Chapter 18

1.1K 196 5
                                    

19 Agustus 2021


•••

Begitulah Tia Tio menghubungi Bu Shafa untuk meminta bantuan, niat hati menyelamatkan sekaligus terselubung untuk mempercepat pertemuan Bu Shafa dan ayah mereka. Biar cepat jatuh cintanya dan menang banyak.

"Papi masih gak sadar kan?" tanya Tia mengakhiri panggilan, Tio menyeka sisa air mata (buaya)nya dan menatap sang ayah.

"Keknya masih." Ia mengecek keadaan ayah mereka, masih stabil, tetapi yang aneh sih Baskoro mendengkur, ia seperti bukan pingsan tetapi tidur.

"Bikin gak ngorok ih, biar aktingnya bagus!" Tia memerintah.

Tio cengo. "Gimana caranya?"

"Duh, gini nih!" Tia mengapit mulut ayahnya yang masih mendengkur, dengkuran semakin keras diselingi suara erangan susah bernapas, hingga akhirnya Baskoro bangun dan terbatuk-batuk.

"Eh Papi jangan bangun!" Tia Tio malah bilang begitu.

"Apa? Apa tadi? Kenapa tadi? Papi kerasukan ya?" tanya Baskoro panik menatap sekitaran, ia masih ketakutan setengah mati dengan makhluk hitam kelam itu. Makhluk apa itu? Syaiton? Astaga, dua saja sudah cukup, jangan menambah tiga! "Mana? Mana dia?" Baskoro bersiaga dengan panci di tangan lagi, tetapi kemudian meringis sambil memegangi kepala. Duh ia sedikit pusing.

"Papi, Papi jangan sadar dulu, pingsan aja!" Tio berkata, Baskoro yang panik menatap bingung putranya seraya kembali bersiaga.

"Bentar, bentar, bentar, jangan-jangan tadi akal-akalan kalian ya? Mau ngerjain Papi huh?!" Baskoro kini berdiri, menodong anak kembarnya. "Kalian ini dasar ya, gimana kalau Papi bukan pingsan biasa tapi serangan jantung?! Siapa yang bakal kalian banggain nanti selain kegantengan Papi dan kekayaan Papi?"

Si kembar ber-poker face, masih saja narsis.

"Mana ada, tadi tuh kucing item doang!" Tio memekik kesal. "Kami mana tahu kucingnya masuk dari mana, dari jendela paling Bibi enggak nyadar."

Tia menepuk kening karena saudaranya itu, habislah sudah rencananya.

"Oalah, cuman kucing toh, ck dasar." Padahal Tia ingin membuat Baskoro tetap takut dan pingsan lagi, pingsan dikit lah, tanpa serangan jantung.

Bisa gitulah.

"Kalian gak foto Papi terus share di sosmed kan?" tanya Baskoro menodong mereka lagi.

Tia ingin bersuara memanfaatkan keadaan, tetapi tampaknya Tio tak bisa diajak kerjasama.

"Enggak, soalnya kami juga panik." Baskoro menghela napas lega dan Tia menepuk kening lagi. Kembaran laki-lakinya itu memang sangat membagongkan.

Dan kini, mereka terkejut karena suara ambulans di luar. "Lho heh, kalian manggil ambulans?" Baskoro panik. Panik setengah mati. "Papi gak kenapa-kenapa lho, kok kalian pake acara ambilin ambulans segala? Haduh kalian ini!"

Oh, Baskoro paling takut rumah sakit, terutama bagian tusuk menusuk seperti suntik atau pasang infus. Si kembar menghela napas pasrah karena mereka gagal dengan misi PDKT Shafa dan ayah mereka lebih jauh, kalau begini apa mereka bakalan dicap anak-anak pembohong?

Baskoro segera bergegas keluar dan si kembar mengekori, tampak petugas membawa tandu siap memasuki rumah, dan juga ada Shafa di sana.

"Tia, Tio ayah kalian--eh Pak Baskoro?" Shafa yang siap menanyakan papi si kembar kaget melihat pria itu baik-baik saja. Dan ada hal yang lebih mengagetkan meski harus dia tepis, rambutnya ... rambutnya pink?

Lho heh?

Baskoro segera menahan mereka yang siap masuk rumahnya dengan panci. "Gak, saya gak papa, kalian salah alarm!"

"Bapak ... baik-baik saja?" tanya Bu Shafa menatap Baskoro.

Baskoro memutar bola mata, kemudian mendengkus menatap Shafa, si kembar kesal dengan sikap egois ayahnya satu ini. "Kamu bisa liat sendiri, saya gak kenapa-kenapa, para bocil cuman salah alarm!" Ketus dan tak halus, Bu Shafa mereka jelas ogah dengan jenis begini, benar-benar harus diubah!

Tia segera menyela. "Tapi ... tadi Papi sempet pingsan lama karena dikagetin kucing!" Baskoro menatap kesal Tia yang membongkar rahasianya.

"Gak, mereka bohong, saya gak papa! Sana kalian pulang! Sana!" usir Baskoro dengan kesal, sebelum akhirnya berbalik hanya untuk dikejutkan oleh kucing hitam yang entah datang dari mana terbang ke arahnya.

Baskoro berteriak histeris, sebelum akhirnya pingsan di tempat.

BERSAMBUNG ....

•••

Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie

DUDA DAN DUA BOCIL KEMBARNYA [B.U. Series - B]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang