26 September 2021
•••
Dan semakin tenang Shafa, semakin ia sadar posisinya saat ini. Shafa, memeluk Baskoro erat, bahkan mungkin melukai punggungnya, menangis di balik dada Baskoro yang pasti basah karena air mata, dengan wajah yang sudah merah dan semakin memerah Shafa menjauhkan badannya dari Baskoro.
Ia merasa tak enak sekalipun Baskoro yang memberikannya duluan, tetapi ia sadar tujuan Baskoro pasti hanya menenangkannya dan dirinyalah yang terlalu menerima itu.
"Sudah tenang? Sudah enakan?" tanya Baskoro tersenyum hangat, Shafa hanya mengangguk pelan tak berani menatapnya yang begitu gentle. Ia sangat malu karena menangis, di pelukan seorang pria yang milik orang lain. Wajahnya pasti sangat jelek tadi, dan amat memalukan sekarang.
"Ma-maaf ...." Suara Shafa agak serak dan sedikit sesenggukan.
"Udah, gak papa." Baskoro memberikan tisu pada Shafa.
"Terima kasih ...." Shafa menerimanya dan membersihkan sisa air mata di wajah, oh dia sangat malu dan masih tak berani menatap Baskoro.
Omong-omong, Baskoro tadi berkata soal ia yang kehilangan seseorang yang dia sayangi, apa Baskoro tahu soal kepergian Juan?
"Aku juga minta maaf tiba-tiba meluk kamu, aku gak bermaksud apa-apa ... istriku dulu ngelakuin itu tiap aku sedih ...." Shafa menggeleng, harusnya dia yang minta maaf. Lagipula apa yang dilakukan Baskoro berhasil, ia tenang sekarang.
Dan sekarang, mereka diam seribu bahasa, Shafa masih menenangkan dirinya sedang Baskoro seakan menunggu. Memang pria itu menunggu momen tepat mengatakan sesuatu yang penting.
Dirasa Shafa jauh lebih baik, Baskoro mengeluarkan ponselnya, pun menyerahkan itu ke Shafa.
"Ada pesan dari ... Juan ...."
Mendengar nama itu, Shafa terlihat mewek lagi, wanita itu menggeleng dan menjauhkan ponsel Baskoro darinya. "Aku gak mau dengerin soal dia lagi."
"Bacalah dulu, nanti kamu mengerti." Baskoro meyakinkan, Shafa yang mendengar suara lembut milik Baskoro entah kenapa tergerak, meski masih tak berani menatap wajah pria itu ia menatap ponsel yang dipegangnya.
Ada pesan dari Juan di sana.
Shafa memejamkan mata erat, dadanya sakit bahkan sekadar melihat namanya saja, tetapi di satu sisi ia juga penasaran. Terlebih tentang apa yang Baskoro dan Juan bicarakan.
Tetapi ini terlalu sakit.
"Maaf aku ikut campur tentang kalian, tapi aku gak bisa lihat ibu dari anak-anakku sedih ...." Baskoro berkata, berusaha agar Shafa lebih yakin untuk membuka mata untuk membacanya. "Kamu udah kuanggap ... keluarga, anak-anak nganggap kamu keluarga, dan aku ingin kamu bahagia ...."
Mendengar kehangatan dan kelembutan itu, Shafa pun membuka mata, meski dadanya sakit rasa penasaran tetap membuatnya membaca tiap percakapan mereka. Dan menemukan fakta sebenarnya, tangisan Shafa kembali pecah. Ia paham sekarang, ia mengerti, dan ia meski sakit hati tak lagi membenci Juan.
Karena mau bagaimanapun, kebahagiaan Juan, maka Shafa juga bahagia ....
Shafa akan berusaha damai dengan dirinya sendiri, dan menerima takdirnya yang sekarang.
Baskoro kembali memeluknya, membagi kehangatan itu yang juga ikut menghangatkan hatinya sedemikian rupa. Masih Shafa tak bisa berkata-kata, tetapi dalam hati ia berkata pada diri sendiri, ia Shafa, wanita kuat dan mandiri, tak boleh egois.
Sintya benar, masih banyak kasih sayang di sekitarnya, dunia Shafa bukan Juan, tetapi dunia Shafa adalah dirinya sendiri. Ia pasti bisa melewati ini, bersama mereka yang menyayanginya dan ia sayangi.
"Terima kasih, Baskoro ...." Akhirnya Shafa bersuara. "Terima kasih ...."
BERSAMBUNG ....
•••
Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie
KAMU SEDANG MEMBACA
DUDA DAN DUA BOCIL KEMBARNYA [B.U. Series - B]
Romance18+ Baskoro Ubait, aka Baskom, adalah makhluk berspesies duda, dengan dua bocil kembar pengantinnya yang imut tiada duanya. Baskom hobi selfie, badannya gemoy (dilarang menyebut gembrot), berisi gitu (tulang ya, bukan lewmawk, katanya), tidak sixpac...