SoonHoon : Love Story (1/3)

681 76 3
                                    

Lee Jihoon baru kali ini merasakan dadanya bergelitik aneh, akan perasaan sesak namun juga nikmat di satu waktu yang bersamaan dan Jantungnya meledak-ledak, senyum manis menggembang lebar juga otaknya jauh lebih lambat berkerja saat berhadapan dengan sosok Kwon Soonyoung.

Dokter muda itu belum lama ini di pindah  tugaskan di kota Busan. Soonyoung naik jabatan sebagai pesialis bedah, namun ia harus merelakan dirinya menempati rumah sakit baru yang jauh dari ibukota. Di Minggu pertama kepindahannya, ia diajak makan siang bersama rekan dokter pada kedai tumis masakan laut pinggir pantai, disanalah ia bertemu dengan Lee Jihoon. Gadis berperawakan mungil, dengan rambut sewarna gulali dan senyum manis lesung pipi.

Normalnya, pria manapun akan langsung jatuh hati pada gadis semanis Jihoon. Sayangnya Kwon tidak merespon baik, pria itu risih, Jihoon memang tidak banyak bicara, tapi perilakunya sedikit aneh dan mengerikan, contohnya pertemuan pertama mereka:

"Kau sudah melihat dalamanku, jadi cepat nikahi aku"

WTF? Maaf?? Bagaimana bisa?? Bahkan itu bukan kesalahannya. Soonyoung izin memakai toilet, sayangnya toilet umum kedai sedang perbaikan, jadi ia di persilahkan memakai kamar mandi milik keluarga Lee di lantai dua ruko mereka. Dan disanalah ia tanpa sengaja melihat bra dan celana dalam pink motif beruang milik gadis itu yang tergeletak diatas mesin cuci. Apakah ini murni salahnya? Tidak, kan?!

Gadis itu cemberut dengan pipi memerah hebat saat menunggu Soonyoung keluar dari buang air, dia sepertinya baru sadar akan barang pribadinya yang belum di jemur dan jihoon langsung menuduh juga menuntut hal yang tak maksud akal.

Akhirnya Jihoon mengalah, ia sadar itu salahnya, tapi gadis itu masih menuntut ingin berkenalan. Kalau hanya sekedar kenalan sekilas, rasanya masih oke. Tapi gadis itu melunjak dan minta berteman dalam artian menjadi gebetan, sepertinya Jihoon jatuh cinta pada pandangan pertama. Dan siang ini gadis Lee kembali datang ke rumah sakit seperti biasa.

"Dokter Kwon belum selesai mengoperasi?"

Jihoon bertanya pada dokter koas yang tengah bersantai di ruang khusus istirahat, mereka agaknya sudah terbiasa melihat Jihoon datang dengan sembrono dan bersantai menunggu pujaannya.

"Belum unnie, padahal sudah 3 jam lewat..."

"Uwa, kali ini masalah apa?"

"Cukup berat, intinya pada masalah jantung, kalau kau kujabarkan rinci tidak akan mengerti"

Mencebik lucu, Jihoon kembali menguyah Snack keringnya.

"Ya ya, aku memang bodoh dan hanya lulusan sekolah seni yang sialnya hanya berjualan seafood. Lagi pula aku tidak butuh di jelaskan. Sudahlah, aku akan menunggu di depan ruang operasi saja"

Dua siswa koas tertawa canggung, lalu memberi detail dimana ruang dokter Kwon bertugas. Setelah membawa semua bekal buatan tangannya, Jihoon berjalan santai menuju lorong tunggu ruang operasi no 3. Di bangku panjang sisi kiri, terdapat 2 orang tua pasien yang tengah menunggu dengan cemas.

Jihoon memilih duduk di seberang keluarga pasien. Memainkan ponselnya dan sesekali memperhatikan sosok paruh baya yang nampak pucat dan lesu. Napas berat ia lepas, tubuhnya bangkit dan mendekati si ibu.

"Jangan khawatir. Putramu pasti bisa melewati ini dan operasinya berjalan dengan baik"

Sang wanita tersenyum tipis dan menggengam balik jemari mungil Jihoon.

"Terima kasih nak.. apakah kau teman dari putraku?"

"Ani.."

"Ah--- kau kekasihnya??"

"Bukan juga"

"Lalu?"

Belum sempat menjawab, pintu operasi terbuka lebar dan Dokter Kwon keluar bersama beberapa perawat, memanggil wali dari pasien yang baru ia tangani. Jihoon tersenyum puas dan berbisik lirih pada wanita paruh baya tersebut.

"Aku menunggu pangeran berkudaku kembali dari perang. Lihat, sepertinya dia berhasil memenangkan pertarungan. Putramu selamat"

Soonyoung mendengar omong kosong Jihoon, berdecik lirih tanpa niatan untuk bertegur sapa. Pria berpelindung diri itu melirik sekilas, Jihoon sadar dirinya ditatap sinis, namun ia balas dengan senyum manis kelewat indah.

"Aku sudah membuat bekal makan siang, aku tunggu di lobi tengah ya"

.

Sekarang pukul 8 malam, Jihoon datang sejak pukul 1 dan menunggu Soonyoung keluar dari operasi di jam 2 siang. Ia juga sudah memberi kode akan menunggu untuk memberikan bekalnya tapi hingga langit petang Soonyoung tak kunjung datang. Ia masih berfikir positif mungkin dokter Kwon ada operasi kembali atau rapat dadakan. Memainkan ponselnya, Jihoon resah-- bahkan pesan beruntunnya pun tidak dibaca.

"Ah--- jangan-jangan dia tidak dengar saat aku bilang akan menunggunya! Oh ya ampun! Aku melupakan opsi itu.."

Gadis Lee beranjak, namun gagal melangkah saat di cegat dokter Jeon Wonwoo. Dokter muda cantik yang mendukung kisah cintanya.

"jihoon-ssi?? Kau masih menunggu Soonyoung?"

"Iya. Tadi aku ingin mengirimnya makan siang, tp sepertinya dokter Kwon kembali ke ruang operasi atau lupa akan pesanku"

Jeon Wonwoo memucat, menggaruk tengkuknya kaku dan tersenyum susah. Ia jadi tak enak hati pada Jihoon, padahal disini Soonyoung yang bersikap jahat. Manik tajam gadis itu memanas, tidak sanggup menatap balik manik berbinar Jihoon. Maafkan aku ji karena tidak sanggup mengatakan yang sebenarnya.

Sore tadi di jam 3, sebenarnya wonwoo dan Soonyoung sempat melihat Jihoon dari lobi lantai dua, wonwoo menggoda Kwon karena si manis tengah menunggunya, tapi jawaban pria itu kelewat dingin "Biarkan saja. Mungkin sebentar lagi ia lelah menunggu dan pulang. Ohya, setalah ini aku cuti dua hari dan akan pulang ke namyangju, kakak Perempuanku akan menikah"

Wonwoo menepuk pundak gadis Lee, menawarinya tumpangan mobil karena ia akan pulang ke asrama. Jihoon menerima dengan senang hati, gadis itu terus tersenyum sepanjang perjalanan.

"Bagaimana bisa kau suka dengan Soonyoung? Padahal kau bilang pertemuan pertama kalian saja sangat memalukan"

"Tidak tahu sejak kapan hehe mungkin alasanku kelewat konyol, dulu aku suka baca manga serial cantik, katanya kalau pria melihat pakaian dalam kita, tandanya pria itu harus menikahi si gadis. Aneh bukan?"

"Sangat ji, hahahaha"

Jihoon memainkan box bekal makannya yang mungkin sudah basi, senyumnya pudar dan berubah sendu.

"Kwon Soonyoung sebegitu susahnya di dekati ya dokter Jeon?"

Gadis berkacamata bulat meringis, mengingat masa kuliahnya dulu di fakultas kedokteran. Soonyoung terkenal kaku, galak dan tidak banyak teman, meski tampan dan karismatik, ia berani bertaruh selama 28 tahun hidupnya pasti ia betah menjomblo karena sikapnya.

"Begitulah. Makanya aku heran melihatmu begitu mengejar Soonyoung. Aku senang akhirnya si kaku itu ada yang berani mendekati, selama ini gadis yang mengaguminya hanya bisa diam, sudah takut duluan hahaha"

"Hehehe aku hanya tidak bisa diam kalau sudah punya target, dokter"

"Bagus lah, jangan lelah berjuang ya Jihoon"

"Baik, terima kasih dokter Jeon"

Jihoon turun di dekat halte, mobil dokter cantik itu tidak bisa masuk ke gang pasar kecil kedai mereka. Perasaanya campur aduk, antara sedih, lelah namun juga senang karena mendapat banyak dukungan dari rekan Kwon Soonyoung di rumah sakit. Sedangkan pria itu setalah berbulan-bulan lamanya saja tidak pernah merespon baik.. ia jadi bingung harus bagaimana.

Dilain sisi, wonwoo merutuki kebodohan Soonyoung. Ia melepon pria itu dan mengoceh macam-macam, sayangnya Kwon Soonyoung memang bebal dan susah di nasehati, dokter bedah itu malah mencela Jihoon dan mengatainya hanya mencari perhatian semata.

"Lihat saja Soon! Kau akan menyesal setengah mati kalau kau di tinggal gadis yang sangat tulus mengejar hatimu"

"Persetan. Kututup teleponmu"








TBC






Halooooo nipa kembali ke cerita one shot! Aku sengaja ngetik sampai kelar baru aku bagi dan jadi 3 part, silahkan di nikmati huehehehe ❤️❤️❤️

My ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang