SoonHoon : KARMA

1.5K 173 41
                                    

MY I

KARMA

oneshot

SoonHoon

Soonyoung – Jihoon (GS for Uke)





Sekarang pukul enam sore lebih sepuluh dan Lee Jihoon dibuat tergesa mengejar bus yang sudah datang di halte dekat sekolahnya. Ini hari selasa, si mungil Jihoon ada jadwal kerja parttime pada toko buku langganan. Sepuluh menit lalu ia mengirim pesan spam pada Yoon Jeonghan, manager toko sekaligus sepupu nya bahwa ia mungkin akan telat. Gadis Yoon memahami alasan sepupu jauhnya, hanya saja Jihoon tak enak hati jika harus telat kembali dengan alasan yang sama. Rapat ketua club untuk event tahunan sekolah mereka.

Merusuh didepan mesin e-ticket bus, gadis berhoodie merah jambu dibuat pucat saat gagal menemukan si tiket yang biasa ia simpan dalam kantong terluar tas ranselnya. Sang supir paruh baya tersenyum maklum, memberi pilihan lain membayar dengan uang receh jika memang tidak membawa tiket.

Belum sempat menarik napas lega, Jihoon kembali merusuh saat dirasa koin recehan dalam dompet tidak cukup banyak. Melirik sekilas dengan tampang memelas, Jihoon memohon diberi keringanan lain.

"Ahjussi— apa kau ada uang kembalian?"

"Oh- ada, sekarang duduklah err—Lee Jihoon-ssi, kita berangkat saja dulu dan kau bisa bayar belakangan—"

"Aku bayar dua tiket, untukku dan dia"

Menoleh cepat, Jihoon dibuat terkejut saat seorang pemuda asing menunjuk dirinya. Sepertinya si pemuda surai merah menyala baru saja naik sesaat sebelum pintu bus ditutup. Dan mungkin efek jengah melihat si gadis merusuh masalah tiket, dengan berbaik hati ia membagi miliknya. Mungkin.

"Lunas nak, duduklah yang rapi anak muda"

"Hmm"

"te—rima.."

Belum sempat berucap, pemuda surai menyala dengan pakaian serba hitam segera pergi dan mencari bangku kosong, sayangnya seluruh bangku telah penuh dan berakhir ia berdiri berpegangan gantungan khusus dekat jendela sisi kanan. Perlahan Jihoon mendekat, berdiri disamping kanan si pemuda saat tahu disana ada Boo Seungkwan, adik kelasnya.

"K-kwan!"

"Oh- Unnie"

Gadis berpipi padat melepas earphone, berpindah fokus pada si gadis mungil tingkat tiga dan mulai mengobrol ringan.

Perjalanan ke lokasi tujuan kurang lebih masih 10 menit, dan si pemuda yang menolongnya masih pada posisi. Padahal bangku belakang kosong satu tapi dari keduanya tidak ada yang berminat berebut tempat. Kwannie memberi kode Jihoon untuk duduk, tapi si gadis surai madu menolak, beralasan ia masih betah berbincang ringan dengan Seungkwan. Sedang lelaki disampingnnya tetap asik dengan ponsel, seakan tak peduli dengan sekitar.

Sesekali Jihoon melirik, berniat untuk berucap terima kasih atas bantuannya, hanya saja ia segan. Selain efek warna rambut dan penampilan yang berkesan nakal, raut wajah si pemuda juga tak kalah garang. Manik menukik tajam kedalam, rahang tegas dan bibir tersungging senyum terbalik. Seram, dan Jihoon tidak punya nyali.

Melirik ponsel, setidaknya ada satu halte transit lagi sebelum ia sampai, dan jika si pemuda turun disana setidaknya ia harus berhasil mengucapkan kata terima kasih. Harus.

Sibuk dengan haluan, Jihoon dibuat nyaris copot jantung saat bus mereka rem mendadak di saat laju kendaran cukup kencang. Tubuh mungil si gadis terjebam kedepan, pegangan tangan terlepas dan jika bukan karena tarikan pada dada mungkin wajah manisnya sudah lebam efek mencium bangku.

My ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang