SoonHoon : First Love

1.2K 136 29
                                    

"psst Lee Jihoon"

Bisikan itu lagi. Sungguh si pemilik nama yang terpanggil tadi enggan berbalik. Ini kali ke 9 dalam waktu 2 jam mata pelajaran sains .

"Yak, Lee Jihoonnnn"

Dirasa tak mempan, ujung tumpul bolpen Pikachu si bocah usil kini menghujami pundak kanan gadis bermahkota hitam legam sebahu. Tiga puluh detik terlewat, samar terdengar decik kesal namun lirih dari si gadis.

"Apa lagi?"

Lee Jihoon, siswi tersial yang duduk di depan pemuda Kwon menatap malas bocah bangku belakang. Ia paham betul apa yang Kwon kesalkan hanya dari cemberut jelek diwajah pucatnya.

"Berikan pada Wonu"

"LAGI?"

"Eyy, aku hanya ingin menyapa-- "

Degus lelah Jihoon lepas, semakin menatap geli sekaligus murka karena alasan yang selalu sama.

"Katakan ini yang terakhir untuk hari ini..."

Bibir tebal Kwon semakin menekuk, tanpa menjawab iya, pemuda berhoodie logo almamater menyodorkan paksa lipatan kertas -surat cintanya- kepada Jihoon.

"Terakhir. Sekali lagi kau memaksa, aku laporkan pada ssaem"

Berganti Kwon yang mendecik, tangannya kebas terus bertengger menyodorkan kertas suci miliknya. Dengan berat hati Jihoon menerima kertas merah jambu yang dilipat bentuk bangau. Kali ini dibuat lebih besar 3cm. Mungkin berisi curhatan hati atau naskah drama roman picisan, entahlah, Jihoon tidak peduli. Sungguh....

Sempat ia melamun berdetik lamanya sebelum menyampaikan titipan. Dalam lamunan, Paruh bangau kertas ditangannya seakan terus mematuk jari-jari mungil Lee Jihoon. Meronta dan meminta di lepaskan ke alam bebas, bukan pada siswi pindahan bulan lalu seperti tujuan Kwon Soonyoung.

Kalau saja Kwon tidak menendang kaki bangku Jihoon, mungkin sampai jam mapel berakhir ia hanya akan diam membisu menatap si bangau tanpa di sampaikan.

Selesai melaksanakan tugas, Jihoon menarik bangku miliknya semakin mendekati meja. Tidak peduli hal itu mendesak tubuh mungilnya terjepit pinggiran laci. Namun setidaknya rasa nyeri di kulit tidak separah yang ia terima didalam hati. Haaah, berat. Satu bulan terakhir ini terasa berat baginya.

.

Mengunyah sesendok nasi saja belum, kini Jihoon di paksa mengakui alasan dari sikap menyebalkannya saat dijam mapel sains.

"Apa sulitnya estafet surat ke Jeon Wonwoo?"

Balas menatap malas, gadis berponi rendah membanting sendok kantin cukup keras. Ah, Jihoon menyesal, seharusnya ia pukulkan saja ke tempurung kepala idiot si Kwon Soonyoung.

"Harusnya aku yang marah! Kau punya ID Line Jeon Woonwoo. goda saja dia pakai stiker konyol gratisan! Kenapa harus dengan bangau bodohmu itu?? Bocah kuno sinting!"

Menahan amarah di sebut kudet, Soonyoung merebahkan diri pada sisi lowong meja kantin. Memicing dengan dumelan tak jelas yang semakin membuat gadis Lee muak.

"Pergilah. Aku harus makan. Pagi tadi omma tidak buat sarapan"

"Lagi?? Ew, bibi Lee PMS seperti putrinya?"

Kali ini Jihoon benar mendepak pelipis terbuka Soonyoung dengan garpu. Masa bodoh si Kwon mengaduh perih, ia perlu di beri peringatan.

"Serius Soon, kenapa harus pakai surat?"

Mencoba tak peduli, Kwon mengalihkan pertanyaan dengan sok fokus pada botol minum perisa jeruk. Merasa di acuhkan, Jihoon kembali bersiap pada depakan kedua.

My ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang