Chapter 23

1K 173 4
                                    

24 Agustus 2021

•••

"Wah, parah sih!" Itu kata teman-teman si kembar kala mereka menceritakan apa yang terjadi malam itu, soal ayahnya yang pingsan dan dirawat Bu Shafa tetapi tak tahu terima kasih.

"Bener-bener harus dirubah!" kata Nanda.

"Iya, kalau gitu terus mana bisa kalian dapet Mami baru." Syila menimpali.

Si kembar cemberut. "Makanya, susah ih!"

"Kalian tenang aja, kami bakalan bantu ngubah Papi kalian jadi orang yang lebih baik." Bobo tersenyum lebar menatap teman-temannya, dan mereka mengangguk setuju.

"Omong-omong, sekarang gimana keadaan Papi kalian? Dia bukan serangan jantung kan?" tanya Kadita, wajahnya kelihatan khawatir.

Tia Tio menggeleng. "Bukan, sih. Dia cuman pingsan kaget aja. Sekarang udah baikan cuman ...." Wajah si kembar tampak geli, terkikik. "Dia lagi ketakutan banget tuh, soalnya diinfus."

"Eh? Udah tua takut diinfus?" Mereka bertanya-tanya.

"Tapi iya sih, sakit tau." Bobo tampak merengek, dan mereka hanya tertawa.

"Jadi, misi kita hari ini apa? Lanjut kek biasa?" tanya Tia, teman-temannya mengangguk.

"Oh ya jangan lupa, minta maaf sama Bu Shafa sekali lagi, biar kalian dinilai anak baik." Syila mengingatkan.

Si kembar mengangguk paham.

"Tia, temenin aku ke toilet," pinta Tio tiba-tiba.

"Oh iya." Tia setuju. "Kalian mau ikut?" Anak-anak itu mengangguk dan mereka berenam pun mulai menuju toilet bersama, setelah selesai ke toilet menuntaskan buang air kecil mereka, mereka pun berjalan ke kelas lagi.

Namun, di pertengahan jalan, mereka melihat ada Bu Shafa dan Pak Juan yang berjalan bersama di koridor, tampak berbincang hangat dengan senyuman yang tak lepas. Seketika, mereka berhenti.

"Wah, itu mereka makin deket banget astaga!" Nanda tampak tak terima.

"Saingannya berat!" Bobo menambahkan.

Si kembar sendiri gelisah, mereka berpikir semakin mustahil mendapatkan Mami baru sekarang. Bu Shafa terlihat sangat cocok dengan Pak Juan.

"Ya udah, kalian sana deh minta maaf! Sekalian ganggu dikit!" Syila mendorong si kembar menghampiri Bu Shafa, tetapi si kembar mematung di tempat.

Entah kenapa tak enak.

"Keknya ... kita ganti target aja deh, Bu Shafa terlalu berat. Lagi, Bu Shafa sama Pak Juan--" Ungkapan Kadita diputus.

"Usaha dulu, kalau emang bener-bener gagal, ya baru cari lain. Bu Shafa itu perfect, cocok buat mami barunya Tia Tio. Belum juga lama, baru sehari!" Ungkapan Nanda ada benarnya juga.

Si kembar saling menatap, memantapkan keyakinan mereka, sebelum akhirnya mengangguk dan menghampiri Bu Shafa. Kehadiran mereka di hadapan dua guru itu menghentikan langkah mereka.

"Bu Shafa ...." Penuh penyesalan nada suara itu dibuat.

"Tia, Tio, ada apa?" tanya Bu Shafa, meski dalam hati ia tahu mungkin soal malam menyebalkan kemarin.

"Kami ... kami mau minta maaf soal sikap ayah kami kemarin." Sudah ditebak, Bu Shafa sebenarnya sudah memaafkannya dan tak ingin ingat itu, ia hanya ingin ingat si kembar adalah anak manis yang jauh dari sifat ayahnya dan harus begitu, atau dunia akan kacau jika ada spesies Baskoro lagi. Mereka anak-anak baik. "Kami--"

"Udah, Sayang. Enggak papa, kok." Bu Shafa menenangkan mereka, memegang lembut pipi keduanya yang agak gempal. "Sebentar lagi bel tuh, ayo kalian buru-buru masuk kelas, nanti Ibu mau masuk kelas juga."

Si kembar yang tadi menyesal sedikit tersenyum, senyumnya manis. "Makasih, ya, Bu."

"Iya, Sayang. Jangan sedih lagi. Entar imutnya ilang lho." Keduanya tertawa akan candaan itu.

"Kami ke kelas dulu ya, Bu, Pak!" Si kembar pun pamit pergi dengan bahagia, merasa cari perhatian mereka berhasil sesuai keinginan mereka.

Sedang Juan yang sedari tadi hanya menyimak mengerutkan kening, ia menoleh ke Shafa bingung. "Memangnya ada apa dengan kamu dan ayah Tia Tio?"

Shafa menghela napas, jujur ia ogah menceritakan ini. Si wanita hanya tersenyum. "Cuman salah paham, kok." Mereka pun kembali berjalan.

Meski Juan kini memikirkan, apa yang Shafa sembunyikan darinya?

BERSAMBUNG ....

•••

Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie

DUDA DAN DUA BOCIL KEMBARNYA [B.U. Series - B]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang