Mingyu : Mannequin

1.3K 99 69
                                    


MY I

Mannequin

Kim Mingyu (x GS? mari tebak-tebakan~)







Sejenak, senyum pias pada raut elok pria mapan berjas licin mampu melelehkan hati siapapun yang menatapnya. Manik teduh sehitam malam berbinar jernih saat sosok wanita paruh baya yang selalu keliling menyapu penthouse nya memberi kabar paket yang lusa lalu ia pesan online sudah datang dan ia letakan pada meja panjang dekat dapur.

"Terima kasih Kang Ahjumma, kau sudah boleh pergi"

Si wanita yang sudah berkerja setahun lebih dengan si pemuda membungkuk rendah guna memberi penghormatan sebelum ia pulang kerumahnya. Sepeninggalan sang bibi, dengan langkah kaki lebar ia bawa tubuh tegap lelah itu menuju tempat yang Kang ahjumma tunjuk. Tempat menyimpan paket yang baru tiba.

Tersenyum lebar, kardus lebar 1 meter dengan tinggi 30cm ia bawa sulit pada kamar di sisi kanan penthouse. Meraih gunting pada rak buku dekat meja komputer, pria surai kelam semakin melebarkan sudut bibir saat isian paket sudah nampak.

Menghamburkan bulir styrofoam yang menghalangi miliknya, ia mengangkat tinggi-tinggi lalu memasangkan sepangan penyangga agar itu berdiri tegak.

Sebuah manekin baru.

Berbahan silikon lembut terlaminasi doff. Warna kulit serupa boneka manekin barat. Pucat pasi. Tanpa kepala dan hanya sebatas leher hingga ujung kaki.

"Cantik"

Membawa apa yang puji kedalam lorong rahasia pada dinding kamar, Kim Mingyu, nama pria itu mendudukan manekin nomor 26 nya di sofa klasik beludru hitam. Mengutak-atik ruas jemari yang bisa digerakan membentuk pose tengah menompang dagu, ah--- atau ruang kosong? Ingatkan si manekin tidak dilengkapi komponen tubuh yang utuh.

Mengedarkan pandangan kesegala arah, Kim menaikan sebelah kaki menjadikan posisi duduknya seakan ia tengah berpesta gerlapnnya lampu diskotik dikelilingin wanita jalang yang berusaha menggoda sang milyader muda. Sayangnya, disini tidak benar berwujud manusia nyata, hanya puluhan manekin cantik tanpa kepala yang tubuh mereka dihiasi bermacam pakaian brand berharga fatastis yang menambah kesan cantik pada koleksi manekin yang ia pajang.

Aneh?

Memang.

Bisa dibilang semacam fetis atau maniak—baginya ini bukan hal yang tak wajar, mereka bagian dari kesenangan saat ingin melepas penat dari huru-hara perkara dunia bisnis.

Club malam? jelas ia datangi. Namun sekedar memesan sebotol alcohol juga camilan manis dimakan ditempat, tidak untuk di bungkus bawa pulang.

Kim tidak terbiasa membawa orang asing masuk kedalam wilayah privasi. Terlebih wanita. Selain Kang Ahjumma, Ommanya, adik dan dia, tidak ada lagi yang pernah menapak disana.

Bangkit menuju lemari pendingin, bir kalengan yang selalu ia beli di mini market 24jam depan gedung tempat tinggal ia sesap nikmat. Mungkin tidak lebih dari 2000 won, tapi rasa inilah yang selalu ia rindukan jika sudah duduk manis diatas singgahsana pemimpin perusahaan. Bukan lagi bir murahan yang disajikan, asisten pribadi memaksanya menegak air mineral seharga 10.000 won perbotol atau bir import yang jujur tidak sesuai lidah lokal.

"Hah--- aku butuh berendam air hangat. Pundak rasanya akan jatuh dari tempat karena si Choi gila mengacaukan rapat—"

Berjalan pelan menuju kamar mandi di ujung ruangan, langkahnya terhenti sesaat didepan pintu lemari kaca yang terbuka sejengkal. Menelisik dengan raut hambar Kim menutup itu kembali seakan apa yang baru ia lihat dan lakukan hanyalah angin lalu.

My ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang