Seketika semua yang ada di sana mulai panik, terutama si wanita tukang salon tersebut, Baskoro berhenti histeris tetapi napasnya ngap-ngapan menoleh ke wanita itu.
"Kenapa rambut saya warna yupi?!" pekik Baskoro kesal, warna paling tidak ia suka karena menganggap tidak maskulin--pink--tercetak di rambutnya. "Saya ini laki, laki!" teriak Baskoro tegas.
"Ma-maaf, Pak. Bu-bukannya Bapak sendiri yang minta ganti warna itu?" Si wanita menunduk takut.
Baskoro bangkit berdiri. "Kapan saya bilang begitu, hah?" Baskoro ke mode bossy yang menyeramkan, bahkan anak-anak pun ikut takut, baru kali ini Baskoro terlihat amat murka padahal wajahnya biasanya konyol.
Wajah Baskoro ikut-ikutan seram.
"Pokoknya saya gak mau tahu, kamu saya pecat!"
Si wanita kaget. Meski kemudian sadar satu hal. "Ba-Bapak bukan atasan saya ...."
"Mm-hm ... kalau gitu panggil manajer kamu ke sini, saya mau komplain!" Baskoro mulai bertindak tegas, benar-benar ia kesal karena rambutnya jadi pink begini.
"Pak, jangan Pak, saya mohon ... saya gak mau dipecat ...." Si wanita tampak menunduk dengan penuh permohonan.
Anak-anak pun segera menyadarkan diri mereka, ini salah mereka, mereka tak mau seseorang dipecat karena kesalahan sendiri. "Papi, Papi, Papi gak boleh gitu dong! Bukan salah Tantenya!" pekik Tio menahan ayahnya.
"Bukan salah dia apanya? Emang siapa lagi yang warnain rambut Papi? Kamu?" Baskoro kemudian menunjuk si wanita lagi. "Kamu juga bakalan saya tuntut!"
"Papi jangan!" Tia kali ini meneriaki, Baskoro menatapnya dengan nyalang.
"Apa lagi, huh?" Baskoro menahan ledakan amarahnya di depan anak-anak.
"Papi ... sebenarnya ini salah kami ...." Baskoro mengerutkan kening, menatap anak-anak itu bergantian terutama dua anaknya. Si kembar. "Kami ... yang bilangin ke Tante itu buat warnain rambut Papi warna pink, bukan salah Tante," jelasnya. Si wanita masih tak bisa bersuara, masih bungkam.
Baskoro menatap kaget, perbuatan anak-anaknya sendiri?!
"Kenapa, Tia, Tio? Kenapa?!" Ayahnya murka, semakin kesal, ditambah malu karena nyatanya ini perbuatan anaknya sendiri.
"Soalnya Papi jadi makin ganteng mirip Justin Bieber!" teriak si kembar serempak, sambil memperlihatkan foto idola remaja itu di ponsel mereka. "Be-bener kan, Temen-temen?" Mereka meminta dukungan.
"Bener banget!" Mau tak mau mereka menyahut, tapi memang benar ... rambut Baskoro sekarang agak unik.
"Eh, dia warnain rambut warna pink?" Baskoro mulai heran, tetapi pemuda di ponsel itu tampak keren juga dengan rambut pink-nya.
"Gak cuman itu, ini juga!" Nanda lalu memperlihatkan foto lain. "Tyler Joseph, vokalis yang nyanyi aiya aiya aiya amboy, eh maksud aku itu lho Twenty One Pilots!"
"Wah ... ini tren kalangan artis ya?" tanya Baskoro, wajahnya ceria lagi dan kini semuanya tampak lega akan hal itu. Kembali si pria menatap cermin, enggak buruk-buruk amat. Malahan, ia kelihatan ... hm mirip Justin Bieber.
Menurut dia doang sih.
"Hm ... keren juga." Baskoro manggut-manggut.
Si wanita yang tadi ketakutan akhirnya mendapatkan keberaniannya lagi. "Ja-jadi bagaimana Pak? Bapak suka?" tanyanya terbata-bata.
"Gak juga sih, tapi kalau ini bikin saya mirip Justin Bieber, gaskuen lah." Baskoro cengengesan, pun mengeluarkan ponselnya sebelum akhirnya duduk di kursi lagi. "Kamu pose seakan lagi anuin rambut saya, Tia, fotoin Papi, versi candid."
Anak-anak memutar bola mata, pasti cekrek selalu. Namun mereka puas, misi mereka berhasil dengan mulus meski prosesnya agak menakutkan.
Namun jelas, yang terpenting, adalah keberhasilan. Besok, akan mereka pastikan, Bu Shafa suka dengan rambut ayah mereka.
BERSAMBUNG ....
•••
Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie
KAMU SEDANG MEMBACA
DUDA DAN DUA BOCIL KEMBARNYA [B.U. Series - B]
Roman d'amour18+ Baskoro Ubait, aka Baskom, adalah makhluk berspesies duda, dengan dua bocil kembar pengantinnya yang imut tiada duanya. Baskom hobi selfie, badannya gemoy (dilarang menyebut gembrot), berisi gitu (tulang ya, bukan lewmawk, katanya), tidak sixpac...