66

1.5K 269 9
                                    

Pukul 16.00 sore.
Pesawat yang ku naiki sudah mendarat. Kami telah sampai di bandara Internasional Soekarno-Hatta.

Aku, Tiara, dan Javir kemudian segera turun dari pesawat. Kami lalu pergi ke tempat pengambilan bagasi untuk mengambil koper. Setelah itu langsung menuju lobi.

"Jadi gimana nih? Kita pesen taksi masing-masing?" tanya Tiara bingung.

"Hmm... Terserah!" sahut Javir yang juga bingung.

"Kamu tidur dimana Fir?" tanya Tiara kepadaku.

"Aku kayanya di kos aja deh kak!" jawabku.

"Oooh, ya udah! Aku nginep di kos kamu aja hari ini!" seru Tiara.

"Boleh-boleh!" sahutku sambil menganggukkan kepala.

"Ya udah, aku pesen taksi ke kos-mu ya?" tanya Tiara memastikan. Aku lalu menganggukkan kepala kembali.

"Vir, kamu gimana?" tanyaku kepada Javir.

"Ooh, aku pesen taksi ke rumahku Sya!" jawab Javir sambil tersenyum. Aku lalu mengangguk.

"Vir! Taksi gue udah mau sampe nih! Lo masih lama?" tanya Tiara kepada Javir. Gadis itu menatap Javir dengan tatapan bingung.

"Udah deket kok!" balas Javir. Tiara kemudian menatap ponsel-nya kembali.

"Vir! Taksi gue sama Fira udah nyampe nih! Kita duluan ya!" seru Tiara.

"Ooh, oke-oke!" balas Javir sambil tersenyum.

"Besok kalo lo berdua pengen ngomongin soal nikahan, ajak gue ya! Biar saya menjadi penengah!" ujar Tiara sambil tertawa. Aku dan Javir kemudian ikut tertawa.

"Siap-siap!" sahut Javir.

"Ya udah, makasih banyak ya Vir! Gue duluan!" lanjut Tiara berpamit. Gadis itu kemudian mulai berjalan menuju taksi.

"Iya, sama-sama!" sahut Javir dengan senang hati.

"Aku juga pamit ya Vir! Makasih banyak!" seruku ikut berpamit.

"Iya Asya! Jaga diri baik-baik!" balas Javir dengan senyuman manis-nya.

"Iya Vir... Assalamualaikum!" seruku mengucapkan salam. Aku kemudian langsung berjalan menyusul Tiara.

"Waalaikumussalam!" sahut Javir. Aku dan Tiara kemudian langsung berangkat. Kami benar-benar merasa sangat letih saat itu.

• • •

Pukul 17.00
Aku sudah sampai di depan kos.

Tiara kemudian mengajakku untuk segera turun dari taksi. Kami lalu segera menurunkan barang-barang dan langsung berjalan menuju kamarku.

Baru saja hendak membuka kunci kamar, tatapanku tiba-tiba tertuju pada sebuah lembar kertas yang terselip di bagian bawah pintu kamar-ku. Aku lalu segera mengambil kertas tersebut dan langsung menyimpannya. Aku kemudian membuka kunci kamar.

"Duhh!! Cape banget ya!" seru Tiara sembari berjalan masuk.

"Iya!" sahutku.

Tiara kemudian membaringkan tubuhnya di ranjang. Gadis itu lalu menguap dengan sangat besar sambil merenggangkan tubuhnya.

Aku lalu masuk ke kamar mandi. Tujuanku saat itu bukan untuk membuang air kecil atau-pun air besar. Aku masuk ke dalam kamar mandi untuk membuka surat yang terselip di bawah pintu kamarku tadi.

Yang membuatku sampai bersembunyi untuk membuka surat itu adalah tulisan yang tertera pada bagian depan surat itu. Tertera sebuah tulisan pada bagian depan surat itu bertulis "Dari Fatih!".

KETIKA SAINGANKU ADALAH TUHAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang