Chapter 62

842 153 20
                                    

4 Oktober 2021

•••

Baskoro tahu, suara itu ada di belakangnya, dan Baskoro sadar memang ada sesuatu yang berdiri di belakangnya. Sosok putih yang bisa ia rasakan kehadirannya di belakang.

Namun, sosok itu mengaku ... mendiang istrinya?

"Si-Sintya?" Suaranya berbeda, Baskoro takut jadinya. Bahkan jika benar itu Sintya asli, Baskoro tetap takut.

Baskoro memang penakut dengan hantu!

Sekarang ia mewanti-wanti, entah ayahnya atau anaknya datang di sini, ia takut, sangat takut.

Mungkinkah karena memikirkan ungkapan ayahnya, bertopik Sintya, membuat Sintya datang memberikan jawaban pasti untuk Baskoro yang bimbang. Entah itu hal bagus atau hal seram!

Baskoro memejamkan mata, tak ingin melihat apa pun, takut.

"Iya, Baskom, ini aku istri kamu. Lihat aku ...."

Napas Baskoro memburu dan si kembar harus menahan tawa sekuat tenaga agar tak ketahuan, reaksi konyol ayahnya gampang sekali dikibuli.

"Si-Sintya? I-itu sungguh ka-kamu?" Baskoro terbata-bata berkata.

"Iya, Baskom. Ini aku ...." Nada terakhir dibuat seseram mungkin, Baskoro meriang karenanya.

"Ke-kenapa Sintya?"

"Aku ke sini ... untuk memastiin ... hubungan kamu dan Shafa ...." Baskoro membuka mata lagi, apa benar demikian? Sungguh? Jawaban apa yang akan diberikan Sintya untuknya?

"Aku ... aku dilema, Sintya. Anak-anak ...."

Ungkapan Baskoro diputus. "Bahagiakan Shafa selayaknya kamu membahagiakan anak-anak, jangan pernah menyakitinya, Shafa sangat menyayangi anak-anak kita dan enggak seharusnya kamu menyakitinya."

Ungkapan itu ....

Apa Sintya ingin Shafa menggantikannya? Benarkah demikian?

"Si-Sintya, kamu ...."

"Baskom, ingatlah pesanku." Dengan begini, Baskoro tau ia tak bisa membantah ungkapan Sintya-nya. Sama sekali.

"Kamu pasti bisa mendapatkan kebahagiaan kamu ...." Si kembar bertukar pandang bingung, suara siapa itu? Bukan Tia yang berkata itu dan suaranya ... sangat mirip dengan Mami mereka!

"Ma-Mami ...." Keduanya bergumam, berbeda dengan Baskoro yang penakut, Tia Tio malah terharu dengan suara itu.

Jika benar itu memang ibu mereka.

"Aku gak bisa janji, tapi aku bakalan berusaha." Entah membuka hatinya bisa mudah, atau membantu Shafa keluar dari rasa sakit hatinya dulu, Baskoro tak tahu.

Namun memang tak ada salahnya mencoba, Baskoro rasa ia bisa bahagia ... ia harap begitu.

Tia Tio buru-buru masuk ke kamar mereka dengan langkah sehening mungkin meninggalkan Baskoro sendirian yang menuntaskan cuci piringnya. Nyatanya di balik tembok, ada sang kakek dengan aplikasi pengubah suara juga di sana, tersenyum hangat melihat keluarga kecil itu.

"Sintya, maaf mengatasnamakan kamu, tapi pasti inilah yang kamu inginkan, kan?" Pria tua itu tersenyum sebelum akhirnya masuk ke kamarnya.

"Jaga mereka semua, ya, Baskomku Cinta."

Baskoro tersenyum hangat dengan suara itu, pun mengangguk. "Iya, Sayang ...."

Dan kali ini, memang tak ada seseorang dengan pengubah suara di tangannya. Meski demikian, Baskoro seakan tak takut, dan saat itu ia bisa merasakan sebuah pelukan di badannya. Pelukan dari belakang yang membuat Baskoro memejamkan mata mengingat masa lalu.

"Kamu ini cewek, kok enggak bisa nyuci piring sih?" Baskoro yang mencuci piring ngedumel pada Sintya yang memperhatikan di sampingnya.

"Bukannya gak bisa, udah lama gak lakuin jadi lupa," dalihnya, Baskoro memutar bola mata.

"Gininih caranya, simpel aja!" Baskoro mencuci piring dan Sintya mengangguk. "Paham kan?"

"Eh ulang dong, gak paham!"

"Ck, gimana sih? Gini nih!" Baskoro memperagakan cara mencuci piring terus, tetapi konyolnya Sintya terus menggeleng tak paham. "Gimana sih! Enteng gini juga! Nih gininih!"

"Ah ... iya gitu, paham-paham!" Akhirnya ... Baskoro menghela napas lega. "Tapi keknya cuciannya udah beres semua, jadi gak bisa praktek deh!"

Mata Baskoro membulat sempurna, memang semua cucian beres! Tetapi satu hal yang Baskoro sadar, istrinya itu kini tertawa, dan ia tahu dirinya tengah dikerjai oleh wanita itu seperti Upin Ipin yang mengerjai Mei Mei untuk menanam terus-terusan padahal mau bikin dia jadi pembantu.

"Kamu!" Sintya hanya tertawa geli dan Baskoro begitu kesal pada wanita itu.

Baskoro ... merindukan kenangan mereka.

BERSAMBUNG ....

•••

Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie

DUDA DAN DUA BOCIL KEMBARNYA [B.U. Series - B]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang