Chapter 58

742 138 22
                                    

29 September 2021

•••

Baskoro berdeham, berusaha menepis pemikiran itu, begitupun Shafa sendiri yang berusaha biasa saja. Meski susah.

Ugh, harus ada alihan topik!

Baskoro berpikir keras, dan kemudian kala ia menatap makanan Shafa yang serba serbi sayur--maksudnya adalah, Shafa tak memesan menu sepertinya yang sayuran tetapi diolah, memang hanya salad dan beragam kembarannya--seketika ide melintas.

"Kamu vegetarian ya?" tanya Baskoro iseng memulai pertanyaan, sedang anak-anak hanya menyimak saja tak ingin mengganggu kedekatan 'pasangan' itu meski cengar-cengir tak jelas.

Topik bagus, mulai gelitik di dada menipis.

"Bukan, Pak. Tapi saya suka makan empat sehat, lima sempurna." Shafa tersenyum canggung.

"Wah, pola hidup kamu sehat berarti ya, saya juga mulai berusaha kayak kamu, meski yah menunya begini. Susah lepas." Oh, pantas saja Shafa lihat Baskoro mulai mengurus dan ideal, ia mengubah pola makannya toh, bagus juga. "Sekalian fitness juga walau kecil-kecilan."

"Itu udah bagus Pak." Shafa memuji dengan senyum yang lebih tulus, alihan topiknya bagus juga.

"Yah, lumayan nurunin BB, mau balikin otot saya juga yang udah banyak jadi lemak." Baskoro memperlihatkan tangannya dan Shafa hanya tertawa pelan. "Oh ya diliat-liat juga, Bu Shafa aksesorisnya serba-serbi pink, Ibu suka banget keknya sama warna pink?" Andai bukan baju dinas yang dipakai, mungkin Shafa akan me-matching-kan semuanya.

Tas? Pink.

Case ponsel? Pink.

Ikat rambut? Pink.

Meski tak seharusnya senyentrik itu, memang kalau diperhatikan semua di diri Shafa begitu feminin.

Shafa mengangguk lagi. "Iya, suka Pak, dari kecil suka banget."

"Papi pasti lagi korek-korek kesukaan Bu Shafa buat dapetin maaf lebih dalem sama ngasih hadiah!" Tia berbisik pada teman-temannya. Dasar kang nguping!

"Mungkin banyak orang bakalan bilang, saya ini tipe wanita feminin yang sok imut kalau suka pink, tapi sebenernya saya emang suka banget aja."

Baskoro mengangguk paham. "Gak usah dengerin, karena kenyataannya kamu memang imut, Bu Shafa."

"Nahkan, gombalan Papi!" Tio berbisik ke teman-temannya, informasi yang tak penting karena mereka sendiri mendengar itu.

Mendengar ucapan Baskoro, dada Shafa tiba-tiba dag dig dug jer. Ia baru saja dipuji imut? Kedua pipinya memanas. Dan melihat reaksi Shafa, Baskoro merutuki mulutnya yang terlalu jujur.

Dengan pipi pink begitu, dia semakin imut!

"Kalau kamu suka warna pink, saya suka warna punk. Eh kok punk?" Shafa menatap bingung Baskoro yang melawak, lah mana ada warna punk? Keduanya tertawa dan kecanggungan surut kemudian.

Lalu usai tertawa, mereka menatap anak-anak yang asyik makan seakan tadi tak menguping apa pun. Ugh, habiskan makanan sajalah.

Tiba-tiba menatap anak-anaknya, Baskoro ingat sesuatu. Sebuah tragedi lampau yang ia ingat terjadi padanya di salon khusus pria.

Rambutnya yang harusnya warna biru ... jadi pink.

Wah, sudah bisa ditebak, dari awal kan mereka mencoba menjodohkan Baskoro dengan Bu Shafa yang tampaknya memang maniak pink. Pastilah alasan itu. Baskoro lalu menatap Shafa, mengintruksinya untuk mendekat dan Shafa menuruti, niatnya berbisik saja, tetapi kemudian seorang pelanggan yang melintas menegur mereka.

"Pak, Bu, sekalipu Anda pasangan, ingat ada anak-anak di depan Anda, harap tahan sampe rumah."

Si kembar dan teman-temannya bertukar pandangan bingung dengan teguran pria itu sementara Shafa dan Baskoro ....

Shafa dan Baskoro cengo, lho heh memang mereka mau ngapain anjim?!!!

Disalahsangkai, Shafa dan Baskoro entah kenapa tak bisa marah, malah malu hingga kedua pipi semakin merah dan merah, astaga panas woi panas!

BERSAMBUNG ....

•••

Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie

DUDA DAN DUA BOCIL KEMBARNYA [B.U. Series - B]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang