Chapter 13

1.3K 198 5
                                    

14 Agustus 2021

•••

"Tante!" Tio memanggil si wanita yang seketika menoleh karena kedatangan anak itu.

"Adek, enggak boleh masuk ke sini," tegurnya halus, ini area private yang hanya staff yang boleh masuk.

"Ma-maaf Tante." Tio merengut imut penuh sesal, dan membuat si wanita merasa bersalah, terlebih wajah Tio amat imut, lumayan mirip dengan si ganteng di luar sana.

Mungkin anaknya kan?

Ia jadi tak tega memarahi.

"Udah, gak papa, gak papa. Adek mau apa ke sini?" tanyanya ramah.

Tio tersenyum lebar, senyum kekanak-kanakan khasnya. "Tante, kata Papi warnanya diubah, jadi warna pink. Kayak ... mm ... ini! Justin Bieber! Tapi dibikin kayak ... kayak dikit gitu, bagian depannya aja."

"Ah, ganti warna ya? Wah ...." Pink dan pria tampan berjas? Perpaduan yang unik. Wanita itu membayangkan Baskoro dengan rambut warna pink-nya.

"Ah ... gans ...." Ia bergumam pelan sambil cekikikan.

"Ada gak, Tante?" tanya Tio memastikan.

Si wanita mengangguk. "Ada kok, siap! Adek tunggu aja di luar, ya."

Tio tertawa. "Makasih, Tante!" Kemudian tersenyum puas akan misinya yang berhasil, anak itu lalu melangkah keluar menghampiri teman-temannya dengan gembira.

"Berhasil?" tanya Tia cekikikan.

"Iya, dong!" Tio mengacungkan jempol dan mereka bahagia bersama.

Mereka sekilas menatap Baskoro yang asyik membaca majalah, atau lebih tepatnya ... lho heh sudah ketiduran saja pria itu ternyata, mana mendengkur sambil ternganga seakan mempersilakan lalat menginap di sana.

Hadeh ....

Namun baguslah, Baskoro tak akan memperhatikan mereka sekarang. Mereka semakin gembira karena rencana ke depan semakin mulus.

Namun, wajah Kadita terlihat khawatir. "Apa gak papa, nih, Tio? Perasaanku kok enggak enak ya?"

"Gak enak gimana? Kan ini demi Tia Tio dapetin Mami baru, dukung dong!" Nanda mendengkus, Kadita pun memilih bungkam meski perasaannya tetap saja tak enak.

Khawatir.

Tak lama wanita salon itu keluar dari ruangannya, dan menghampiri Baskoro yang ketiduran. "Wah ... tidur aja gans banget!" katanya memuji, dan seketika anak-anak itu menatap cringe.

Gans dari mana? Iya sih gans, tapi cara tidur Baskoro agaknya tidak etis. Sambil mangap pula.

Wanita itu kemudian berdeham karena sadar ia tak sendirian di sini.

Ia memulai pekerjaannya dan anak-anak mulai tersenyum kemenangan akan hal itu, mereka menunggu dan menunggu, kadang bosan dan bermain di sana.

"Hoam ...." Entah berapa lama Baskoro tertidur, pria itu akhirnya bangun juga usai guncangan hebat di kursi tempat ia duduk dengan suara teriakan memanggil namanya padahal tengah mimpi enak dengan pijatan di kepala. Matanya terbuka sayu, ia malah seakan tak berdosa menatap sekitaran sambil mengerjap-ngerjap pelan mengumpulkan nyawanya.

"Papi, bangun ih!" pekik Tia Tio kesal.

"Oh ya ya, hoaaam ... Papi udah bangun, nih. Kalian masih lengkap kan?" Baskoro menatap anak-anak, menghitung, mereka masih berenam, baguslah tak ada yang ditilep badut.

Lho kok jadi tujuh?

Ah ternyata itu wanita salon yang tersenyum bahagia melihatnya. "Sudah beres, Pak, rambutnya." Ia seakan menunjuk ke arah kaca di depan mata, Baskoro ingat ia ada di salon dan berencana mengecat rambutnya.

"Oh yayaya." Baskoro tertawa, mengusap wajahnya sejenak, sebelum akhirnya memandangi dirinya sendiri di depan cermin dengan nyawa masih di ambang-ambang.

Lalu seketika, nyawanya ia pakai tertarik ke badannya.

Mata Baskoro membulat sempurna, melihat rambutnya ... rambut cokelatnya yang indah ... kini diwarnai dengan warna paling ia hindari sedunia. Pink. Merah muda.

Baskoro langsung berteriak histeris.

BERSAMBUNG ....

•••

Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie

DUDA DAN DUA BOCIL KEMBARNYA [B.U. Series - B]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang