Chapter 41

826 144 7
                                    

12 September 2021

•••

Shafa tahu dirinya dalam masalah besar karena meninggalkan kewajibannya sebagai seorang guru tanpa izin apa pun. Ini termasuk pelanggaran berar baginya, ia pasti akan terkena sanksi karena kelalaiannya ini dan bahkan membuat warga sekolah bertanya-tanya keberadaannya karena ia lupa mematikan mode pesawat.

Shafa merasa mampus!

"Kamu tenang, Bu Shafa. Kita bisa jelasin semua yang terjadi, saya yakin enggak bakalan terjadi hal yang enggak Ibu inginkan." Baskoro menenangkan Shafa yang terlihat panik.

Itu sedikit menenangkan Shafa, tetapi sanksi dari pihak atas menakutinya.

Sangat ....

"Bu Shafa, hei, tenang ...." Baskoro yang menyetir khawatir karena wanita di sampingnya mulai gemetar ketakutan, seperti ingin menangis. "Sudah, tidak akan terjadi apa-apa, saya berani jamin. Tenang, Bu."

Shafa berusaha menenangkan dirinya, merilekskan diri, jika ia panik dan kacau malah susah menjelaskan apa yang terjadi. Walah ia sendiri tak tahu apa yang harus dijelaskan. Shafa tetap harus berkepala dingin menghadapi ini, ya begitu, pelanggaran ini pastinya tak akan pernah ia lakukan lagi, tak akan pernah!

Semoga mereka memaafkannya ....

Shafa lalu menatap Baskoro, Baskoro yang menyetir sekilas menatap Shafa dengan tatapan hangatnya.

"Saya bakalan bantu jelasin ke kepala sekolah. Ibu yang tenang, ya." Shafa menghela napas, pun mengangguk.

"Maaf saya ... panik tadi, Pak." Shafa menghela napas panjang.

"Iya, saya mengerti. Tak apa." Baskoro tersenyum manis, Shafa membalasnya dengan senyuman sama.

Sekarang terasa lebih tenang ....

"Omong-omong, Juan ada kabar?" tanya Baskoro memulai pembicaraan.

"Ah, Pak Juan ...." Shafa mengeluarkan ponselnya, dan ternyata masih saja centang satu di pesan terakhir yang dia kirimkan. "Pak Juan enggak ada balas pesan terakhir saya ...." Suara Shafa terdengar sendu.

Wajah Baskoro jadi ikut khawatir karenanya. "Semoga dia dan keluarganya dalam keadaan baik-baik saja sekarang."

"Semoga begitu ...." Shafa mengharapkan demikian. "Oh ya jadi ... Bapak kenal baik dengan Pak Juan?"

Baskoro menoleh sekilas, pun mengangguk. "Yah, lumayan kenal, saya ketua kelas jadi bisa dikatakan hafal seisi kelas. Awal ketemu dia, awalnya saya gak kenal, dia berubah banget sekarang."

"Iya, Bapak bener, dia berubah banget ...." Shafa mulai tersenyum malu-malu.

"Kamu kenal dia baru ini atau?" Baskoro bertanya.

"Sudah lama, sih, Pak. Pas kami masih SMA."

"Oooh ...." Baskoro manggut-manggut, dan menatap kaca spion karena Shafa tampak tak menatap, wanita itu malu-malu kucing. "Roman-romannya, kamu suka sama dia ya?"

Jantung Shafa rasanya ingin copot karena Baskoro tahu hal itu, tapi harus dia sadari sendiri memanglah ekspresinya yang terlalu gamblang hingga gampang diartikan. Kedua pipi Shafa memerah.

Baskoro tertawa. "Ternyata bener ya, kamu suka dia, tenang tenang gak bakalan saya kasih tahu kok." Shafa semakin malu-malu.

"Ugh ... itu ...." Ia tak tahu harus bicara apa, rasanya malu sekali dan canggung.

"Dan keliatannya dia juga suka sama kamu, lho."

"Eh?" Shafa menatap bingung Baskoro.

"Dulu, dia ada suka sama cewek di kelas, tatapannya ke cewek yang disuka ada yang beda gitu, gampang ketahuan. Saya lihat tatapan itu juga nuju ke kamu. Duh ... cewek di SMP sekarang pasti nyesel abis karena nolak Juan, iya kan?" Baskoro tertawa.

"Se-serius Pak?" tanya Shafa, ia yang mendengarnya berdebar-debar, bahagia.

"Serius, dua rius malah. Saya harap kalian bersama, ya. Juan itu pria yang baik, sangat cocok sama wanita baik seperti kamu. Serasi banget." Baskoro mengacungkan jempolnya ke Shafa yang semakin tersipu.

Astaga ... jika benar demikian Shafa memang sudah bisa memulai start! Aaargh!!!

BERSAMBUNG ....

•••

Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie

DUDA DAN DUA BOCIL KEMBARNYA [B.U. Series - B]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang