Chapter 7

2.4K 276 5
                                    

8 Agustus 2021

•••

"Jadi kita tanya langsung ke Bu Shafa?" tanya Tio bingung.

"Mana bisa gitu!" Salah seorang teman si kembar berkata, dua anak laki-laki dan perempuan itu menatap bingung. "Cara kerja Mak Comblang yang kuliat, dia itu kayak detektif, jadi tahu ini itu dengan cara ...." Ia kemudian berlagak bak ada kaca pembesar di depan matanya. "Cari tahu sendiri melalui data-data dan kesimpulan!" katanya dengan nada serius dan bak orang dewasa.

Si kembar masih bingung sampai wajah Tia tiba-tiba mencerah sambil menjentikkan jari tanpa bunyi. "Oh, tau tau, iya bener gitu. Kita deketin Bu Shafa sambil perhatiin semua hal tentang Bu Shafa, apa aja yang dia suka, apa aja yang dia gak suka, dan masih banyak lagi!"

Tio masih cengo menatap saudari kembarnya itu, tetapi menatap wajah Tia lama kelamaan anak laki-laki itu ikut berwajah cerah. "Ah, iya bener! Ide bagus! Jadi kita tinggal deketin terus Bu Shafa dan cari tahu kesukaan dia, paham paham!"

"Jadi, kapan kita mulai?" Si kembar bertanya serempak.

"Ya sekarang lah, kalian mau Mami baru sepuluh tahun ke depan emang?" tanya teman perempuan mereka dongkol. Si kembar hanya cengengesan. "Ya udah, kita mulai dari sekarang! Aku bagian catet, kalian bagian perhatiin Bu Shafa, nanti kabarin aja."

"Siyap!"

Dan begitulah rencana mereka, dengan mendekati Bu Shafa, sekaligus mencari tahu segala hal tentang wanita itu. Mereka membelikannya makanan biasa pesanan Bu Shafa.

"Wah, Bu Shafa orangnya suka yang sehat-sehat. Sayurnya banyak banget. Dia juga teh hijau tanpa gula. Hm emang enak ya teh tanpa gula? Pait kan ya?" Tio menanggapi apa yang mereka dapatkan usai tahu makanan biasa Bu Shafa.

"Bi Kantin, Bu Shafa selain pesen nasi ayam rebus full sayur, biasanya pesen apa lagi?" tanya Tia cengengesan.

"Oh biasanya sih roti isi aja, kadang cemilannya jagung keju atau sop buah atau salad buah, emang Bu Shafa minta pesen apa lagi?" tanya si wanita balik.

Tia menggeleng. "Enggak Bi, cuman nanya aja." Tia menatap temannya yang tukang catat tengah mencatat itu semua.

Setelah misi mendapatkan makanan favorit Bu Shafa usai, mereka pun kembali menghampiri Bu Shafa di kelas, sambil makan sambil fokus juga dengan wanita itu.

"Eh eh eh!" Tio berbisik kepada teman-temannya. "Kalian liat case hape Bu Shafa, warna pink! Tuh juga case pensil Bu Shafa, tasnya, semuanya serba pink!" kata Tio bersemangat.

"Wah, bagus Tio, poin bagus. Bu Shafa suka pink!" Tia dan teman-temannya terkikik karena menemukan poin bagus lagi. Lalu selama mata pelajaran, beberapa poin mereka catat seperti Bu Shafa penggemar lagu bernada slow karena nada deringnya demikian.

Mereka semakin gembira menemukan clue demi clue tentang Bu Shafa hingga akhirnya pulang sekolah. Sebenarnya si kembar ingin terus ke sekolah menguntit Bu Shafa bersama teman-teman mereka yang sudah izin untuk sedikit lebih telat tetapi keduanya kaget menemukan pesan dari ayah mereka.

"Lho, Papi katanya udah di depan, nunggu kita. Dia jemput kita hari ini!" kata Tia menatap kembaran laki-lakinya.

"Waduh, suruh aja dia tunggu deh! Papi pasti mau aja nunggu!"

"Eh, tunggu tunggu!" Salah satu teman mereka menahan. "Biarin aja kalian pulang duluan sama Papi kalian, kami nanganin di sini kalian nanganin Papi kalian di sana."

"Eh? Maksudnya?" Tia Tio menatap bingung.

Temannya itu mendengkus. "Gini Tia, Tio, Mak Comblang bukan cuman satu sisi doang, tapi harus keduanya dibikin matching. If you know what I mean."

"Wah ... bener juga. Sip deh rencananya." Tia dan Tio mengacungkan jempol. "Kami pergi dulu, mangatse kalian!"

"Kalian juga, papay!"

"Papay!" Enam anak itu pun berpisah, empat ke Bu Shafa dan si kembar menuju ke ayahnya.

BERSAMBUNG ....

•••

Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie

DUDA DAN DUA BOCIL KEMBARNYA [B.U. Series - B]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang