Chapter 30

931 146 3
                                    

31 Agustus 2021

•••

Hening. Sangat senyap. Bahkan anak-anak tak bersuara. Hingga akhirnya mereka sampai di rumah Shafa. Jujur, Shafa sangat canggung, tak menyangka Baskoro bisa segeming itu, tetapi dengan sepenuh keberanian ia berkata.

"Makasih ya, Pak Baskoro." Baskoro menghela napas, menoleh ke Shafa dengan tatapan tak biasa. Tak konyol, tak lucu, datar monoton.

Meski demikian si pria mengangguk, hanya anggukan tanpa sepatah kata.

"Dah, Bu Shafa!" Anak-anak membawa hawa ceria di antara kecanggungan, syukurlah.

"Dah ... anak-anak, kalian hati-hati di jalan!" Dan mobil mulai dijalankan Baskoro lagi menjauhi Shafa.

Si kembar menatap ayah mereka, begitupun teman-temannya. Awalnya mereka terheran kenapa Baskoro bisa begini, tetapi seperdetik kemudian Baskoro tersenyum geli.

"Akting Papi bagus gak?" tanyanya tertawa yang seketika membuat Tia Tio memutar bola mata.

"Papi, kok sok dingin gitu! Sama guru-guru kami pula! Papi ih!" Si kembar kesal pada ayahnya.

"Maaf, maaf, tapi seenggaknya gak jahat kan?" Baskoro menyengir lebar.

"Gak, itu jahat banget, Papi harus minta maaf terus ke Bu Shafa kalau ada kesempatan!" Tio mengangguk akan ungkapan saudari kembarnya, Tia. Baskoro hanya menghela napas panjang.

"Janji ya, Pi!" Tio meminta.

"Hm ...." Baskiro bergumam menanggapi, agak malas, dan mobil diisi keheningan lagi.

Baskoro diam, dalam pikirannya, ia memikirkan soal Juan, dan pertanyaan menyebalkannya soal istrinya. Baskoro tak menyangka ada orang masa lalunya di tempat ini untuk pertama kali setelah sekian lama ia bisa tenang. Sekarang pikirannya campur aduk, disertai rasa sakit di dada yang menghancurkan semangatnya.

Meski ia tutupi itu semua dengan wajah konyol dan ceria di hadapan anak-anaknya, dan yah makan makanan kesukaannya meski harus menu sehat--ia rasa dietnya akan bagus, tetap saja apa yang ada di hatinya berteriak ....

Sementara di sisi lain, Shafa dan Juan tengah melakukan chatting-an di WhatsApp, menanyakan keadaan masing-masing, dan kemudian keduanya teringat soal Baskoro tadi. Shafa ingin membicarakannya karena kepo, tetapi merasa suasana tak memungkinkan antara Baskoro dan Juan membuatnya urung.

Akan tetapi, nyatanya Juan yang mendahului. "Tadi ... bagaimana keadaan Baskoro dan anak-anak? Apa mereka baik-baik saja?"

Shafa menjawab mengiyakan, dalam keadaan fisik semuanya baik, tetapi entah hatinya.

Saya benar-benar merasa bersalah atas apa yang tadi terjadi pada Baskoro."

Sebenarnya, dari segi mana pun ini ketidaksengajaan. Juan lama tak bertemu Baskoro, jelas mana dirinya tahu. "Bukan salah Bapak kok, Bapak tidak tahu soal itu ...." Shafa menenangkan meski ia ragu Juan akan tenang.

"Yah, tapi tetap saja saya merasa tak enak, kami sebenarnya di masa lalu enggak terlalu akrab juga tapi saya mengagumi dia dari dulu, bisa dikatakan dia juga inspirasi saya. Sudah saya sok akrab tadi, ditambah ucapan saya yang kurang ajar soal mendiang istrinya."

Shafa menggeleng, Juan kan tidak tahu, itu bukan kurang ajar baginya. "Pak, Bapak jangan begitu, Bapak jelas enggak tahu. Menurutku Bapak bertanya saja, gak ada maksud melakukan hal buruk, mungkin Pak Baskoro saja yang memang tidak nyaman."

"Yah, mungkin kamu benar." Shafa tersenyum, ia harap senyuman juga terukir di bibir Juan. "Tapi saya mungkin bisa melakukan sesuatu, karena mau bagaimanapun saya masih merasa bersalah."

Keras kepala tetapi dalam artian baik, Shafa suka sifat Juan ini, tetapi untuk Baskoro? Ugh semoga Juan tak terkena mental. Ah, terserahlah, yang penting dia mendukung Juan dan selalu mengobati Juan dari virus menular kekonyolan Baskoro.

Tapi antara dua sih, Juan yang akan tertular Baskoro, atau mungkin saja sebaliknya?

Entahlah, Shafa tak bisa membayangkan.

Tapi tunggu dulu ....

"Pak, kata Bapak Pak Baskoro sangat beda di masa lalu dengan yang sekarang? Maksudnya apa ya, Pak?" Dan apa itu ada hubungannya dengan sensitifnya Baskoro pesoalan istrinya?

Entahlah, kepo banget.

BERSAMBUNG ....

•••

Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie

DUDA DAN DUA BOCIL KEMBARNYA [B.U. Series - B]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang