Mobil milik om Syahid itu berhenti. Aku yang sedang tertidur saat itu seketika terbangun dengan sendirinya, entah kenapa.
Aku dan dua pria itu telah sampai di ibu kota Jakarta, tepat di depan rumah om Syahid.
"Bang.. bangun bang! Udah sampe!" seru om Syahid membangunkan Kahfi yang tertidur di sebelahnya.
"Safira, ini kita udah sampe di rumah om" ujar om Syahid kepadaku sembari bersiap untuk turun dari mobil.
Aku segera merapikan hijabku yang berantakan, kemudian ikut keluar dari mobil bersama dua pria itu mengambil barang-barang yang kami bawa di bagasi.
Hari itu adalah saat pertama aku menginjakkan kaki di ibu kota Jakarta. Kota yang akan menjadi tempat dimulainya dan berakhirnya kisah Aesya Safira.
Aku kemudian mengambil koper dan tas ransel yang ku letakkan di bagasi mobil. Kami lalu berjalan menuju pintu masuk rumah om Syahid.
Sebuah rumah sederhana yang tidak besar namun tidak juga terlalu kecil. Halaman rumah itu dialasi dengan rerumputan hijau yang sedikit tampak malam itu dengan pencahayaan sebuah lampu taman berbentuk bulat yang berdiri di halaman rumah tersebut.
Cat dinding bagian depan rumah om Syahid itu di cat dengan warna putih. Halaman rumahnya juga cukup luas, muat untuk memarkirkan 3 buah mobil.
Tok, tok, tok..
Om Syahid mengetokkan pintu masuk rumahnya itu."Tiara! Tiara!" teriak om Syahid memanggil anak perempuannya itu.
"Ka! Kak! Gece ngapa!" teriak Kahfi ikut memanggil kakak perempuannya itu.
Tak lama kemudian sosok perempuan kemudian muncul di balik pintu masuk rumah itu untuk membukakan pintu. Benar, sosok perempuan itu adalah Tiara, kakak sepupu perempuanku.
"Lama banget si lu" dumal Kahfi kesal dengan kakak perempuannya itu.
"FIRAAA!!" teriak Tiara tidak memedulikan adik laki-laki yang kesal dengannya itu. Ia kemudian melebarkan tangannya sambil berlari menghampiriku.
Tiara memelukku dengan sangat erat, ia sepertinya terlihat sangat rindu denganku. Memang sudah 2 tahun lebih aku dan dirinya tidak pernah bertemu.
"YaAllah Fira... kamu sehat-sehat aja kan ya?" tanya Tiara sembari mengelus-eluskan pundakku.
"Alhamdulillah" jawabku kepada gadis remaja itu.
Tiara kemudian melepaskan pelukannya, ia lalu menatap wajahku lalu menyemberutkan mulutnya.
"Turut berduka ya Fir.. maafin ya, kemaren aku nggak bisa ikut ke Batam. Kakak banyak urusan soalnya" lanjut Tiara.
"Iya kak, nggak papa kok" balasku sambil mengangguk-nganggukkan kepala.
Jujur hatiku saat itu sedikit merasa perih ketika mendengar perkataan Tiara barusan. Aku masih terlalu lemah untuk menerima dengan utuh kenyataan tentang kepergian ibuku itu.
"Yuk, masuk dulu. Kamu istirahat dulu, pasti cape kan?" ujar gadis remaja itu mengajakku untuk masuk.
Aku, Tiara, dan om Syahid kemudian masuk ke dalam rumah itu. Kahfi telah masuk duluan tadi, ia terlihat sangat kelelahan setelah melakukan perjalanan selama 3 hari ini.
"Kamu tidurnya sama aku ya Fir. Ini kamarku. Kahfi kamarnya disono, kalo ayah kakak disono" seru Tiara memberitahuku sambil menunjukkan kamar-kamar di dalam rumah itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
KETIKA SAINGANKU ADALAH TUHAN [END]
Romance𝑻𝒆𝒏𝒕𝒂𝒏𝒈 𝑺𝒂𝒇𝒊𝒓𝒂... Namanya Aesya Safira.. Seorang gadis cantik yang terinspirasi dengan sosok perempuan hebat yaitu Aisyah radhiyallahu anha. Ayahnya menamakannya dengan nama "Aesya" bertujuan agar anak gadisnya itu tumbuh dewasa menjadi...