulu. Aku juga baru tahu kemarin setelah berziarah ke makam orang tua Javir, ternyata tanggal kematian kedua orang tua Javir sama dengan tanggal kematian ibu-ku.
Ibuku, dan ayah bunda Javir wafat di hari yang sama pada hari Jum'at, tanggal 1 Juni 2018. Dan mereka wafat di kota yang sama yaitu di kota Batam.
Aku lalu membeli satu plastik bunga tabur untuk menghiasi makam ibu nanti. Aku kemudian langsung berjalan memimpin menuju makam ibu. Sedangkan Tiara dan Javir berjalan mengikutiku dari belakang.
Degg...
Aku sudah sampai di depan makam ibu. Hatiku terasa sangat terdesak saat itu. Ternyata sudah hampir 3 bulan ibu meninggalkanku.Aku lalu mendekati makam ibu, kemudian berdiri di sebelah-nya sambil mengelus batu nisan makam tersebut. Tiara lalu ikut berdiri di sebelahku. Sedangkan Javir berdiri di seberangku.
"Kita bacain Al-Fatihah yuk!" seruku mengajak Javir dan Tiara.
Sungguh saat itu aku sedang berusaha sekuat mungkin untuk menahan tangisan. Aku benar-benar berusaha untuk tersenyum dan terlihat tidak bersedih.
Javir dan Tiara kemudian menunduk. Mereka membacakan surah Al-Fatihah untuk ibuku. Aku kemudian ikut membaca surah Al-Fatihah juga.
Usai membaca Al-Fatihah, aku lalu menamburi bunga tabur yang ku beli tadi di atas makam ibu. Sungguh hatiku terasa sangat terguncang saat itu. Aku teringat kembali dengan kenangan bersama ibu selama ibu masih hidup dulu.
"Bu, Fira ke sini... mau bilang sesuatu sama ibu!" seruku mulai menyebutkan pesan. Aku lalu membungkuk mendekat pada makam ibu.
"Insya Allah, Fira bentar lagi mau nikah bu! Fira bakal nikah sama cowok nama-nya Javir! Dia itu orang-nya baik banget tau bu! Anaknya ganteng, perhatian, pinter, pokoknya baik banget deh!" lanjutku sambil tersenyum.
Aku lalu menengok ke arah Javir. Ternyata pria itu sedang tersenyum menatap ku. Aku lalu menundukkan kepala-ku kembali. Sungguh aku sangat malu dengan Javir saat itu.
"Bu, ibu yang tenang ya di surga! Ibu jangan lupa buat doain Fira. Do'ain semoga pernikahan Fira nanti bisa berjalan dengan lancar... Do'ain juga supaya Fira bisa jadi istri yang soleha buat Javir!" lanjutku.
"Iya tante! Do'ain Javir sama Safira ya! Semoga, kita bisa jadi pasangan suami istri yang soleh. Yang sakinah mawaddah warahmah!" sela Javir sambil mengelus-elus batu nisan makam ibu.
Aku lalu menengok kepada Javir. Kemudian tersenyum tipis kepada pria itu. Sungguh perkataan pria itu barusan benar-benar membuatku sangat merasa terharu.
"Ibu! Ibu do'ain Tiara juga ya! Semoga kuliah Tiara bisa lancar, terus habis kuliah Tiara bisa dapet kerja! Abis itu dapet jodoh deh!" timbrung Tiara. Aku dan Javir lalu tersenyum kepada gadis itu.
"Iya bu! Do'ain kita semua ya!" potongku. Kami bertiga kemudian terdiam cukup lama sambil merenung meratapi makam ibu.
"Kita mau pamit dulu ya bu! Soal-nya nanti sore kita mau balik ke Jakara. Makasih ya bu! Semoga ibu bisa tenang di sana!" ucapku sambil tersenyum menatap nisan makam ibu.
Aku lalu mengecup batu nisan makam ibu. Kemudian berbalik badan dan langsung berjalan meninggalkan makam itu. Tiara dan Javir kemudian segera menyusulku berjalan di belakang.
"Hshh..." aku sedikit terisak.
Tangisan yang sudah ku tahan-tahan dari tadi akhirnya keluar. Aku lalu buru-buru menghapus air mata-ku itu dan lanjut berjalan keluar.
KAMU SEDANG MEMBACA
KETIKA SAINGANKU ADALAH TUHAN [END]
Romance𝑻𝒆𝒏𝒕𝒂𝒏𝒈 𝑺𝒂𝒇𝒊𝒓𝒂... Namanya Aesya Safira.. Seorang gadis cantik yang terinspirasi dengan sosok perempuan hebat yaitu Aisyah radhiyallahu anha. Ayahnya menamakannya dengan nama "Aesya" bertujuan agar anak gadisnya itu tumbuh dewasa menjadi...