Chapter 60

832 130 14
                                    

1 Oktober 2021

•••

"Eits, jangan salah sangka dulu, Pah." Rafardhan menahan ayahnya yang ingin berkata tidak-tidak. "Kami udah sepakat temenan baik, dan dia juga bakalan jadi ibu dari Tia dan Tio."

"Lah, itu apa kalau bukan--"

"Bukan, bukan begitu! Shafa enggak bakalan jadi istriku, dia hanya jadi ibu dari anak-anak, selayaknya guru dan murid." Baskoro mencoba menjelaskan, tetapi ayahnya masih menatap dengan picingan mata. Seakan menaruh curiga tingkat tinggi pada putra semata wayangnya itu. "Pah, ini demi anak-anak aja, Papah tahu kan kondisi aku saat ini gimana?"

Ayahnya menghela napas panjang. "Yah, terserah kamulah, apa seenak keluarga kalian aja."

Baskoro mengambil cemilan dalam toples kemudian memakannya, ia tak ingin ambil pusing dengan hal ini, karena ia yakin saat dewasa si kembar tak akan menuntut Mami baru. Selayaknya Baskoro di masa lalu, ujung-ujungnya ayahnya tak menggantikan ibunya dan keluarga mereka baik-baik saja.

"Kamu tahu, enggak ada salahnya kamu berusaha move on dan mencari yang baru, memberi kesempatan pada orang lain mengisi hati kamu dan membahagiakan diri serta anak-anak," kata sang ayah tiba-tiba, Baskoro menatap pria itu dengan sendu. "Keliatannya kamu tadi bahagia ... sama Bu Shafa mereka."

Baskoro akui, selain canggung, ada juga rasa bahagia. Entah karena melihat anak-anaknya bahagia karena keberadaan Shafa, atau memang dirinya sendiri yang bahagia karena keberadaan wanita itu. Mungkin ... keduanya ....

Oh, tidak tidak.

Baskoro menggeleng. "Enggak, hanya sebatas ini, Pah. Lagipula, Shafa baru saja patah hati karena ditinggal orang yang sangat dia cintai, mustahil. Kami cuman sekadar ... ayah ibu aja."

"Mm-hm ...." Nada suara ayahnya terlihat meragukan. "Jalan yang hampir sama, kenapa gak saling kasih bahu aja? Cinta anak muda emang ribet." Itu seakan sindiran kepada putranya itu.

Baskoro mendengkus. "Papah di masa lalu kan juga begitu?"

"Kamu tahu ... Papah sendiri baru sadar, sekalipun punya kamu, Papah tetap merasakan kesepian. Bukan karena Papah gak cinta sama mendiang Mamah kamu, tapi memang ... ini sulit diungkap, tapi Papah menyesal karena berlarut-larut dalam kesedihan dan malah menutup hati Papah rapat-rapat. Ini seperti kutukan." Pria itu menatap Baskoro yang terheran karena ungkapannya. "Papah di masa lalu rasanya menyesal gak nurutin permintaan kamu soal Mamah baru, karena sekalipun kamu pikir kamu bahagia hanya bersama Papah, di satu sisi kamu juga perlu sosok ibu, kan? Kamu menemukan itu pada Sintya dulu, itu kenapa kamu sangat mencintainya, dan saat dia pergi ada rasa sulit melepaskannya."

Baskoro terdiam, menunduk memikirkan ungkapan ayahnya yang menohok itu.

"Papah gak menyuruh kamu untuk mengkhianati Sintya, Sintya sendiri ingin kamu bahagia dan berpesan agar kamu bisa mendapatkan terbaik selain dirinya. Dia tahu kondisi orang tua kamu, kondisi Papah yang membangun kepribadian kamu saat ini, itu kenapa dia gak mau kutukan ini terus berlanjut dan berlarut-larut. Dia pasti ingin yang terbaik untuk kamu, Tia, dan Tio. Keputusan di tangan kamu, Baskoro. Pikirkan baik-baik, antara kamu, Papah, dan babies."

Baskoro masih terdiam, ungkapan itu benar-benar merasuk ke kepalanya, terngiang-ngiang hingga ia memikirkannya saat ini dengan wajah serius. Benarkah demikian? Ia merasa ... semua itu memang benar adanya.

Rasa traumanya kehilangan Mamahnya di masa lalu, kemudian menemukan sosok ibu di diri Sintya hingga ia stuck pada satu wanita dan kala wanita itu pergi semangat hidup Baskoro pun ikut lenyap. Itu siklus menyakitkan. Meskipun Sintya ingin Baskoro mencari penggantinya, tetapi dengan trauma psikis demikian ... tentu sulit.

Membuka hati pada Shafa pilihan tepat? Wanita itu baru saja terluka dan Baskoro ingin melesak masuk ke hatinya yang masih perih? Itu tak mungkin.

Tidak, semuanya tidak mungkin ... kan?

"Aku ... mau mandi dulu." Baskoro terus terang tak tahu apa keputusan tepat untuknya, tetapi jujur ia sangat menginginkan kebahagiaan untuk dua anak kembarnya ....

Baskoro berdiri dari sofa, menuju kamarnya yang dipandangi sang ayah dengan wajah sendu kentara.

BERSAMBUNG ....

•••

Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie

DUDA DAN DUA BOCIL KEMBARNYA [B.U. Series - B]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang