Chapter 48

808 144 17
                                    

19 September 2021

•••

Masa-masa canggung penuh diam ini bisa teratasi dengan keberadaan si kembar yang sangat ceria, pasti tak sabar untuk mengunjungi ibunda mereka dan Shafa bersyukur mereka anak-anak yang kuat. Bahkan sesampainya di makam ibunda serta merta nenek-nenek mereka, mereka berjalan lebih dahulu seakan tahu persis ingin ke mana.

"Tia, Tio, jalannya pelan-pelan," tegur Baskoro, membukakan pintu mobil untuk Shafa.

Shafa tak menyangka akan diperlakukan begini, dia jadi malu-malu.

"Cepetan Papi, kami mau nemuin Mami," sahut si kembar.

"Sssttt ... jangan teriak-teriak di pemakaman." Baskoro tampaknya kesulitan menangani anak-anaknya. Shafa pun keluar dari mobil dan berjalan bersama Baskoro mengikuti kedua anak kembarnya itu hingga akhirnya ke makam Sintya.

Shafa bergumam maaf pada Sintya, dan berpikir mereka akan berdoa bersama di sana tetapi nyatanya ....

"Papi, Bu Shafa ... kami mau ngomong bertiga aja sama Mami," pinta mereka tanpa disangka. "Kan Papi sama Bu Shafa kan kemarin udah?"

Si kembar tahu dirinya ada di makam bersama Baskoro? Shafa kaget dan menatap Baskoro.

Baskoro berbisik, "Nanti aku jelasin."

Dan tampaknya, Baskoro akan mengatakan niatnya dari awal tadi.

Shafa tersenyum hangat ke Tia dan Tio. "Ya udah, Ibu jaga kalian dari jauh, ya." Ia usap pipi keduanya lembut dan mereka tersenyum semakin lebar, wajah ceria mereka sangat manis dan memanjakan mata.

Keduanya mengangguk dan Shafa pun menatap Baskoro, mereka lalu berjalan menjauhi si kembar yang mulai berinteraksi dengan makam ibu dan nenek-nenek mereka sedang Shafa dan Baskoro memperhatikan dari kejauhan. Keduanya tersenyum hangat melihat itu sampai keduanya bersitatap lagi.

"Jadi ... apa yang ingin Bapak bicarakan?"

Baskoro berdeham, ia sebenarnya ragu mengatakan ini, tetapi justru merasa ada keharusan di sana. Akhirnya, pria itu pun bersuara. "Tia dan Tio ... ingin kamu jadi Ibu mereka."

Shafa kaget. "Ah?" Apa maksudnya ....

"Enggak, enggak, saya enggak bermaksud ingin kamu jadi istri saya, saya gak mungkin ngerebut kamu dari Juan. Saya hanya mau bilang kalau Tia dan Tio ingin kamu jadi ibu mereka. Mereka ... nyoba jodohin saya sama  Ibu dari kemarin-kemarin, dan bahkan karena kemarin mereka salah sangka kita lagi dating. Saya ... mengerti Tia Tio mengingini sosok ibu, tapi kamu tahu sendiri kan saya bagaimana."

Ah, begitu? Dipikir Shafa tadi Baskoro mengajaknya ingin menjadi istri. Lagipula itu mustahil karena Shafa sudah punya Juan dan Baskoro sendiri belum move on dengan istrinya. Namun di satu sisi, kasihan dengan si kembar ... Shafa baru sadar memang dari kemarin PDKT itu ternyata ada maksudnya, mereka ingin Shafa jadi ibu mereka dan bersama Baskoro, keduanya pasti memerlukan sosok ibu ....

Shafa mengangguk. "Saya paham, Pak." Shafa menatap Baskoro yang canggung. "Saya mengerti maksud Bapak, kok. Mereka anak-anak ...."

Baskoro mengangguk juga. Pun menghela napas panjang.

"Saya akan menjadi ibu mereka, tapi bukan, bukan saya mau merebut Bapak dari mendiang istri Bapak." Shafa segera menjelaskan.

"Iya, saya juga mengerti, Bu. Terima kasih. Maaf saya bilang begini ke Ibu, saya enggak bermaksud--"

"Bukan masalah, kok, Pak." Shafa tersenyum hangat. "Saya akan membantu Bapak menjaga Tia Tio."

Baskoro juga ikut tersenyum. "Terima kasih, Bu."

Dan dari kejauhan, Tia Tio memperhatikan betapa mesranya sang ayah dan calon mami mereka itu.

"Mami, liat, mereka cocok banget kan?" Tia menatap makam ibunya begitupun Tio.

"Tia sama Tio sayang Mami!" Mereka memeluk nisan bertuliskan nama ibunya itu.

BERSAMBUNG ....

•••

Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie

DUDA DAN DUA BOCIL KEMBARNYA [B.U. Series - B]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang