Broery (1)

1.9K 198 138
                                    

MY I

Broery (1)

SoonHoon

Soonyoung - Jihoon (GS)









kapan menikah?

Pendek? Memang.

Namun satu kalimat tanya tadi cukup menohok dan membuat panas dingin untuk dijawab. Sebenarnya Lee Jihoon sudah kebal dengan pertanyaan atau singgungan yang keluarganya berulang tanyakan jika ia pulang kampung. Hanya saja untuk kali ini ia angkat tangan, benar-benar akan menjawab sengit jika kembali di beri pertanyaan yang sama.

"Omma! Sudah kubilang aku dan Daniel---"

"Jie. Dengar Lee Jihoon, ini peringatan, jika kau tetap kekeuh menjalin kasih dengan Daniel, bersiap namamu akan omma coret dalam daftar nama kartu keluarga!"

Gadis bersurai kopi tercekat, mengeratkan gengaman ponsel ingin mengumpat hanya saja kalimat sarka di kerongkongan tertahan saat mengingat lawan bicara diseberang adalah ibu kandungnya.

"Omma--- aku dan Daniel sudah bersama dua tahun.... Kenapa omma tidak juga merestui dan membencinya?"

Wanita paruh baya diseberang terdiam lama. Lalu membuang napas panjang sebelum menjawab pertanyaan anak gadisnya.

"Kau putri omma satu-satunya. Jika kau menikah dengan Daniel kau pasti akan dibawa ke USA. Jika kau pergi, omma dirumah dengan siapa? Woozi? Anjing Shiba jepangmu yang hobi menyalak?"

Kini berganti Jihoon yang merenung.

Omma nya tidak salah, sejak Jihoon memutuskan kuliah di Seoul ia memang jarang pulang ke Busan. Sang ibu kini tinggal seorang diri, kakak lelaki Jihoon tiga tahun lalu menikah dan kini tinggal di Daegu karena pekerjaan, memang wajar jika sang omma menuntut dirinya setelah kuliah dan bekerja kembali ke tanah asal lalu tinggal bersama sang omma hingga menua.

"Jie, Putra sahabat omma masih melajang, dia pengajar di Sekolah menengah atas--- omma ingin kau berkenalan dengan—"

"Jangan bahas perihal perjodohan. Aku bosan. Kalau harus putus dengan Daniel karena menikahi pilihan omma, aku akan memilih melajang hingga usia 40 tahun"

"Tarik ucapanmu nak!"

"Arra! Makanya aku minta omma tidak membahas hal itu---"

"Maaf nak, omma hanya ingin kau segera menikah dengan lelaki baik-baik dan jie, Setidaknya kau kembalilah ke Busan.. sudah 5 bulan kau belum pulang nak. Omma rindu..."

"Weekend nanti kuusahakan pulang.."

"Kau berjanji?"

"Ya, janji"

.

Janji memang janji. Dan kini Jihoon menyesali apa yang ia buat janji. Belum genap hingga akhir minggu, tetangga samping rumah mengkabari dengan tangis berderai bahwa omma Lee meninggal karena serangan jantung mendadak didepan klinik desa.

Dengan wajah sembab bermanik kosong, Jihoon menyenderakan diri pada altar peti mati sang Omma. Oppa nya pulang bersama sang istri dan anak bayi mereka, keduanya tampak tenang saat melayani pelayat yang datang.

Jihoon kembali merapatkan diri, memeluk lutut dengan wajah dibenamkan dalam-dalam. Ia lelah menangis sejak semalam. Hanya penyesalan yang memojokan diri seakan kalimat percakapan senin lalu menjadi pertanda bahwa omma nya akan pergi dan pesan terakhir itu seolah menjadi beban yang harus ia pikul.

Terhitung seminggu Jihoon cuti kerja karena masih dalam suasana berduka. Dan selama seminggu itu Kang Daniel tidak memberi kabar, pesan diabaikan, telepon tidak tersambung dan sosial media di blokir seolah sosok surai pirang itu menghilang ditelan bumi.

My ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang