40

1.7K 279 7
                                    

Senin, 16 Juli 2018.
Pukul 08.00 pagi hari.

Hari ini adalah hari dimana aku akan melaksanakan rencana gila yang telah ku putuskan dari kemarin.

Aku sudah mandi dan mengenakan pakaian yang rapi agar terlihat seperti orang yang hendak pergi saat itu. Ya, aku memang akan pergi, namun bukan untuk pergi ke Batam.

Tadi malam aku juga sudah memberi tahu Tiara tentang kabar kepulanganku ini. Tanggapan Tiara biasa-biasa saja. Ia paham tentang keadaanku saat itu. Ia merasa aku memang pantas untuk pulang. Aku butuh semangat langsung dari seorang ayah.

Seluruh baju dan barang-barangku telah ku masukkan ke dalam koper dan tas ransel. Kini aku tengah duduk di meja makan bersama dengan om Syahid dan kedua anak-nya itu.

"Kamu jaga diri baik-baik ya Fir!" seru om Syahid di tengah menghabiskan sarapan kami.

"Iya om" jawabku singkat.

"Entar kita satu keluarga ke Batam lagi deh waktu libur tahun baru. Biar ketemu lagi sama kamu, sama ayah kamu.." ujar om Syahid.

"Hehe, iya om!" sahutku kembali.

"Ooh iya Fir, aku ada hadiah buat kamu!" ujar Tiara tiba-tiba. Tiara lalu beranjak menuju kamar. Gadis itu hendak mengambil sesuatu.

"Taraaa! Nih buat kamu Fira!" seru Tiara sembari menyodorkanku sebuah kotak berisi parfum.

"Dih ngapain ngasih parfum? Orang Fira wangi juga" sahut Kahfi tiba-tiba.

"Yeee apaan sih lo bocah tengil. Orang gue cuman mau ngasih hadiah doang kok. Ada-ada aja si otak lo" balas Tiara tak terima. Kahfi lalu terdiam.

"Nih Fir!" lanjut Tiara memberikan kotak parfum tersebut.

"Makasih ya kak!" balasku menerima parfum Tiara tersebut.

"Iya!" sahut Tiara sembari duduk kembali.

Usai sarapan, aku lalu duduk di sofa ruang tamu sembari menunggu pukul 09.00. Aku akan pergi pada 10 menit lagi.

~

Pukul 09.00.

Aku sudah berdiri di depan teras sembari memegang koper dan menggendong tas ranselku.
Saat itu Tiara, Kahfi, dan om Syahid juga ikut berdiri di teras sebagai bentuk perpisahan.

Aku lalu menghampiri om Syahid. Menyalim dan mencium tangan pria itu. Aku lalu menyalimi tangan Tiara, juga menyalimkan tanganku kepada Kahfi.

"Kamu udah pesen taksi Fir?" tanya om Syahid.

"Ooh, udah om!" jawabku berbohong.

"Masi jauh?" tanya om Syahid kembali.

"Udah nyampe om. Kata supirnya dia nunggu di depan komplek!" sahutku berbohong kembali. Jujur hatiku terasa sangat takut saat itu.

"Ooh.. Yaudah Fir, hati-hati ya!" balas om Syahid.

"Iya om! Aku pamit ya! Assalamualaikum" sahutku berpamit.

"Waalaikumussalam" jawab om Syahid dan kedua anaknya itu serentak.

Aku lalu mulai meninggalkan rumah itu. Berjalan sembari menyeret koperku menuju pos depan komplek. Rencanaku telah dimulai. Aku harap kebohonganku ini tidak pernah terbongkar.

Jujur hatiku saat itu masih sangat rapuh. Elif baru saja pergi 2 hari yang lalu. Dan kematian Elif itu sungguh sangat membuatku trauma.

Aku berharap dengan rencanaku ini, aku dapat melupakan Elif. Dan bisa membuat hatiku kembali pada keadaan normal. Aku tak ingin terjatuh semakin dalam karena terus ditunjukkan dengan kenangan-kenangan kelam bersama Elif.

KETIKA SAINGANKU ADALAH TUHAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang