Chapter 6

2.6K 307 5
                                    

7 Agustus 2021

•••

Hanya itu yang Baskoro lakukan, pamer soal proyek besar yang dia menangkan kemudian turun dari lantai ke lantai, mengulang hal sama, sampai akhirnya ia berada di lantai terbawah dan lelah sendiri hingga duduk di sofa yang tersedia di sana. Ada cemilan yang kemudian Baskoro ambil, kemudian ia makan dengan lahap.

"Duh ... lama banget dah, saya laper banget," gumam Baskoro, entah ke mana sekretarisnya, dia bosan sendirian saja.

Bosan begini saja.

Mata Baskoro memandang sekitaran yang kadang juga balik memandangnya lalu tersenyum dan hormat padanya, pria itu senang dihormati. Tangannya lalu mengeluarkan ponsel dari saku, seperti biasa membuka aplikasi Instagram dan Facebook.

"Ck, dua ribu likes doang?!" pekik Baskoro, membuat beberapa karyawan menoleh kepadanya. Atasan mereka yang kesal itu membuat mereka jelas takut. Lalu Baskoro menoleh ke sekitaran. "Like foto terbaru saya!" teriaknya menggema. "Segera!"

Siapa pun yang mendengarnya langsung patuh menuruti Baskoro, senyum Baskoro melebar karena dengan cepat likes di fotonya bertambah.

Bagus bagus.

Pria itu lalu melihat ke komentar, tak terlalu peduli dengan komentar pedas, sebelum akhirnya bermain ke bagian beranda. "Hmmm ...." Mata Baskoro memicing.

Pria itu lalu berdiri, menuju ke arah resepsionis yang ada di sana dan segera resepsionis itu merasa takut dan mati kutu dihampiri Baskoro.

"Eh, menurut kamu kalau saya warnain rambut saya hijau-hijau begini, bagus?" tanya Baskoro mengarahkan foto di ponselnya ke arah sang wanita.

Sang wanita meneguk saliva, ini gaya yang sangat anak muda ala Billie Eilish, Baskoro seorang atasan ... apa etis warnanya begini? Ia tak tahu harus menjawab apa.

"Gak bagus ya? Yah saya mikirnya yang lebih cocok merah, atau biru kali ya? Menurut kamu yang mana?" Jantung resepsionis itu rasanya mau copot diberi pertanyaan begitu.

Ia ingin jujur tapi terlalu takut.

"Biru aja ya, fiks biru?" Dia bahkan tak menjawab apa pun. "Sip, pilihan bagus, saya pasti makin ganteng kan?"

Sadar, Pak Baskoro sadar! Rasanya ia ingin meneriaki atasannya itu.

"Tapi ... atasan kayak saya gak papa gak sih warnain rambut begini?" Nah, pertanyaan bagus, si resepsionis tampak lega.

"Mm ... bo-boleh jujur Pak?"

"Harus jujur dong, perusahaan ini dibangun dengan kejujuran, banyaknya dibangun karena kehebatan saya sih." Baskoro ke mode sombong lagi.

"Mungkin agaknya tidak ... Pak rambut Bapak ...." Ia memejamkan mata, sulit ternyata jujur di hadapan atasannya. Semoga ia paham gestur resepsionis itu soal kesopanan.

"Ah kamu benar." Alhamdulillah .... "Sedikit warna biru gak bakalan apa-apa, cocok buat rambut saya. Lagian gak ada peraturan yang ngelarang karyawan warnain rambut di sini kan? Belum ada?"

Benar juga, atasannya punya poin, tetapi sebagian besar perusahaan masih memiliki peraturan demikian dan beberapa hanya membolehkan warna lazim alami. Bukan warna biru atau pelangi lainnya! Entahlah, apa yang akan terjadi kalau atasan mereka begini, huh ....

"Perusahaan kita basisnya modern, banyak juga perusahaan lain yang basisnya modern, semakin kita bisa mengikuti perkembangan zaman, akan semakin oke. Right, Baby?" Baskoro tertawa bahagia dan resepsionisnya hanya bisa tersenyum miris.

Setelahnya, Baskoro pun beranjak pergi memasuki lift, meninggalkan si resepsionis yang tak lama kemudian tepar di lantai.

"Astaga, tolong di sini!"

Dia pingsan seketika usai berbicara dengan Baskoro The Baskom Boss.

BERSAMBUNG ....

•••

Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie

DUDA DAN DUA BOCIL KEMBARNYA [B.U. Series - B]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang