23 Agustus 2021
•••
Si kembar kesal setengah mati dengan ayah mereka, kelakuannya membuat nilai dirinya di mata Bu Shafa semakin minus sejuta! Sudahlah tak mengantarkan wanita itu pulang, walau keduanya sadar keadaan ayahnya tak memungkinkan, tetapi bisakah setidaknya menjagai Bu Shafa mereka yang notabenenya pulang sendirian?
Dia wanita, lho.
Tio saja yang anak-anak lebih gentle dari sang ayah.
Baskoro juga tak tahu terima kasih dan tak tahu malu, sudah membuat Bu Shafa mereka tak nyaman, bahkan memakan makanan buatan Bu Shafa setelah menghinanya. Memang benar-benar tak bisa diharapkan!
Si kembar masih berbaring di kasur terpisah mereka dengan mata yang masih terbuka, menatap langit-langit kamar.
"Keknya Papi kita enggak bisa diharap deh, kurasa soal Mami baru kita cuman sekadar angan-angan aja. Aku kasian sama Bu Shafa kalau sampe dia jadi Mami kita," kata Tio pada saudarinya itu.
"Hm aku juga mikir gitu, cuman ... sifat Papi gak bisa kita ubah ya?" Tia menoleh ke kembaran laki-lakinya itu yang balik menatapnya. "Ini baru sehari sih, apa kita kudu nyerah secepat itu? Kalau gitu sih kita fokus ngubah sifat Papi dulu baru deketin dia ke Bu Shafa, keknya kita terlalu cepet aja langsung ngebet comblangin mereka. Yakan?"
Tio mendengkus. "Kamu yang punya ide tadi tuh!" Tia hanya menyengir lebar. "Apa bisa kita ngubah sifat Papi? Sifat dia itu kayak mendarah daging!"
"Aku yakin kita bisa, kita usaha dulu, demi Mami baru! Kita kerahin semua yang kita bisa, demi Mami baru!" Semangat Tia tampak menggebu, tetapi Tio hanya menatapnya. "Ayo dong, masa kamu begitu? Mana semangatnya? Pengen Mami baru atau enggak nih?"
Tio menghela napas. "Pengen sih, tapi ...."
"Tapi apa?" tanya Tia mengerutkan kening.
"Hm enggak ... keknya kamu bener, kita kudu usaha." Wajah Tia bahagia melihat Tio ikut bersemangat. "Demi Mami baru!"
"Demi Mami baru!" pekik keduanya bersamaan, sebelum akhirnya berbaring dengan posisi ternyaman mereka.
"Selamat tidur!" Dan mereka pun bisa menutup mata, mulai mengarungi dunia mimpi masing-masing hingga pagi pun menjelang, hari baru yang cerah dan mereka tahu saatnya mereka bersekolah.
"Tio, kamu duluan aja mandi, aku mau liat keadaan Papi."
Tio mengacungkan jempol pada saudarinya itu. "Oke." Sebelum akhirnya beranjak pergi meninggalkan Tia.
Tia pun menuju ke kamar ayahnya di mana Baskoro masih terlelap dengan dengkuran halus. Tia menggoyangkan bahu ayahnya itu. "Papi, Papi bangun!"
Baskoro yang tidur mulai terusik karena Tia, panggilannya dan goyangannya di bahu, dengan kesal Baskoro membuka mata dan mendengkus. "Apa sih? Nanti sekretaris Papi dateng buat anter kalian! Papi kan gak bisa nganter, jangan ganggu deh!" Dengan suara yang tak terlalu jelas Baskoro berkata, pria itu bahkan tak membuka matanya dan memposisikan tidur nyaman lagi. "Sana siap-siap!"
"Papi, Papi ngomong apa sih?" Tia mendengkus heran. "Papi, Papi bangun, aku mau ngasih dokter nanti dateng pagi ini buat cek keadaan Papi, infusnya mungkin udah bisa dicabut hari ini, Pi."
Baskoro mengangguk lemah. "Ah ya ya ya, oke!" Ia mengacungkan jempol pada putrinya tanpa membuka mata lagi, sebelum akhirnya tepar seraya mendengkur.
Tia menghela napas gusar. "Dasar kerbau." Anak perempuan itu geleng-geleng kepala seraya meninggalkan sang ayah di kamarnya.
Namun, kepala Tia menyembul lagi di pintu. "Pi, jangan banyak gerak pas infusnya dicabut ya, entar darahnya lompat ke mana-mana!" gurau Tia.
Dan saat itulah, Baskoro mengangkat kepala dengan mata terbuka lebar. "Aaarghhh ...." Baskoro takut, sangat takut!
BERSAMBUNG ....
•••
Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie
KAMU SEDANG MEMBACA
DUDA DAN DUA BOCIL KEMBARNYA [B.U. Series - B]
Romance18+ Baskoro Ubait, aka Baskom, adalah makhluk berspesies duda, dengan dua bocil kembar pengantinnya yang imut tiada duanya. Baskom hobi selfie, badannya gemoy (dilarang menyebut gembrot), berisi gitu (tulang ya, bukan lewmawk, katanya), tidak sixpac...