Chapter 38

756 150 7
                                    

9 September 2021

•••

"Ini semua ... kesalahan kalian ...."

"Baskoro!" Shafa terbangun dari tidurnya dengan meneriaki nama itu, terduduk bersama napas terengah dan keringat dingin membanjiri. Ia bermimpi tentang Baskoro yang melompat dari jurang dan menatap ia penuh kebencian. "Enggak enggak enggak!"

Hal ini membuat Shafa semakin panik dan paranoid, buru-buru dengan serba kilat ia bersiap ke sekolah hingga akhirnya sampai di sana. Nyatanya bertepatan itu, yang sangat pagi, ada si kembar dan ayahnya yang berpakaian serba hitam sudah ada di sana.

Shafa bisa bernapas lega sedikit melihat Baskoro masih dalam keadaan baik-baik saja, sedikit.

"Papi, kami mau ikut nemuin Mami!" Tia merengek pada ayahnya.

"Eits, ingat kata Kakek, ini me time Papi sama Mami. Kalian harus sekolah juga, nanti Minggu kan kalian bisa ke sana." Baskoro mengingatkan dan keduanya manyun.

Oh apa inikah saatnya? Oh tidak tidak tidak.

"Ya udah, deh." Tio pasrah, begitupun saudarinya.

"Dah, Sayang." Baskoro memberikan kecupan di kening keduanya bergantian, Shafa membulatkan mata sempurna karena ini kali pertama ia lihat Baskoro melakukannya.

Ini benar-benar ucapan selamat tinggal?!

Dan dengan semua bukti nyata dan kepanikan Shafa itu, tanpa pikir panjang Shafa yang naik ojek online memesan lagi dan kali ini tanpa pikir apa pun mengikuti Baskoro. Terus mengikutinya tanpa sadar ada kewajiban yang ia tinggalkan, tanpa sadar ia sudah lama melakukannya, tanpa sadar ia juga sudah berpindah kota.

Ia keluar kota hanya untuk mengikuti Baskoro, hanya untuk mengikutinya karena rasa takutnya terjadi sesuatu pada Baskoro.

Lalu, tak lama, mereka sampai di area pemakaman, Shafa memilih berhenti dengan jarak cukup jauh dari Baskoro dan Baskoro tampak tak sadar akan hal itu. Shafa mengendap memperhatikan dari jauh dan Baskoro keluar mobil bersama tiga buket bunga mawar putih di tangan serta keranjang di tangan lain.

Baskoro mulai memasuki area makam dan bak mata-mata handal Shafa mengikuti.

Baskoro menatapi satu per satu makam melihat nama yang tertera, dan akhirnya berhenti di nama yang tepat di sana. Pria itu menghela napas panjang seraya menatap dua makam lagi yang tak jauh dari makam itu.

"Sintya, Ibu, Mamah ...." Baskoro menyapa ketiga nisan itu dengan senyum hangat. "Baskom datang." Pria itu bercanda, tertawa  pelan akan leluconnya sendiri sambil meletakkan bunga di masing-masing nisan. "Maaf gak bawa anak-anak, mereka sekolah soalnya, nanti mereka dateng ke sini kok."

Baskoro lalu sedikit duduk, membersihkan beberapa kotoran di atas nisan itu, sebelum akhirnya berdoa dan mulai menaburkan bunga. Memperindah suasana makam yang tadinya kelam menjadi lebih berseri.

"Apa kabar, Sintya, Bu, Mah?" tanya Baskoro, Shafa masih memperhatikan. "Semoga kalian baik dan bahagia di alam sana, Baskom sendiri baik kok. Dan enggak, kangen sih tapi kan kita akan bertemu lagi suatu hari nanti. Iya kan?" Baskoro tertawa pelan. "Mah, Bu, izin ngomong sama Sintya berdua bentar ya? Hehe makasih."

Baskoro lebih mendekati makam paling pinggir itu, menghadapnya, berdiri di sana dengan wajah sendu kentara.

"Hai, Babe. Ini aku, Baskommu." Baskoro tertawa lagi akan ungkapan itu. "Kamu marah ya aku gak bawa anak-anak? Kan udah kubilang mereka sekolah, jadi gak bisa, ya kan? Udah udah jangan marah, entar aku nangis nih."

Entahlah, itu harusnya lucu, tetapi Shafa benar-benar sakit mendengar itu. Seakan ia memahami perasaan Baskoro saat ini.

Pasti sangat menderita.

BERSAMBUNG ....

•••

Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie

DUDA DAN DUA BOCIL KEMBARNYA [B.U. Series - B]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang