Chapter 47

741 143 9
                                    

18 September 2021

•••

Hari Minggu, Shafa bahagia karena Juan sudah membalas pesannya, Juan tampak bahagia karena dimaafkan Baskoro dan tak sabar untuk pulang, tetapi Juan mengakui kalau kondisi ayahnya kembali down hingga ia harus lebih lama di sana. Sedih, Shafa ingin sekali ke sana karena ingin membantu dan rindu pada Juan, tetapi yah ia tak bisa.

Lalu, ia berselancar ke sisi lain, mengabari Baskoro tentang Juan yang bahagia dimaafkan olehnya dan sayangnya belum bisa pulang untuk beberapa hari ke depan, Baskoro mengerti akan hal itu dan mendoakan ayah Juan agar sehat kembali. Keduanya tak sabar akan kedatangan Juan.

"Kamu enggak ke sana, Shafa? Kali aja bantu calon suami dan calon mertua." Baskoro bercanda.

"Pengen sih Pak, cuman Pak Juan minta saya percayain di sini. Tanggung jawab saya banyak di sini." Lalu Shafa menempatkan emotikon nangis di sana. Baskoro membalasnya dengan stiker tertawa.

Kok dia dan Baskoro sok-sokan bak teman akrab?

"Eh maaf, Pak." Shafa menyadari kesalahannya.

"Santai aja kali, anggap teman. Juan pasti bahagia banget sama wanita kayak kamu, emang debest kalian!" Baskoro mengacungkan jempol raksasa dengan stiker. Shafa tersipu karena pujiannya.

"Oh ya Tia Tio apa kabar?"

Tak ada balasan sejenak, tetapi nyatanya Baskoro menampilkan foto ke Shafa. Ia dan si kembar yang selfie bersama seraya memakai pakaian serba hitam.

"Kami mau ke makam Mami si kembar, kasihan kemarin enggak ikut." Begitu tulisan Baskoro.

Shafa tertawa melihat wajah ketiganya yang ceria itu. "Wah, hati-hati di jalan ya. Aduh keknya saya ganggu Bapak ya?"

"Enggak kok, Bu. Hihi." Eh kenapa kesan pesan Baskoro aneh? "Omong-omong, ini Tia, Papi lagi nyetir sekarang."

"Oh begitu, hati-hati di jalan ya kalian."

"Ibu mau ikut kami gak, Bu?" Eh tawaran apa itu? Entahlah apa bisa? Namun Shafa sadar kejadian kemarin, entah kenapa dirinya merasa bersalah karena ketidaksopanannya di makam istri Baskoro saat itu.

"Apa boleh, Nak?" tanya Shafa ragu-ragu, ia ingin minta maaf sekalian tapi entah kenapa takut mengganggu.

Astaga, ini kan keluarga Baskoro, kenapa Shafa ganggu sih. Aduh konyolnya!

"Boleh Bu, Papi yang minta lho, soalnya dia penakut jadi kudu ada yang temenin." Eh? Kemarin saja Baskoro sendirian, cuman pingsan sih. Bahaya juga kalau sendirian pingsan begitu. "Kami udah jalan ke sana, Bu. Udah sampe ke depan rumah Ibu, lho!" Dan tak lama, klakson berbunyi. Shafa kaget bukan kepalang. "Ibu siap-siap aja, kami nunggu."

Syukurlah Shafa bukan kebanyakan orang yang Minggu, adalah hari santai tanpa mandi. Jadi yang ia lakukan hanyalah sedikit berdandan dan memakai pakaian serba hitam juga seperti si kembar sebelum akhirnya menghampiri Baskoro di depan.

"Ibu!" sapa si kembar dari dalam mobil.

Shafa menyapa balik, "Hai, Sayang!"

"Ibu cantik banget deh, couple-an keluarga!" Shafa hanya tersipu malu, tapi bukannya mereka ingin ke makam sama-sama ya?

"Jadi, kamu mau ikut ke makam istri saya?"

Shafa mengangguk ragu. "Apa boleh, Pak? Soalnya saya ngerasa gak enak karena kemarin. Saya mau minta maaf."

"Ah ... saya paham." Baskoro mengangguk dan Shafa sadari kenapa dia terlihat canggung sekarang? Biasanya Baskoro pembawaannya santai, di chat pun tadi santai, kenapa agak canggung begini? "Saya juga mau ngomongin sesuatu ke kamu, tapi nanti pas si kembar gak dengar."

Ha? Apa itu? Shafa penasaran, tapi sadar harus menunggu. Mereka kini memasuki mobil dan perasaan canggung juga tertular ke Shafa.

BERSAMBUNG ....

•••

Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie

DUDA DAN DUA BOCIL KEMBARNYA [B.U. Series - B]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang