"o-omma, akan ke kafetaria sebentar membeli teh hangat. Kalian tunggu saja disini"
Mengangguk sekali, Soonyoung memperhatikan ibunya yang berjalan tergesa meninggalkan mereka. Ia tahu, ibunya peka situasi dan ingin memberi ruang untuk keduanya bicara empat mata. Entahlah, Soonyoung harus berterima kasih atau malah mengumpat.
Ia tidak lagi memeluk Lee Jihoon, namun tangan lebar dan hangatnya masih betah menggengam jari-jemari mungil milik Jihoon. Gadis itu sudah berhenti menangis, tidak segemetar tadi namun awas sempitnya masih membuang pandang dan waspada.
"Kau baik-baik saja? Butuh obat agar lebih tenang?"
Menggeleng lemah, Jihoon menolak tawaran dokter Kwon. Jujur ia bingung, bolehkan ia merespon dengan kata, bukan dengan isyarat? Ia terlalu takut salah langkah.
"Bagaimana kakimu? Sudah lebih baik?"
Kali ini hanya anggukan, Jihoon masih takut untuk berucap.
"Hah-- bicaralah. Aku tidak akan marah"
Melirik sekilas, Jihoon membulatkan mulut ingin mengatakan sesuatu.
"D-dokter Kwon.."
"Ya?"
"Bagaimana kabarmu? K-kau makan dengan teratur?"
Soonyoung nampak kaget, ia memang meminta Jihoon untuk bicara, tapi kalimat pertamanya malah ia gunakan untuk menanyai kabar si dokter. Lama tak bersua, Lee Jihoon masihlah gadis aneh seperti saat pertama mereka bertemu. Menghembuskan napas berat sekali, sepertinya Soonyoung harus merubah kebiasaan lama, membalas kalimat tanya dengan jawaban yang lebih manusiawi.
"Baik. Aku baik. Kau sendiri? Bagaimana kabarmu saat ini?"
Kali ini berbalik Jihoon yang terkejut, ini kali pertama Soonyoung merespon tanyanya dengan baik. Dadanya menghangat namun juga sakit.
"B-baik. Aku sembuh dengan cepat"
"Baguslah"
Suasana terasa begitu canggung dan panas dingin. Soonyoung masih menggengam tanganya btw, entah memang karena tak sadar atau di sengaja, Jihoon tidak berani berasumsi.
"Lee Jihoon.. "
"Y-ya?"
"Maafkan aku"
Gadis Lee hanya menatap tanpa niatan membalas tanya.
"Aku sadar, perlakuanku padamu dulu begitu buruk. Aku pria yang tidak punya hati dan keras, aku dengan sengaja membuatmu muak dan patah hati, maafkan aku yang tidak bisa memberimu harapan dan malah merugikanmu, baik batin dan juga fisik--"
Soonyoung semakin mengetatkan genggamannya, dada pria itu seolah di remas. Rasa bersalahnya begitu besar, bahkan untuk bertatap wajah dengan Jihoon saja ia tak punya nyali.
"Sekalipun wonwoo menyeretku, sku tidak punya muka untuk bertemu denganmu selama kau istirahat pasca kecelakaan. Aku selalu merasa, akulah penyebab kejadian nass yang menimpamu. Sungguh, aku menyesal dan ingin memohon maaf"
Jihoon membalas genggaman tangan Soonyoung, terkekeh pelan dan menenangkan sang dokter yang terus saja menyalahkan diri.
"H-haha, tidak Soonyoung-ssi. Kecelakaanku bukan karena salahmu, aku yang teledor dan tidak hati-hati. Jadi jangan menuduh dirimulah penyebabnya"
"Tapi tetap saja.."
"Sudah, jangan katakan apapun. Aku memaafkanmu, sungguh"
Bernapas lega, Soonyoung tersenyum hangat sembari menyelami manik kelam gadis Lee. Di tatapnya wajah penuh pesakitan itu, Jihoon merubah warna rambutnya menjadi gelap, memotongnya sebahu yang membuat sosok itu jauh lebih cantik dan anggun. Soonyoung meringis pilu saat melihat bekas luka di kelopak mata kanan Jihoon, tanpa sadar tangannya mengusap bekas luka di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
My I
Fanfictionone-three shot otp SVT, lebih dominan SoonHoon (Soonyoung & Jihoon) bisa bergenre GS atau BxB. -soonhoon -verkwan -meanie -jeongcheol -junhao -seoksoo -soonchan Dkk Happy reading~ ^^