Chapter 2

7K 485 10
                                    

3 Agustus 2021


•••

"Balikin hape Papi, Tia, Tio!" Baskoro merengek ke arah dua anaknya yang kini Tio memegangi ponselnya dan Tia memegang jendela agar tetap terbuka membuatnya tak bisa menutupnya, mereka siap melempar jika Baskoro lengah! Baskoro berkeringat dingin karena hal itu. "Jangan Tia, Tio!" Ia tak fokus menyetir, sesekali melihat ke belakang memastikan ponselnya baik-baik saja.

"Papi, jalan!" Keduanya berkata dengan nada datar. "Atau hape Papi jadi hape penyet!" kata mereka.

Baskoro tersentak. "Ja-jangan gitu, dong. Nah tuh itu sekolah kalian, sebentar lagi sampe." Baskoro memberitahu sekolah dasar yang sudah semakin terlihat dekat. "Jangan diapa-apain ya hape Papi, jangan ...."

"Gak bakal diapa-apain, asal fokus nyetir aja!" ujar Tio bak majikan Baskoro, dan mau tak mau meski khawatir Baskoro menurut saja. Demi ponselnya tercinta.

Si kembar kompak bahagia karena hal itu, mereka tersenyum puas hingga akhirnya Baskoro sampai mengantar mereka di depan pagar sekolah. Mobil berhenti dan si kembar buru-buru keluar.

"Eh, hape Papi!" pekik Baskoro ikut keluar karena Tio malah ingin kabur bersama ponselnya.

"Eh iya HP Papi." Tio dan Tia mau tak mau berhenti, di mana Baskoro menghampiri keduanya, dan Tio pun mulai menyerahkan ponsel ayahnya itu. Ponsel kembali ke tangan bagaikan anak yang sudah puluhan tahun tak bertemu, Baskoro memeluknya erat. "Baby-ku astaga hehe!"

Si kembar memutar bola mata melihat ayahnya yang lebai itu sebelum akhirnya berlari kecil berdua memasuki area sekolah. Baskoro yang tersadar kaget ditinggalkan anak-anak.

"Tia, Tio! Kissbye buat Papi mana? Hei!" pekik Baskoro, tetapi diabaikan oleh si kembar, Baskoro merengut sedih meski melihat ponselnya lagi ia kembali ceria. "Ayo kita take selfie!" Tanpa malu, Baskoro mengambil foto dengan dirinya memperlihatkan selfie dirinya dan sekolah anaknya.

Namun, seonggok pemandangan membuatnya mengerutkan kening kesal, ada seorang pria berpakaian sekuriti yang ikut selfie dengannya dengan gaya peace di kedua tangan. Dengan kesal, Baskoro menoleh ke arah si pengacau selfienya.

"Pagi Pak Baskom," sapa si satpam tanpa rasa bersalah.

"Baskoro!" pekik Baskom--eh Baskoro meralat kesalahan namanya. "Kamu ngacauin selfie ganteng saya ya! Asem!" pekik Baskoro kesal.

"Hehe, gomenasai Pak Baskom, eh Baskoro." Satpam itu menyengir lebar.

Mata Baskoro melotot. "Berapa kali harus saya bilang, nama saya Bas Kom, eh Bas Ko Ro!" Baskoro mengeja namanya.

"Eh, i-iya, Pak Baskoro, gomenasai Pak." Si satpam garuk-garuk belakang kepala.

"Gomenasai gomenasai, sok-sokan bahasa Jepang, yamete yamete kudasai senpai." Baskoro mengejek si pria, bergumam sendirian dan membuat si satpam mengerutkan kening. Lalu Baskoro berjalan menjauh meninggalkannya sambil sesekali mengambil gambar selfie.

Pak satpam geleng-geleng miris. "Dasar raja selfie."

Dan karena keasyikan selfie tanpa memperhatikan jalan, tanpa sengaja Baskoro menabrak seorang wanita berpakaian dinas khas guru, membuat barang di tangan masing-masing berjatuhan, Baskoro dan ponselnya dan guru wanita itu buku-buku di tangan.

Baskoro menatap syok ponselnya. "Baby, Baby, kamu gak papa kan?" Tanpa menolong si wanita Baskoro memungut ponselnya, ia menghela napas lega karena tak menemukan lecet apa pun.

Kemudian matanya menatap si guru wanita yang kini memungut buku-bukunya, wajah Baskoro dongkol tetapi si pria diam saja dan membantunya merapikan buku-buku itu. Setelah usai Baskoro pun melenggang pergi begitu saja.

"Ma-makasih Pak--eh ...." Baskoro sudah kabur duluan, membuat si wanita mendengkus pelan. "Dia ... wali siswa sepertinya. Nabrak gak minta maaf? Ah mungkin buru-buru. Seenggaknya dia nolongin." Si wanita berpositif thinking dan mulai memasuki area sekolah.

BERSAMBUNG ....

•••

Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie

DUDA DAN DUA BOCIL KEMBARNYA [B.U. Series - B]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang