Chapter 15

1.3K 189 3
                                    

16 Agustus 2021


•••

Usai mengantar teman-teman si kembar pulang kembali ke habitat mereka, Baskoro dan dua anaknya pun akhirnya pulang ke rumah. Mereka keluar dari mobil dan disambut bibi yang keluar dari rumah, si kembar masuk rumah tetapi Baskoro tampak terhenti di teras karena bermain ponsel mengagumi hasil fotonya, rambut pink, yang banyak dipuji di komentar.

"Tuan, makan malam ada di pemanas, semuanya juga udah beres, saya pulang dulu ya," kata wanita itu.

Baskoro tanpa menoleh karena fokus ke gawai mengangguk. "Ya ya ya, silakan Bi."

Dan bibi siap beranjak, tetapi terhenti, karena baru menyadari ada yang berbeda dari atasannya. Ia terkejut karenanya. "Tuan ... warnain rambut?"

Baskoro yang mendengar pertanyaan itu seketika tersenyum mempesona ke arah si wanita tua tersebut yang masih syok dengan perubahan atasannya, ia berpikir soal posisi Tuannya itu dan apa boleh mewarnai rambut begini?

"Iya, hehe." Baskoro menyugar rambutnya ke belakang. "Bagus gak? Keren gak? Mirip Justin Bieber pasti kan?" tanya Baskoro dengan pedenya.

Si bibi hanya tertawa miris, sebenarnya atasannya ini tak perlu warnain rambut sudah oke saja, tetapi kali ini rada aneh. Apalagi warna pink. Tumben sekali karena ia tahu Baskoro benci pink. Lagi juga ....

"Ba-bagus, tapi Pak apa gak papa?" tanyanya khawatir.

"Emang kenapa?" Baskoro malah bertanya balik sambil mengangkat sebelah alis.

Si bibi meneguk saliva, pun tertawa sambil menggeleng, terserah atasannya ajalah. "Mm ya udah, Pak. Saya permisi." Wanita tua itu pun buru-buru pergi.

Baskoro tersenyum akan kepergiannya. "Pasti gak tahan liat pesona saya." Mode kepedeannya yang tingkat dewa sebelum akhirnya Baskoro melangkah memasuki rumah.

Dan tiba-tiba, ia mendengar suara di dapur.

"Tia, Tio, jangan abisin makanannya!" teriaknya dan bergegas menuju dapur tanpa babibu. Berpikir si kembar duluan makan tanpa dirinya, karena selain selfie, makanan adalah hal yang sangat Baskoro sukai.

Masakan bibi selalu yang terbaik, jadi sayang jika ia tak dapatkan.

Namun ternyata, tak ada siapa pun di sana. Baskoro menatap heran sekitaran, lalu sekilas ia melihat sepasang mata terang di dekat lemari. Baskoro terperanjat mundur.

"Apaan, tuh?!" pekiknya.

"Papi, apaan sih teriak-teriak dari tadi?" Si kembar kini datang menghampiri Baskoro yang tampak ketakutan menatap ke arah samping lemari itu.

"Iya, aku sama Tia aja gak ada ke dapur," timpal Tio kesal.

Baskoro menunjuk ke arah samping lemari. "Ada ... ada hantu!" Baskoro panik, dan si kembar kaget. Segera memeluk ayah mereka.

"Papi boong ah!" Tia tampak ketakutan.

"Papi mau nakutin kami, ya?" Tio kesal. "Papi resek!"

"Enggak, enggak, serius Papi tadi liat di samping lemari, mata bercahaya!" Baskoro bersikeras, ia juga takut, apa mereka tak lihat?

"Ya udah, Papi maju lawan hantunya! Badan Papi gede, kalau dimakan paling hantunya muntahin lagi soalnya kegedean!" Si kembar mendorong ayah mereka maju, tetapi Baskoro terlalu kuat hingga tetap di tempat.

"Papi, Papi maju cepetan, ih Papi lawan hantunya!" Baskoro meneguk saliva, gimana dia melawan hantu? Yang ada nanti dia diserang balik, terus kerasukan, terus dia tak bisa lagi merasakan badan ganteng dan kerennya selamanya.

Kan tidak asik.

"Papi! Lawan! Masa Papi penakut padahal badannya segede ini!" pekik si kembar.

Baskoro mana berani astaga, anak-anaknya ini!

"Tia, bikin cuitan di twitter, kita punya Papi penakut!" Mendengarnya, Baskoro kaget.

"Eh, ja-jangan gitu dong!" Baskoro malu jika sifat aslinya ketahuan di hadapan orang lain, kalau sama anak-anaknya tak masalah baginya. "Jangan dibikin thread, please!"

Si kembar tahu persis kelemahan ayahnya.

"Iya iya ini Papi lawan, ambilin senjata deh!" Baskoro kemudian menatap ke arah samping lemari itu, meneguk saliva takut.

Huhuhu ... takut sangat ....

BERSAMBUNG ....

•••

Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie

DUDA DAN DUA BOCIL KEMBARNYA [B.U. Series - B]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang