30 Agustus 2021
•••
Shafa sebenarnya tak terlalu kaget mengetahui Baskoro setuju ia dan Juan menebeng untuk pulang, pasti ulah si kembar, tetapi tetap saja ada perasaan tak enak meski mau tak mau, karena Juan sendiri juga masuk, Shafa yang selalu ingin di dekat pria itu ikut masuk ke sana. Mobil Baskoro cukup luas untuk enam kursi tersedia, karena badan anak-anak kecil-kecil, keempat teman si kembar di belakang, si kembar dan dirinya di tengah, dan Juan ada di samping Baskoro.
Entah kenapa jadinya begini tapi tak masalah sih karena bukan dekat dengan Baskoro.
Shafa bisa melihat wajah jutek Baskoro, padahal di sampingnya Juan tersenyum hangat, dasar sok cool! Dia bahkan tak berbicara apa pun.
Sungguh.
Mobil pun mulai berjalan, Shafa tak menyangka masih tak ada yang bersuara di menit-menit pertama, hawa di sekitar Baskoro agak aneh ... gelap dan penuh kekesalan yang ditahan. Apa sebenci itu dia pada mereka? Kenapa tidak menolak saja? Tak bisa menolak permintaan anak-anaknya kah?
Juan tampaknya sadar dengan wajah Baskoro yang tak nyaman juga, ia jadi merasa bersalah sekarang.
"Oh ya, Baskoro. Gimana kabar Sintya?" Pertanyaan itu membuat tatapan Baskoro menajam, ia meremas erat kemudi dan fokus ke depan tak ingin anak-anak melihat. Shafa yang menyimak terkejut, ia tahu pasti ada yang salah dengan pertanyaan itu, pertanyaan yang mungkin menyakitkan.
"Wah, Bapak tau Mami kami ya?" Si kembar memekik bahagia di belakang. Benar itu nama ibu mereka. "Mami kami udah di surga pas ngelahirin kami! Jadi kami cuman tinggal sama Papi!"
Juan sadar ia salah bertanya, ia jujur tak tahu keadaan Baskoro saat ini. Sama sekali tak tahu. Dan Shafa? Ia bisa merasakan tekanan penuh amarah itu semakin ingin meletup.
"Ma-maaf ...." Juan tak ingin berbicara lagi, tak seharusnya mengganggu perasaan Baskoro.
Baskoro memejamkan mata selama beberapa saat dengan pernapasan yang ia atur sedemikian lupa, dan akhirnya ia menghela napas panjang. Hening akhirnya.
Si kembar sadar ada yang salah dengan ayah mereka, jika kesal pun biasanya pasti ada saja ocehan, tetapi kali ini diam tanpa sepatah kata apa pun. Sama sekali tak ada. Mereka pun menatap teman-temannya yang lain dengan kode-kode yang hanya mereka tahu.
"Keknya soal Ibu kalian." Kadita berbisik ke mereka.
Mereka rasa begitu, mereka tak pernah tahu reaksi lain Baskoro jika ada yang membicarakan istrinya sama sekali, baru kali ini. Apa ayah mereka tak suka ibu mereka dibicarakan orang lain?
"Atau mungkin dia kesel aja dipaksa nganter orang, kan Papi kalian malesan orangnya." Atau ini, ada dua kemungkinan.
"Sudah sampai." Suara Baskoro terdengar datar dan monoton dengan pandangan tetap ke depan kala mereka sudah ada di depan jalur rumah Juan.
Juan menatap takut Baskoro. "Sekali lagi terima kasih, Baskoro. Dan aku minta maaf sudah--"
"Sudahlah, gak papa." Baskoro menghela napas pasrah, ia masih tak menoleh seakan enggan.
Juan paham akan reaksi itu, ia masih merasa bersalah tetapi kalau berbicara lebih lagi bisa saja memperburuk keadaan. Ia lalu menatap Shafa dan anak-anak. "Aku duluan, ya. Hati-hati di jalan."
Shafa mengangguk dan tersenyum.
"Dah, Pak Juan!" Anak-anak mendadahi pria itu dan Shafa tak rela berpisah dari Juan sekarang.
Ugh ....
Mana satu mobil bersama Baskoro dengan mode emosinya. Walau Shafa sadari, Baskoro ... apa saat ini sakit hati karena soal mendiang istrinya tanpa sengaja diungkit? Kenapa dia begitu tak suka dengan Juan yang ada di masa lalunya? Apa karena ... Juan tahu sesuatu soal mereka?
Entahlah, Shafa pusing sendiri, tapi kepo juga.
BERSAMBUNG ....
•••
Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie

KAMU SEDANG MEMBACA
DUDA DAN DUA BOCIL KEMBARNYA [B.U. Series - B]
Romance18+ Baskoro Ubait, aka Baskom, adalah makhluk berspesies duda, dengan dua bocil kembar pengantinnya yang imut tiada duanya. Baskom hobi selfie, badannya gemoy (dilarang menyebut gembrot), berisi gitu (tulang ya, bukan lewmawk, katanya), tidak sixpac...