22 September 2021
•••
Shafa sadar diri, dibandingkan dirinya memang Juan lebih berhak mendengarkan kata ayahandanya yang Shafa sendiri mengkhawatirkan itu. Shafa juga sadar diri, jika Juanlah yang berhak menentukan jalan hidupnya sendiri, sekalipun jalan itu menyakitinya sendiri.
Namun tetap saja, itu sakit.
Shafa baru tahu kebenaran jika Juan memang sudah lama tahu dia suka dirinya dan ternyata perasaannya terbalas, tetapi pilihan berat Juan ambil demi ayahnya. Shafa tahu ayah Juan lebih berhak tapi tak bisakah Juan menjelaskan soal cinta mereka?
Tak bisakah?
Shafa tak ingin menjadi wanita egois ... sungguh, tapi tak bisakah menjelaskan? Bisa saja kan berubah pikiran? Dada Shafa benar-benar sakit karena dipermainkan begitu saja oleh Juan bahkan mereka sudah akan tunangan.
Sakit ....
Ini sangat sakit ....
Apa yang dilakukan Juan harusnya disadari pria itu bisa membuat Shafa sakit hati, dan mentalnya pun goyah, Juan harusnya tahu itu sekalipun mungkin Juan sendiri merasa sakit juga. Tapi, Shafa memendam ini terlalu lama, rasa sakitnya luar biasa, dan hal itu membuat Shafa ... benar-benar membenci Juan.
Perasaan cinta yang dibangun dengan megahnya hancur, tergantikan rasa benci yang Shafa ingin hilangkan karena mencoba berdamai dan memahami posisi Juan. Ia mengerti Juan terpaksa tapi ini terlalu sakit untuk dipahami, sangat sakit seperti disambar hujaman pedang, hancur robek tak bersisa apa pun.
Kepingan koyak.
Shafa ragu bisa memperbaikinya.
"Aku benci sama kamu, Juan. Aku benci! Benci!" Shafa memekik kesal.
Dan seharian wanita muda itu hanya menangis, menangis, dan menangis. Ia lupa kebahagiaannya seketika dan hanya ada kesedihan di sana, hingga akhirnya Shafa tertidur pulas bersama air mata mengering di sekitaran matanya yang sembab.
Pagi hari yang cerah, ia sudah disambut ingatannya tentang kemarin, ingatan terburuk sepanjang sejarah.
Ditinggalkan orang yang sangat dia cintai.
Rasanya Shafa ingin menangis lagi, tetapi ia ingat pesan kepala sekolah karena dia harus menghadapnya senin ini. Menjadi guru memang pekerjaan impiannya, tetapi ia ingat Juan adalah salah satu faktor yang membuatnya gigih akan hal itu.
Mengingat Juan, ia jadi benci pekerjaannya ....
Tak seharusnya begini!
Shafa menyadarkan dirinya, ia cinta pekerjaannya, Juan tak ada sangkut pautnya untuk membenci ini. Tidak! Ia harus fokus, fokus!
Meski sudah mandi dan membersihkan diri, Shafa masih terlihat berantakan, bahkan selera makannya pun turun drastis. Dengan keadaan lemah, lesu, dan loyo bersama mata sembab dan pucat Shafa memaksakan diri ke sekolah. Dan saat itu juga ia bertemu Baskoro dan si kembar yang ceria menyapanya.
Namun, karena mereka, ia ingat Juan yang memintanya menjaga mereka ... rasa benci hadir seketika, wajah Shafa sempat masam karena hal itu, tetapi ia sadar mereka adalah mereka, Juan adalah Juan, alasan Shafa menjaga mereka sendiri memang keinginannya dan janjinya.
Jangan begitu! Tak boleh!
Ketiganya menatap heran Shafa yang biasanya segar bugar dan ramah, tetapi kali ini berantakan dan bahkan matanya sembab. Tia Tio menatap ayah mereka yang sama bingungnya.
"Pagi juga, Baskoro ... Tia, Tio." Shafa memaksakan senyum.
"Shafa, kamu baik-baik aja?" tanya Baskoro khawatir karena Shafa terlihat tidak baik-baik saja.
Shafa menggeleng pelan, tersenyum lebih lebar yang jelas sekali paksaannya. "Gak papa, kok. Ayo masuk yuk, bentar lagi upacara bendera."
Mereka ragu, tetapi si kembar menurut saja dengan permintaan bu Shafa mereka yang lesu. Baskoro bertanya-tanya apa yang terjadi, kemarin Shafa masih sangat hangat dan ceria tetapi sekarang seperti hilang semangat hidup.
Kenapa begitu?
BERSAMBUNG ....
•••
Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie
KAMU SEDANG MEMBACA
DUDA DAN DUA BOCIL KEMBARNYA [B.U. Series - B]
Romansa18+ Baskoro Ubait, aka Baskom, adalah makhluk berspesies duda, dengan dua bocil kembar pengantinnya yang imut tiada duanya. Baskom hobi selfie, badannya gemoy (dilarang menyebut gembrot), berisi gitu (tulang ya, bukan lewmawk, katanya), tidak sixpac...