Chapter 43

764 143 11
                                    

14 September 2021

•••

Sampai, keduanya tersadar dan Baskoro berdeham sambil melihat jam tangannya. "Ah, sudah sangat sore, kasihan anak-anak kalau enggak pulang."

"Oh benar, Pak." Shafa menatap jam yang tertera di ponselnya.

"Kamu mau saya gendong?" Shafa tertawa akan pertanyaan itu, gendong katanya? Baskoro yang sadar kesalahannya ikut tertawa. "Eh maksud saya anter pulang, iya anter pulang. Saya tahu rumah kamu, masih di sana kan belum pindah?"

"Iya, Pak, masih. Tapi enggak usah, nanti ngerepotin, kasian juga anak-anak. Saya juga udah banyak ngerepotin Bapak hari ini," ujar Shafa menolak halus.

"Enggak papa, kok. Ikut aja. Anak-anak pasti seneng." Baskoro tersenyum hangat. "Oh, ya, kamu setelah ini sibuk? Saya sama anak-anak mau ke restoran vegetarian, saya gak bisa jagain mereka sendirian di sana. Kamu mau ikut?"

Restoran vegetarian itu? Itu restoran favorit Shafa, sudah lama dia tak ke sana. Dia ingin sekali!

"Boleh, Pak?"

"Tentu aja, kan saya nawarin." Baskoro tertawa geli, Shafa pun mengangguk. "Ya udah, ayo." Mereka pun menuju mobil Baskoro, dan anak-anak dengan jajanan mereka pun sudah ada di sana.

Anak-anak semakin girang karena kini Bu Shafa masuk lagi ke mobil, dan duduk di samping ayah mereka dengan tatapan yang bahagia. Tidak marah, tidak kesal, tidak jijik. Misi mereka berhasil?! Meski agak bingung sebenarnya apa yang mereka lakukan ya? Perasaan mereka belum gerak apa pun.

Ah, masa bodo, yang penting misi dapat Mami baru tercapai. Hehe.

Bahkan ayah mereka mengajak ke restoran vegetarian bersama Bu Shafa, canda tawa keduanya sangat sangat mesra. Baskoro bahkan mengajak Bu Shafa juga grouply bersama anak-anak yang juga sama cerianya, mantap banget!

Ibu Shafa mereka pasti suka ayah mereka yang lebih banyak makan sayur dan mulai mendapatkan badan idealnya lagi.

Setelah selesai makan, waktunya membayar tagihan.

"Jadi semuanya berapa?" Baskoro mengitari tangannya menunjuk semua orang di atas meja.

"Mm ... Pak, saya bayar sendiri aja--"

"Jangan begitu, saya yang ngajak, harus dong saya yang traktir." Baskoro tersenyum, astaga ayah mereka bisa romantis juga. Si kembar semakin bahagia.

Sementara Shafa tak enakan, merasa sangat merepotkan Baskoro hari ini, padahal Baskoro sama sekali tak merasa demikian. Justru pria itu bahagia karena ada Shafa yang menyayangi anak-anaknya dan teman-teman mereka sepenuh hati.

"Makasih banyak, Pak."

"No problem." Baskoro menyengir lebar dan membayar, setelah itu mereka keluar dari restoran dan mengantarkan Shafa untuk pulang.

"Terima kasih untuk hari ini, ya, Pak." Shafa tersenyum hangat.

"Saya yang harusnya terima kasih, saya gak berbohong soal apa yang saya katakan ke kepala sekolah." Jadi ... Baskoro memang berencana bunuh diri?! Astaga .... "Terima kasih."

Shafa jadi bahagia mendengarnya karena Baskoro berubah pikiran.

Shafa tersenyum, pun mengangguk. "Hati-hati di jalan, Pak. Anak-anak."

"Dadah, Bu Shafa!" Mereka dengan ceria mendadahi balik, dan mobil Baskoro pun mulai berjalan menjauh.

Namun si kembar menatap bingung ayah mereka. "Emang tadi sama Bu Shafa ngapain ke kepsek, Pi?" tanya Tia.

"Izin nikah ya?" tanya Tio. Dan segera ia dibungkam teman-temannya.

"Hah?" Baskoro bingung, nikah? Izin ke kepala sekolah? Memang dia anak murid? "Sudah bukan apa-apa, kamu ini ngomongnya ngaco!"

Syukurlah setelah itu aman-aman saja, Baskoro mengantarkan teman-teman si kembar sebelum akhirnya pulang ke rumah mereka.

BERSAMBUNG ....

•••

Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie

DUDA DAN DUA BOCIL KEMBARNYA [B.U. Series - B]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang