Chapter 66

1.1K 159 22
                                    

8 Oktober 2021


•••

Shafa sudah tidak tahan, ia sudah berada di batasnya. Semua yang Baskoro lakukan, bersama kebaikan dan kharisma itu, Shafa tak kuat. Kamera mana? Shafa lambai tangan tak tahan! Ia menyerah, Baskoro terlalu kuat untuk diabaikan, Baskoro terlalu luar biasa untuk tidak dijatuhi hati.

Dan Shafa tahu ia harus berhenti sampai di sini.

Tidak, Shafa ingin tetap menjadi ibu dari anak-anak, tetapi sebatas guru dan murid. Ia tak mau lagi menerima kebaikan Baskoro, tidak atau hatinya akan meleduk jedar jeder. Hal yang tak boleh ia rasakan karena Baskoro milik Sintya seorang.

Tidak!

Baskoro kenapa selalu bersikap sangat perhatian sih? Shafa kan jadi baper kepada orang yang salah. Itu menyakitkan dan Shafa tak ingin cintanya bertepuk sebelah tangan!

Jadi Shafa pun memutuskan akan membicarakan ini saat pulang sekolah nanti, di waktu yang harusnya Baskoro tak menjemput anak-anak dan dirinya karena pria itu harusnya bekerja tetapi rela meninggalkan sedikit waktu demi mereka, Shafa sudah memantapkan hatinya kala waktu itu tiba.

"Shafa/Baskoro, aku mau ngomong sesuatu." Shafa kaget begitupun Baskoro, keduanya berkata bersamaan.

Beda dengan Shafa yang malu-malu kucing, Baskoro tampak tertawa pelan.

"Ya udah, kamu saja duluan, kamu mau ngomong apa?" tanya Baskoro.

"Papi, Bu, kami duluan ke mobil! Dadah!" Anak-anak langsung beranjak pergi tanpa disuruh, Shafa menghela napas lega karena tampaknya tak perlu memberikan dalih mereka ingin ngomong berdua saja secara pribadi.

Baskoro masih dengan senyum menyebalkannya, dan yang dimaksud Shafa bukanlah senyum konyol tetapi senyum penuh kekerenan menambah level ketampanan pria itu. Sebalnya!

Oke Shafa, inilah saatnya!

"Jadi ... kamu mau ngomong apa Shafa?" tanya Baskoro karena Shafa masih diam, berpikir sambil mengumpulkan keberaniannya.

"Mm ... Baskoro, aku ngerasa aku udah cukup menerima semua kebaikan kamu, maksudku ... kamu rela jemput antar aku, bahkan makan siang, jalan-jalan, aku rasa itu ... itu berlebihan untukku." Wajah Baskoro mulai terheran, inilah reaksi yang membuat Shafa tak enak hati tetapi Baskoro sudah menyentuh relung hatinya terlalu dalam.

Jangan sedalam itu.

"Kurasa enggak perlu sampai segitunya, aku bisa jadi ibu dari anak-anak tanpa ... itu. Aku enggak enak, Baskoro," dalih Shafa dan wanita itu sudah membayangkan kesedihan di sana.

Astaga, ia tak kuat menatap wajah Baskoro! Argh!

Namun, anehnya, Baskoro tersenyum. Lho heh?

Shafa masih heran, sedang Baskoro masih saja tersenyum, sambil mengeluarkan sesuatu dari sakunya kemudian memperlihatkan sebuah cincin indah di balik kotak yang transparan. Shafa masih cengo bak orang bodoh kala Baskoro mengeluarkan cincin itu dari sana dan memperlihatkannya ke Shafa.

"Mm Baskoro?" tanya Shafa bingung bukan main.

Baskoro tersenyum hangat. "Aku tahu kamu pasti enggak enak jatuh cinta samaku karena mikir soal Sintya. Tapi kamu tahu, Sintya sendiri yang menginginkan ini, dan aku juga sadar aku memang menginginkan itu juga. Anak-anak sayang pada kamu, kamu pun juga sayang anak-anak, dan aku pun juga sayang sama kamu."

Shafa terdiam, syok. Apa maksudnya ini? Apa maksudnya ini?!

"Apa kamu mau ... jadi bener-bener ibu dari anak-anakku ... dan juga pendamping hidupku?"

Shafa menutup mulutnya, apa pendengarannya menipunya, atau sekarang dirinya masih bermimpi?

Dia mimpi kan?

Baskoro lalu tertawa, tawa miris, apa pria ini bercanda atau apa sih Shafa pusing!

"Keknya aku terlalu percaya diri karena percaya kamu cinta samaku ya? Tapi yah ini perasaanku pada kamu, aku ... cinta sama kamu."

Mata Shafa membulat sempurna. Cinta?!!!

BERSAMBUNG ....

•••

Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie

DUDA DAN DUA BOCIL KEMBARNYA [B.U. Series - B]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang