28 Agustus 2021
•••
Si kembar kaget karena ayah mereka yang tiba-tiba menjemput di sekolah, mereka pikir Baskoro akan berbaring saja seharian tetapi malah ke sini. Namun, mereka tahu ada yang terselubung di sana, Baskoro tampak pamer gaya rambut pink-nya yang unyu itu ke orang-orang.
Orang-orang memang memperhatikannya, tetapi dengan sudut pandang berbeda, sekalipun ayahnya ganteng dan keren pasti warna tak sinkron itu membuat orang-orang aneh menatap. Hadeh ayahnya bikin malu!
Sementara Baskoro asyik pamer kejanggalannya, di satu sisi, si kembar dan teman-temannya yang ada di sana sadar Bu Shafa menatap ke arah sini.
"Eh, mobil Pak Juan keknya dalam masalah, liat!" Nanda menunjuk Pak Juan yang tengah menelepon dan memperhatikan mobil mereka yang berhenti di tempat tak seharusnya, ia berbisik ke teman-temannya.
Mereka sadari itu, mobil Pak Juan memang pernah mogok beberapa kali.
"Suruh Papi kalian anter pulang Bu Shafa, deh! Kesempatan dalam kesempitan!" Syila terkikik geli.
"Ide bagus, tapi ... gak mungkin mau, Bu Shafa kan gak suka Papi." Tio merengut.
"Ya udah, suruh Papi kalian minta maaf aja dulu," saran Bobo. Mereka menatap dengan mata berbinar, setuju akan hal itu. Meski Kadita agak khawatir.
Entahlah, dia diam sedari tadi, tak nyaman banget.
"Papi!" Baskoro yang pamer menoleh ke putra putrinya yang memanggil. "Papi, Papi harus minta maaf ke Bu Shafa, dia itu wali kelas aku--"
"Ngapain minta maaf terus sih? Kan udah? Apa dia masih kesel sama Papi dan bikin kalian jadi murid terbuang hm? Kalau gitu, Bu Shafa ngajak perang Papi nih!" Baskoro menatap dengan mata memicing.
"Ih, enggak, Bu Shafa tetep baik, cuman kami yang gak enak sama Bu Shafa. Papi soalnya jahat banget sama dia kemarin!" Tia Tio memekik kesal. "Kami gak mau Papi jahat, gak mau!"
Mendengarnya, Baskoro kaget. "Kok Papi yang jahat sih? Tega kalian ya ...."
"Makanya, Papi harus minta maaf, gak boleh gitu lagi! Oke?"
Baskoro mendengkus, memutar bola mata seraya menyisir rambutnya. "Fine." Ia dan anak-anak pun mulai menghampiri Bu Shafa. Baskoro pun meminta maaf akan apa yang terjadi kemarin.
"Eh, bilangin ke Papi kalian, buat anterin Bu Shafa!" Kode Syila, Tia Tio mengangguk dan siap memberitahukan ayah mereka tetapi Pak Juan lebih dahulu angkat suara, menyapa Baskoro dan mengaku teman SMP-nya padahal Baskoro terlihat tak kenal.
"Eh, Papi sama Pak Juan pernah sekelas?"
"Papi kamu jadi ketua kelas yang tegas dan berwibawa?"
"Ah serius?"
Mustahil bagi si kembar dan teman-temannya, ayah si kembar tak mencerminkan hal itu sekarang! Sungguh! Dan belum menyuruh ayah mereka untuk membantu, Baskoro malah kabur memasuki mobilnya lagi. Mereka mau tak mau pamit dan menghampiri ayah si kembar.
"Ck, ketemu temen SMP, kupikir gak bakal ketemu teman masa lalu." Baskoro terlihat bergumam di dalam mobil dan kemudian menoleh ke anak-anak yang baru masuk. "Huh ... makan adalah obat paling baik," gumamnya pelan. Kemudian menoleh ke belakang. "Ada yang mau es krim?" tanya Baskoro menaikturunkan alisnya ke anak-anak. "Pasti mau kan? Cus!" Tanpa menunggu jawaban Baskoro menjalankan mobil.
"Haduh ... ini gimana ya caranya biar Papi yang nganterin Bu Shafa?" tanya Tia Tio dan semua temannya menggedikan bahu.
"Mungkin nunggu waktu yang tepat aja, gak usah buru--" Ungkapan Kadita diputus Syila.
"Ih, buku catatan mak comblangku ketinggalan!" pekiknya panik.
"Hah? Buku catatan mak comblang?" tanya Baskoro bingung, Syila langsung membungkam mulut dan teman-temannya menatap panik karena nyaringnya Syila tadi hingga terdengar sang ayah. "Buku apaan itu? Buku cinta-cintaan ya?" Baskoro terdengar mengejek.
Huh syukurlah, Baskoro kan memang beda, rada sedeng.
"Eh, aku ... aku ada ide!" Nanda mengangkat telunjuk dan teman-temannya menatap bingung. "Biar Papi kalian yang nganter Bu Shafa. Dengerin ini! Om, eh Kakak, maksud Syila buku matematika dia ketinggalan di kelas, mau ngambil bentar."
Baskoro mendengkus. "Besok aja apa gak bisa? Kan besok ke sekolah juga." Dia males balik.
Mereka saling menatap mencari alasan bagus.
"Papi, kasin Syila, entar dia gak bisa belajar. Papi ...." Dua anaknya memohon dan Baskoro tak tahan dengan wajah mata imut itu.
Si pria menghela napas. "Oke oke." Dan mulai memutar kemudi kembali ke sekolah. "Tapi Papi boleh ya mesen burger? Ya ya ya?"
"Gak boleh! Papiiii!!!" Kedua anaknya menatap sebal.
Baskoro manyun. "Iya iya deh." Pasrah saja.
BERSAMBUNG ....
•••
Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie
KAMU SEDANG MEMBACA
DUDA DAN DUA BOCIL KEMBARNYA [B.U. Series - B]
Romance18+ Baskoro Ubait, aka Baskom, adalah makhluk berspesies duda, dengan dua bocil kembar pengantinnya yang imut tiada duanya. Baskom hobi selfie, badannya gemoy (dilarang menyebut gembrot), berisi gitu (tulang ya, bukan lewmawk, katanya), tidak sixpac...