Chapter 25

1K 156 2
                                    

26 Agustus 2021

•••

Perasaan Shafa saja atau memang si kembar selalu ada di sekitarnya? Dua anak kembar pengantin itu selalu ada saja topik guna mendekatinya atau agak mengganggu 'date'-nya bersama Juan. Ia memang wali kelas mereka, tapi entahlah kenapa mereka nempel terus selayaknya Shafa ibu mereka. Tak hanya itu, empat teman mereka pun kadang terlihat ada di sekitar Shafa.

Sebenarnya anak-anak ini sedari kemarin sedang apa?

Shafa tak ingin berprasangka buruk ataupun prasangka lain, ia hanya bingung dan heran. Apa mereka ingin nilai baik? Nilai mereka semua termasuk baik. Sepertinya bukan, tapi apa?

Ah ... Shafa enggan memikirkannya lebih jauh, biarlah anak-anak itu, selama mereka menjadi anak yang baik tak masalah. Ia harus fokus menggaet hati guru ganteng yang selalu ada bersamanya itu. Harus. Setidaknya stres Shafa karena kemarin--menghadapi ayah si kembar.

"Omong-omong, anak-anak dekat sekali dengan kamu, ya." Juan berkata dan Shafa tersenyum, itu pujian baginya. "Mereka sayang sama kamu, karena kamu juga seperti ibu mereka, itu ... hal paling berharga dan sangat indah."

Ugh Shafa berbunga-bunga. Tenang, Juan, dia akan jadi ibu dari anak-anak mereka kelak.

"Makasih, Pak. Bapak juga ... disukai anak-anak." Juan hanya tertawa dan Shafa tersenyun malu-malu.

"Terutama si kembar, mereka mungkin menemukan sosok ibu dari kamu." Ah ini masuk akal, si kembar kan tak pernah mendapat kasih sayang seorang ibu karena sudah tiada setelah mereka lahir. Mungkinkah itu alasannya? "Oh ya, soal ayah Tia Tio," kata Juan tiba-tiba, mengagetkan Shafa yang sebenarnya ingin memulai topik pembicaraan terbaiknya.

Oh astaga ... ada apa? Tampaknya Juan tak terlalu peka dengan wajah Shafa yang ogah membicarakan Baskoro, tetapi harus Shafa akui mungkin wajahnya membuatnya penasaran. Terserahlah ... meski menyebalkan setidaknya ia tetap bisa bersama Juan..

"Kami pernah sekelas saat zaman SMP, dia bener-bener banyak berubah."

Wah, sekelas?

Syukurlah Juan tak ketularan sedeng.

"Dia yang sekarang, beda jauh dengan dia saat ini."

Ya jelas sih, SMP hingga jadi duda anak dua begitu, pasti banyak hal yang dilewati.

Ugh Shafa semakin tidak nyaman membicarakan Baskoro.

Dan wajah itu ternyata di-notice oleh Juan, pria itu terdiam sejenak sebelum akhirnya mengubah topik pembicaraan. Barulah, Shafa ceria lagi, dan hal itu membuat Juan semakin bertanya-tanya ada apa antara Baskoro dan Shafa.

Tak lama, bel masuk pun mengharuskan mereka berpisah, Shafa mengajar hingga akhirnya pulang sekolah. Shafa dan Juan berjalan keluar bersama menuju parkiran sebelum akhirnya memasuki salah satu mobil yang terparkir di sana, mobil klasik Juan, Juan pun mulai menjalankan mobilnya keluar area sekolah.

Namun, ada suara aneh di mobil klasik itu yang membuat kening Juan mengerut dan Shafa terheran dengan apa yang tengah terjadi, dan benar saja baru keluar area sekolah mobil Juan mati mendadak.

"Astaga, mobil tua ini!" Juan mendengkus sebal karena mobilnya yang mogok. "Sepertinya saya gak bisa nganterin Ibu pulang pake mobil ini." Wajah Shafa terlihat kecewa. "Ibu ... mau kalau kita naik taksi online saja?"

Ada kata kita di sana, jadi akan bersama Juan kan? Shafa tersenyum, ia tak peduli diantar pakai apa yang terpenting bersama Juan!

"Iya, Pak. Gak masalah. Maaf nyusahin ...."

"Enggak, enggak, gak sama sekali. Saya yang minta kamu, kan? Lagian rumah kita kan lumayan dekat." Shafa sengaja mengambil rumah terdekat dengan Juan, meski tak bisa sedekat itu karena tak ada yang benar-benar dekat, tetapi setidaknya mereka masih satu jalur jalanan.

Yah, beruntung.

Juan sepertinya juga suka padanya meski status mereka belum ada. Karena pria itu selalu perhatian, seperti ini.

BERSAMBUNG ....

•••

Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie

DUDA DAN DUA BOCIL KEMBARNYA [B.U. Series - B]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang