26

2K 316 23
                                    

"K-kenapa Fi?" tanyaku kepada Kahfi. Pria itu kemudian berjalan menyingkir kepadaku, ia lalu menutup pintu rumah itu.

"Tadi itu siapa?" tanya Kahfi kepadaku. Jujur, sejak kejadian di mall kemarin, aku mulai merasa tidak enak dan aneh dengan pria itu.

"T-temenku..." jawabku gugup.

"Si Javir, Javir itu ya?" tanya Kahfi dengan nada santai. Namun entah mengapa, aku justru malaj merasa takut mendengar nada bicara pria itu.

"Iya.." jawabku singkat.

"Ooooh... temen-mu?" tanya Kahfi kembali.

"I-iyah.. temenku" jawabku heran.

"Itu apaan?" tanya Kahfi melihat boneka yang ku pegang.

"Boneka.." jawabku kepada pria itu. Jujur hatiku benar-benar terasa sangat waswas saat itu.

"Dari si Javir?" tanya Kahfi kembali.

"Hmm.. iyah..." jawabku ragu-ragu.

"Oooh.. jadi cowok itu temen kamu atau pacarmu..?" tanya Kahfi sambil menatapku serius.

Deg...
Aku terkaget. Apa maksud pertanyaan Kahfi barusan. Apa tujuan pria itu menanyakan hal seperti itu kepadaku? Mengapa pria itu begitu ingin tahu? Ah.. entahlah!

"Temen... aku nggak pacaran.." jawabku takut.

Kahfi lalu mengambil boneka beruang putih yang diberikan oleh Javir itu. Ia lalu terdiam beberapa saat sambil menatap kosong boneka itu. Persis seperti saat aku memberikannya notebook semalam.

"Kamu kenapa sih Fi?" tanyaku dengan nada tinggi.

Jujur aku sangat sebal dengan tingkah pria itu dari kemarin. Pria itu benar-benar terlihat sangat menjengkelkan.

"Fir..." seru Kahfi memanggil nama-ku.

Pria itu kemudian tiba-tiba saja mengambil lengan kananku, ia lalu menarik-ku menuju sofa di ruang tamu. Kahfi kemudian mempersilahkan-ku untuk duduk di sofa itu.

Pria itu menundukkan kepalanya menghadap ke arah bawah. Ia lalu mengembalikan boneka beruang putih itu tanpa melihat kepadaku. Aku menelan ludah, merasa sangat kebingungan dan ketakutan.

"Fir..." panggil Kahfi kembali masih sambil menundukkan kepalanya. Aku hanya terdiam sambil menatap cemas kepada pria itu.

"Javir itu beneran temenmu?" tanya Kahfi kepadaku.

"I-iyah, cuman temen.." jawabku gemetaran.

"Temen spesial?" sahut Kahfi. Ia kemudian mengangkat kepalanya menengok ke wajahku.

"Kamu kenapa sih? Emangnya kenapa? Kok kepo banget sama urusanku" tanyaku memberanikan diri.

"Safira..." balas Kahfi memanggilku. Ia lalu mengambil telapak tanganku dan menggenggamnya.

Aku buru-buru melepas genggaman pria itu. Aku benar-benar merasa takut dan cemas dengan tingkah laku adik sepupu-ku itu.

"Kamu inget nggak? Beberapa hari yang lalu ada akun fake yang nge-chat akun instagram kamu?" lanjut Kahfi bertanya.

Deg...
Perasaan-ku mulai terasa sangat tidak enak. Apa maksud pria itu? Apa mungkin, akun fake yang mengirimkanku pesan ungkapan cinta beberapa hari yang lalu itu dikirimkan oleh adik sepupu-ku sendiri?

"I-iya.." jawabku gugup sambil terengap-engap dengan napasku.

"Dia bilang apa disitu..?" tanya Kahfi sambil menatap kepadaku.

Aku menggeleng-gelengkan kepala merasa tidak percaya. Lalu membuang muka dari tatapan pria itu.

"Maaf Safira, perasaan itu emang datengnya dari hati. Cinta dan benci.. itu nggak bisa di paksain" lanjut Kahfi kepadaku.

KETIKA SAINGANKU ADALAH TUHAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang